Terinfeksi Virus Corona Tanpa Gejala, Boleh Tetap Olahraga?
Halodoc, Jakarta - Mau tahu cara yang cukup efektif untuk mencegah virus corona? Selain menerapkan protokol kesehatan 3M (mencuci tangan, menjaga jarak, dan memakai masker), olahraga bisa membantu untuk melawan serangan virus SARS-CoV-2.
Keistimewaan olahraga amat beragam, salah satunya adalah meningkatkan sistem kekebalan tubuh. Ingat, kekebalan tubuh yang prima amat dibutuhkan untuk mencegah serangan virus corona.
Menurut ahli di National Institutes of Health (NIH), olahraga merangsang kinerja antibodi dan sel-sel darah putih. Sel darah putih merupakan sel kekebalan tubuh yang melawan berbagai penyakit.
Melalui olahraga juga sel darah putih bisa bersirkulasi lebih cepat. Alhasil, sel-sel tersebut bisa lebih awal untuk mendeteksi penyakit. Menariknya lagi, olahraga juga bisa membantu mengeluarkan bakteri dari paru-paru dan saluran pernapasan.
Nah, pertanyaannya bolehkah pengidap COVID-19 tetap berolahraga? Atau khususnya bagi mereka tanpa gejala atau konfirmasi tanpa gejala (asimptomatik, dulu istilahnya OTG)?
Baca juga: Jokowi Divaksin, Ini 8 Fakta Vaksin Sinovac yang Perlu Diketahui
Bisa Membahayakan Jantung, Masa Sih?
Sebuah studi terbaru mengungkapkan bahwa seseorang yang sedang terinfeksi SARS-CoV-2 dan tetap berolahraga, dapat memperburuk gejala penyakit COVID-19.
Menurut menurut penelitian di Journal of the American Medical Association (JAMA) Cardiology, peneliti Jerman menemukan bahwa melakukan olahraga ringan sekalipun saat mengidap infeksi virus corona ringan bisa berbahaya dan menyebabkan masalah jantung yang serius. Kondisi ini bisa memperburuk gejala COVID-19 dan dapat menyebabkan miokarditis pada beberapa pasien, yaitu radang otot jantung (miokardium).
Dalam penelitian tersebut, para peneliti melakukan tes MRI jantung pada 100 orang dewasa yang telah pulih dari COVID-19. Dari semuanya, setengah dari peserta memiliki gejala ringan hingga sedang dan sekitar 18 persen tidak memiliki gejala (OTG atau asimptomatik).
Pengujian tersebut dilakukan dua hingga tiga bulan setelah mereka terdiagnosis COVID-19, dan saat itu tidak ada satupun dari mereka yang mengalami gejala penyakit jantung terkait COVID-19. Namun, setelah diselidiki lebih lanjut, 78 di antaranya mengalami perubahan struktural pada jantungnya, dan 60 mengidap miokarditis.
Menurut pakar saat berolahraga, kerja jantung akan meningkat. Kondisi ini bisa meningkatkan replikasi virus di otot jantung. Begitu viral load menjadi lebih tinggi, maka dapat menyebabkan kerusakan jantung dalam bentuk miokarditis, aritmia, dan gagal jantung.
Oleh sebab itu, hal yang terbaik dapat kamu lakukan adalah terus memantau detak jantung saat mengidap COVID-19. Jika detak jantung tiba-tiba melonjak dan merasa sulit untuk mengatur napas, segeralah memeriksakan diri ke dokter.
Baca juga: Hadapi Virus Corona, Ini Hal yang Harus dan Jangan Dilakukan
Rutin Berolahraga Cegah Komplikasi Mematikan
Lantas, bolehkah pengidap COVID-19 tetap berolahraga? Menurut studi di atas, olahraga tidak dianjurkan bagi pengidap COVID-19 karena dapat berdampak buruk bagi jantung. Namun, bagi mereka yang berada dalam kondisi sehat, alias tidak mengidap SARS-CoV-2, olahraga justru dapat melindungi tubuh dari komplikasi COVID-19 yang membahayakan.
Menurut studi, olahraga dapat mencegah terjadinya komplikasi COVID-19 berupa acute respiratory distress syndrome (ARDS). ARDS sendiri merupakan penyebab kematian 3 -17 persen pasien yang terinfeksi SARS-CoV-2.
ARDS adalah gangguan pernapasan berat gegara menumpuknya cairan di kantung udara kecil di paru-paru (alveoli). Mereka yang mengalami ARDS sering kali mengalami sesak napas dan sulit bernapas.
Nah, menurut studi rutin berolahraga (bagi mereka yang sehat dan tidak terinfeksi virus corona) dapat melindungi tubuh dari komplikasi COVID-19 berupa ARDS. Pasalnya, olahraga dapat merangsang tubuh untuk memproduksi antioksidan yang disebut extracellular superoxide dismutase (EcSOD). EcSOD ini yang berperan melindungi tubuh untuk bertahan dari serangan ARDS.
Meski begitu, studi ini hanya terbatas dilakukan pada tikus percobaan di laboratorium. Namun, temuan ini dapat menginspirasi peneliti lain untuk menemukan cara inovatif untuk mencegah dan mengobati komplikasi mematikan COVID-19.
Baca juga: Ini 6 Fakta Mutasi Virus Corona Terbaru dari Inggris
Tanyakan Langsung Pada Dokter
Nah, bagi pengidap COVID-19, bahkan mereka yang tidak memiliki gejala sekalipun, rasanya harus berhati-hati ketika hendak berolahraga. Apalagi bagi mereka yang masuk ke dalam lansia dan memiliki penyakit penyerta.
Menurut Dr Rommel Tickoo, associate Director, internal medicine di Max Healthcare, New Delhi, India, ada pasien tertentu yang akhirnya terserang serangan jantung, stroke, atau emboli paru setelah dua minggu pasca sakit.
Oleh sebab itu, ia menyarankan untuk menghindari berolahraga hingga sembuh total. "Pada fase akut penyakit ini, olahraga dapat mempercepat replikasi virus, peningkatan respons inflamasi yang mengakibatkan peningkatan nekrosis seluler dan substrat miokard proaritmia yang tidak stabil. Oleh karena itu, umumnya disarankan untuk menghindari latihan olahraga selama aktivitas aktif atau infeksi."
Nah, bagi pengidap COVID-19 tanpa gejala, sebaiknya juga harus berdiskusi dengan dokter sebelum memutuskan untuk berolahraga di saat tubuh sedang terinfeksi COVID-19. Alasannya jelas, agar olahraga berlangsung aman tidak membahayakan tubuh.
Kamu bisa kok bertanya langsung pada dokter melalui aplikasi Halodoc. mengenai masalah di atas. Di samping itu, kamu juga bisa membeli obat atau vitamin untuk meningkatkan daya tahan tubuh menggunakan aplikasi Halodoc sehingga tidak perlu repot keluar rumah. Sangat praktis, bukan?