Suka Menutup Diri, Inilah 4 Tipe Gejala PTSD yang Perlu Diketahui

3 menit
Ditinjau oleh  dr. Rizal Fadli   30 Agustus 2022

“Ada beberapa kondisi yang menandakan seseorang mengidap PTSD (Post-traumatic Stress Disorder). Namun, secara umum gejala PTSD terbagi dalam empat kategori.”

Suka Menutup Diri, Inilah 4 Tipe Gejala PTSD yang Perlu DiketahuiSuka Menutup Diri, Inilah 4 Tipe Gejala PTSD yang Perlu Diketahui

Halodoc, Jakarta – Gangguan stres pascatrauma atau post-traumatic stress disorder (PTSD) adalah kondisi kesehatan mental yang disebabkan oleh peristiwa menakutkan, baik mengalaminya atau menyaksikannya. Gejala PTSD cenderung berbeda-beda di setiap individu. 

Namun, yang perlu diketahui, para pengidap PTSD akan meningkatkan rasa khawatir dan was-was terhadap bahaya, dimana hal itu akan menyebabkan rasa stres dan takut. Kondisi ini dapat berlangsung selama berbulan-bulan atau bahkan bertahun-tahun, dan berpotensi mengganggu aktivitas sehari-hari.

Kabar baiknya, seiring berjalannya waktu pengidapnya akan merasa lebih baik, jika mendapatkan penanganan atau perawatan yang tepat. Sebab, PTSD sebenarnya muncul akibat perasaan stres akut  berkepanjangan yang tidak segera ditangani. Stres dan ketakutan intens menjadi kontribusi utama gangguan mental ini. 

Tipe Gejala PTSD yang Perlu Diketahui

Gejala PTSD umumnya terbagi dalam empat kategori, dan gejala khusus dapat bervariasi dalam tingkat keparahannya. Empat kategori tersebut antara lain:

  • Ingatan yang mengganggu

Pikiran yang mengganggu seperti ingatan yang berulang dan tidak disengaja; mimpi yang menyedihkan; atau kilas balik dari peristiwa traumatis. Kilas balik mungkin begitu jelas sehingga pengidapnya merasa mereka sedang menjalani kembali pengalaman traumatis, atau melihatnya di depan mata mereka.

  • Penghindaran

Menghindari pengingat peristiwa traumatis dapat mencakup menghindari orang, tempat, aktivitas, objek, dan situasi yang dapat memicu ingatan yang menakutkan atau menyedihkan. Pengidapnya mungkin mencoba untuk menghindari mengingat atau memikirkan tentang peristiwa traumatis. Mereka juga mungkin menolak membicarakan apa yang terjadi atau bagaimana perasaan mereka tentang hal itu.

  • Perubahan negatif dalam pemikiran dan suasana hati

Gejala perubahan negatif dalam berpikir dan suasana hati mungkin termasuk:

  • Pikiran negatif tentang diri sendiri, orang lain, atau dunia sekitar.
  • Keputusasaan tentang masa depan.
  • Masalah ingatan, termasuk tidak mengingat aspek penting dari peristiwa traumatis.
  • Kesulitan mempertahankan hubungan yang dekat.
  • Merasa terpisah dari keluarga dan teman.
  • Kurangnya minat pada aktivitas yang dulu menjadi hobi.
  • Kesulitan mengalami emosi positif.
  • Merasa mati rasa secara emosional.
  • Perubahan reaksi fisik dan emosional.
  • Perubahan reaksi fisik dan emosional 

Gejalanya mungkin termasuk:

  • Mudah terkejut atau ketakutan.
  • Selalu waspada terhadap bahaya.
  • Tindakan melukai atau merusak diri sendiri, seperti terlalu banyak minum alkohol atau mengemudi terlalu cepat.
  • Kesulitan tidur.
  • Kesulitan berkonsentrasi.
  • Lekas ​​marah, ledakan emosi atau perilaku agresif.
  • Rasa bersalah atau malu yang luar biasa.

Peristiwa Traumatis, Tak Selalu Sebabkan PTSD

PTSD merupakan dampak lanjutan dari reaksi stres akut yang berat ataupun trauma berkepanjangan. Meski begitu, tidak semua orang yang mengalami peristiwa bersifat traumatis akan mengembangkan PTSD. Faktanya, kebanyakan orang tidak mengidap gangguan tersebut.

Sebab ada banyak faktor yang berperan dalam menentukan apakah seseorang akan mengidap PTSD. Beberapa faktor risiko yang membuat seseorang lebih mungkin mengembangkan PTSD, yakni: 

  • Mengalami peristiwa dan trauma yang sangat berbahaya.
  • Terluka.
  • Melihat orang lain terluka, atau melihat mayat.
  • Trauma masa kecil.
  • Merasa ngeri, tidak berdaya, atau sangat takut.
  • Memiliki sedikit atau tidak ada dukungan sosial setelah peristiwa tersebut.
  • Berurusan dengan stres setelah kejadian, seperti kehilangan orang yang dicintai, rasa sakit dan cedera, atau kehilangan pekerjaan atau rumah.
  • Memiliki riwayat penyakit mental atau penggunaan obat-obatan terlarang.

Untungnya ada beberapa faktor yang dapat mendorong pemulihan setelah trauma, misalnya:

  • Segera mencari dukungan dari orang lain, seperti teman dan keluarga.
  • Menemukan kelompok pendukung setelah peristiwa traumatis.
  • Belajar untuk merasa nyaman dengan tindakannya sendiri saat menghadapi bahaya.
  • Memiliki strategi penanggulangan yang positif, atau cara untuk melewati peristiwa buruk dan belajar darinya.
  • Mampu bertindak dan merespons secara efektif meski merasa takut.

Jika kamu memiliki gejala PTSD yang disebutkan sebelumnya, jangan ragu untuk lakukan pemeriksaan di rumah sakit dengan Halodoc untuk memeriksakan diri ke psikolog atau psikiater. Yuk, download aplikasi Halodoc sekarang juga melalui App Store atau Google Play! 

Referensi:
American Psychiatric Association. Diakses pada 2020. What Is Posttraumatic Stress Disorder?
Mayo Clinic. Diakses pada 2020. Post-traumatic Stress Disorder (PTSD).
U.S. National Institute of Mental Health. Diakses pada 2020. Post-Traumatic Stress Disorder.

Mulai Rp50 Ribu! Bisa Konsultasi dengan Ahli seputar Kesehatan