Terlalu Sering Bilang "Jangan" pada Anak, Ini Akibatnya
Halodoc, Jakarta – Menurut psikolog anak Laura Markham, penulis Peaceful Parent, Happy Kids mengatakan, terlalu sering berkata jangan pada anak akan menutup inisiatif dan daya kreatif anak.
Sebenarnya menurut Markham, mengatakan tidak kepada anak dapat membantu menetapkan batasan dalam perkembangan secara emosional, fisik, dan mental. Masalahnya adalah sering mengatakan “jangan” dapat menghambat keberanian anak untuk melakukan hal-hal yang sifatnya inisiatif dan spontan. Informasi selengkapnya ada di bawah ini!
Kapan Mengatakan “Jangan”
Menetapkan batasan dengan anak-anak bisa menjadi tantangan. Mereka mungkin memohon, tawar-menawar, menangis, menuduh, atau menuntut tanpa henti dengan cara yang tidak menyamankan orangtua.
Beberapa orang tua mungkin menyerah hanya untuk menghindari pertengkaran. Yang lain merasa bersalah karena mengecewakan anak-anaknya. Mengatakan tidak adalah tanggung jawab penting bagi orangtua.
Namun, harus tahu juga kapan mengatakannya. Jangan sampai anak jadi merasa terkungkung, sehingga tidak bisa berkembang secara psikologis dan sosial karena terlalu sering mendengar kata “jangan”.
Baca juga: Cara Cegah Anak Jadi Pelaku Kekerasan Seksual
Berikut beberapa situasi di mana orangtua disarankan untuk mengatakan ”jangan” pada anak.
- Katakan “jangan” saat tindakan anak dapat menyakiti seseorang atau merusak
Anak-anak mungkin mengalami kesulitan mengantisipasi hasil yang buruk, sehingga mereka membutuhkan bimbingan orangtua untuk membantu anak membuat pilihan yang masuk akal. Sikap seperti ini tidak membantu anak-anak belajar berpikir ke depan.
Nah, di situasi seperti ini ada baiknya orangtua menawarkan alternatif, sehingga dapat mengarahkan anak-anak ke arah kegiatan yang lebih aman. Tawaran alternatif ini bukan dalam maksud meredam anak melakukan sesuatu, tetapi lebih kepada opsi yang lebih baik. Berikan juga penjelasan kenapa anak tidak boleh melakukannya.
Baca juga: Tips Bijak Mengatur Penggunaan Gadget pada Anak
Contohnya, melarang anak melompat-lompat di sofa, kemudian jelaskan kalau akibat dari melompat-lompat, bisa jatuh terantuk meja, vas pecah, dan lain-lain.
- Ketika anak bisa melakukan sesuatu sendiri
Terkadang anak-anak meminta orangtua untuk melakukan hal-hal yang dapat mereka lakukan sendiri. Meskipun tidak ada yang salah dengan bantuan sesekali dari orangtua, tetapi anak-anak perlu latihan untuk menjadi mandiri dan menyadari kalau dia bisa melakukan sesuatu sendiri.
- Ketika sesuatu adalah keinginan bukan kebutuhan
Orangtua tidak perlu merasa wajib untuk membeli segala sesuatu sesuai dengan keinginan anak, sadari mana sesuatu yang hanya keinginan dan mana yang benar-benar kebutuhan.
- Ketika terjadi perubahan rencana
Hidup memang lebih sering terjadi tidak seperti yang kita inginkan. Memberikan alternatif rencana dan meminta anak untuk rela hati menerima keadaan yang tidak diinginkan adalah upaya untuk membuat anak lebih dewasa dalam berpikir.
- Ketika orang lain lebih membutuhkan
Anak-anak harus diajari untuk tidak mementingkan diri sendiri. Penting untuk mempertimbangkan kepentingan orang lain sehingga membantu anak untuk memahami kondisi kalau hidup tidak hanya tentang diri sendiri. Ini akan berguna saat anak dewasa kelak.
- Ketika apa yang diminta bukan sesuatu yang baik
Terkadang anak sering bersikeras supaya keinginannya dipenuhi, padahal bisa jadi ibu sudah terlalu sering memberikan sesuatu tersebut. Atau sesuatu tersebut bukan hal yang baik untuk anak. Pada momen ini, mengatakan “jangan” walaupun harus dengan sedikit cekcok adalah cara yang baik. Sejatinya ini akan mengajari anak pentingnya prioritas.
Butuh rekomendasi lebih detail mengenai pola asuh anak yang baik, tanyakan saja langsung di Halodoc. Dokter yang ahli di bidangnya akan berusaha memberikan solusi terbaik untuk ibu. Caranya, cukup download aplikasi Halodoc lewat Google Play atau App Store. Melalui fitur Contact Doctor orangtua bisa memilih mengobrol lewat Video/Voice Call atau Chat kapan dan di mana saja tanpa perlu ke luar rumah.