Suplemen dan Vitamin Penambah Darah untuk Mengatasi Anemia

Ditinjau oleh  dr. Rizal Fadli   28 Desember 2020
Suplemen dan Vitamin Penambah Darah untuk Mengatasi AnemiaSuplemen dan Vitamin Penambah Darah untuk Mengatasi Anemia

Halodoc, Jakarta - Apakah kamu pernah mendengar istilah kurang darah? Kondisi ini sebetulnya merujuk pada anemia. Seseorang yang mengalami kurang darah umumnya tidak memiliki asupan zat besi yang cukup untuk tubuhnya. Padahal zat besi fungsinya sangat penting, yakni membantu tubuh membuat hemoglobin. 

Salah satu cara mengobati kurang darah atau anemia adalah dengan suplemen zat besi oral termasuk pil, kapsul, obat tetes, dan tablet. Tujuan suplementasi zat besi adalah untuk mengobati gejala anemia dengan cara meningkatkan kadar zat besi dan hemoglobin dalam tubuh. 

Baca juga: Ini Alasan Wanita Lebih Rentan Terserang Anemia Defisiensi Besi

Suplemen Zat Besi untuk Atasi Anemia

Suplemen zat besi paling sering digunakan untuk jenis anemia tertentu. Anemia dapat menyebabkan kelelahan dan gejala lainnya. Jika kamu mengalami gejala anemia, segera dapatkan perawatan dari dokter dan jangan mencoba mengobatinya sendiri.

Suplemen zat besi sering diresepkan untuk mengobati anemia yang disebabkan oleh:

  • Kehamilan;
  • Periode menstruasi yang berat;
  • Penyakit ginjal;
  • Kemoterapi.

Mereka yang mungkin berisiko kekurangan zat besi termasuk bayi prematur, anak kecil, gadis remaja yang baru menstruasi, dan wanita hamil, serta orang dengan kondisi kesehatan tertentu termasuk gagal jantung kronis, penyakit Crohn, penyakit celiac, dan kolitis ulserativa.

Suplemen zat besi umumnya direkomendasikan untuk wanita yang sedang hamil atau usia subur guna membantu mencegah anemia. Sebelum mengambil suplemen zat besi, tanyakan dokter di Halodoc tentang dosis, dan apakah hal ini tepat dilakukan. 

Baca juga: Mengidap Anemia saat Hamil, Apakah Berbahaya?

Berapa Banyak Zat Besi yang Harus Dikonsumsi?

Berdasarkan usia dan jenis kelamin, berikut ini zat besi yang perlu dikonsumsi setiap hari dari suplemen atau dari makanan: 

Anak-Anak

  • 7–12 bulan: 11 miligram per hari.
  • 1–3 tahun: 7 miligram per hari.
  • 4–8 tahun: 10 miligram per hari.
  • 9–13 tahun 8 miligram per hari.

Wanita

  • 14–18 tahun: 15 miligram per hari.
  • 19–50 tahun: 18 miligram per hari.
  • Di atas 51 tahun: 8 miligram per hari.
  • Wanita hamil: 27 miligram per hari.
  • Ibu menyusui: Di bawah 19 tahun 10 miligram per hari, sementara itu 19 tahun ke atas: 9 miligram per hari.

Pria

  • 14–18 tahun: 11 miligram per hari.
  • 19 tahun ke atas: 8 miligram per hari.

Vegetarian dan vegan mungkin perlu mengonsumsi zat besi yang lebih tinggi karena sayuran tidak memiliki zat besi setinggi yang ada pada daging. Namun pada dosis tinggi, zat besi bersifat racun. Untuk orang dewasa dan anak-anak usia 14 ke atas, batas atas dosis tertinggi yang dapat dikonsumsi dengan aman adalah 45 miligram sehari. Sementara itu, anak-anak di bawah usia 14 tahun tidak boleh mengonsumsi lebih dari 40 miligram sehari.

American Academy of Pediatrics menyarankan bahwa mulai usia 4 bulan bayi cukup bulan yang disusui harus dilengkapi dengan 1 mg/kg zat besi per hari. Ini harus berlanjut sampai makanan pendamping yang mengandung zat besi, seperti sereal yang diperkaya zat besi, dimasukkan ke dalam makanan. Susu formula standar bayi yang mengandung 12 mg/L zat besi dapat memenuhi kebutuhan zat besi bayi, hingga usia 1 tahun.

Bagi kebanyakan orang, pola makan yang baik memberikan cukup zat besi. Sumber makanan alami zat besi, antara lain:

  • Daging, ikan, dan unggas.
  • Sayuran, seperti bayam, kangkung, dan brokoli.
  • Buah dan kacang kering.
  • Kacang, lentil, dan kacang polong.
  • Zat besi juga ditambahkan ke banyak makanan yang diperkaya, seperti sereal dan roti.

Zat besi dari sumber hewani diserap lebih baik oleh tubuh. Namun, kamu dapat membantu tubuh menyerap zat besi nabati dengan mengonsumsi buah atau sayuran yang tinggi vitamin C (misalnya, paprika merah, kiwi, dan jeruk).

Baca juga: Darah Rendah dan Kurang Darah, Apa Perbedaan Keduanya?

Risiko Konsumsi Suplemen Zat Besi 

Ada beberapa risiko yang bisa kamu alami saat konsumsi suplemen zat besi, antara lain:

  • Efek Samping. Jika diambil pada dosis normal, suplemen zat besi dapat menyebabkan sakit perut, perubahan tinja, dan sembelit.
  • Risiko. Jangan mulai mengonsumsi suplemen zat besi, kecuali dokter menyarankannya. Terutama jika kamu memiliki kondisi kesehatan kronis. Wanita yang berencana untuk hamil juga harus memeriksakan diri ke dokter sebelum mereka memulai suplemen zat besi setiap hari.
  • Interaksi Obat. Zat besi dapat berinteraksi dengan berbagai obat dan suplemen. Mereka termasuk antasida dan penghambat pompa proton, beberapa antibiotik, kalsium, dan lainnya. Pastikan dokter mengetahui semua resep dan obat bebas yang kamu pakai jika mereka menyarankan untuk mengonsumsi suplemen zat besi.
  • Overdosis. Overdosis zat besi adalah penyebab umum keracunan pada anak-anak. Ini bisa berakibat fatal. Tanda-tanda overdosis zat besi termasuk muntah dan diare parah, kram perut, kulit dan kuku pucat atau kebiruan, dan kelemahan. Perlakukan tanda-tanda ini sebagai keadaan darurat medis dan hubungi dokter segera.

Referensi:
Cleveland Clinic. Diakses pada 2020. Oral Iron Supplementation.
Web MD. Diakses pada 2020. Dietary Iron and Iron Supplements.