Tak Hanya Sulit Mengingat dan Berkonsentrasi, Ini 4 Gejala Delirium
Halodoc, Jakarta - Delirium adalah gangguan serius pada kemampuan mental yang menyebabkan kebingungan dalam cara berpikir. Kondisi ini juga dapat menyebabkan berkurangnya kesadaran terhadap lingkungan sekitar. Gejala delirium yang umumnya terjadi adalah gangguan kesadaran disertai dengan berbagai tingkat gangguan kognitif. Kondisi ini umumnya disebut juga dengan kondisi reversibel akut.
Delirium yang terjadi umumnya disebabkan oleh satu atau beberapa faktor seperti penyakit kronis, perubahan keseimbangan metabolisme, mengonsumsi obat-obatan, infeksi, pembedahan, mengonsumsi alkohol, serta keracunan suatu makanan atau hal lain.
Apa Saja Gejala Delirium?
Tanda atau gejala delirium umumnya terjadi selama beberapa jam hingga beberapa hari. Hal tersebut dapat terjadi secara pasang-surut sepanjang hari dan mungkin saja tidak ada gejala yang timbul ketika seseorang terserang delirium. Gejala tersebut akan terasa lebih buruk ketika malam hari.
Baca Juga: Inilah 4 Cara Untuk Mencegah Delirium
Untuk lebih lengkapnya, berikut adalah gejala delirium yang dapat terjadi:
-
Berkurangnya Kesadaran terhadap Lingkungan Sekitar
Salah satu gejala delirium yang dapat terjadi pada pengidapnya adalah berkurangnya kesadaran terhadap lingkungan. Akibatnya, pengidap akan kesulitan untuk tetap fokus pada suatu topik atau mudah beralih ke topik lain. Selain itu, pengidap delirium dapat dengan mudah terganggu oleh hal-hal yang tidak penting.
-
Keterampilan Berpikir yang Buruk
Gejala delirium lainnya yang dapat terjadi adalah keterampilan berpikir yang buruk. Hal tersebut berhubungan dengan memori yang buruk, terutama yang berhubungan dengan yang terjadi belakangan ini. Gejala ini juga meliputi disorientasi pikiran dan ingatan, serta kesulitan untuk berbicara atau memilih kata. Terakhir, kesulitan untuk memahami pembicaraan yang sedang didengarkan.
-
Perubahan Perilaku
Hal lainnya yang dapat terjadi apabila seseorang mengidap delirium adalah terjadinya perubahan perilaku. Orang tersebut mungkin akan melihat hal-hal yang sebenarnya tidak ada atau berhalusinasi. Selain itu, seseorang yang mengidap delirium juga mungkin akan menjadi lebih pendiam dan menarik diri dari lingkungan, terutama pengidap yang sudah berusia lanjut. Gejala ini juga meliputi gerakan menjadi lambat atau lesu, serta gangguan tidur.
-
Gangguan Emosi
Gangguan emosi juga dapat menjadi salah satu gejala delirium yang timbul pada pengidapnya. Gangguan emosi yang terjadi dapat berhubungan dengan rasa cemas, ketakutan, atau paranoid. Selain itu, pengidap delirium mungkin akan mengalami depresi dan cepat marah, karena mereka kesulitan mengontrol emosi. Pengidap delirium pun akan mengalami perubahan sikap yang cepat dan tidak terduga, serta kepribadian yang berubah.
Baca Juga: Inilah 7 Jenis Delirium yang Perlu Diketahui
Pengobatan Delirium
Pengobatan delirium harus diawali dengan diagnosis dari dokter. Dengan begitu, dokter akan mengetahui langkah apa yang harus diambil untuk mengobatinya. Berikut adalah pengobatan delirium yang dapat dilakukan:
-
Perawatan Suportif
Tindakan ini merupakan salah satu langkah untuk mengobati delirium. Pengidap penyakit ini harus dirawat dengan hati-hati dan dilakukan rehidrasi pada ruangan yang tenang dengan jendela yang terkunci dengan rapat, sehingga tidak memungkinkan untuk keluar.
-
Mengatasi Demam
Demam merupakan salah satu gejala yang terjadi ketika seseorang mengidap delirium. Apabila demam tinggi terjadi, langkah yang harus dilakukan adalah menurunkan suhu tinggi akibat demam tersebut. Cara yang ampuh untuk menangani kondisi tersebut adalah mengonsumsi parasetamol.
-
Memeriksa Obat yang Dikonsumsi
Semua obat yang dikonsumsi oleh pengidap delirium harus dilakukan peninjauan kembali. Pasalnya, obat-obatan dapat berkontribusi pada munculnya penyakit ini pada seseorang.
-
Perawatan Agitasi
Pada delirium tahap parah, obat-obatan seperti haloperidol dapat digunakan untuk membantu mengendalikan agitasi pengidapnya. Dosis pertama tersebut dapat diberikan dengan suntikan, terutama jika pengidap menolak obat yang ditelan. Selain itu, obat seperti olanzapine dapat menjadi alternatif yang efektif dari haloperidol.
Baca Juga: Harus Tahu, Penanganan untuk Mengatasi Delirium
Itulah gejala-gejala delirium yang terjadi. Jika kamu mempunyai pertanyaan perihal gangguan ini, dokter, psikolog, atau psikiater dari Halodoc siap membantu. Komunikasi dengan dokter, psikolog, atau psikiater dapat dilakukan dengan mudah melalui Chat atau Voice/Video Call. Ayo, download aplikasinya sekarang di App Store atau Google Play!