Sudah Vaksin Booster, Tetap Waspada Gejala Omicron
“Gejala omicron nyatanya bisa saja akan dirasakan pada mereka yang sudah mendapatkan vaksin booster. Meski begitu, beberapa di antaranya dilaporkan hanya mengalami gejala yang cukup ringan dan durasi sakitnya pun lebih sebentar jika dibandingkan mereka yang tidak divaksin. Oleh karena itu, penting untuk mendapatkan booster dan menerapkan protokol kesehatan.”
Halodoc, Jakarta – Sudah semenjak beberapa waktu lalu, pemerintah sudah menggalakan program vaksin ketiga atau vaksin booster untuk seluruh penduduk Indonesia. Langkah ini dinilai menjadi salah satu keputusan yang tepat untuk mencegah penularan varian virus corona baru, yakni Omicron yang semakin menyebar luas di kalangan masyarakat.
Selain itu, bukan berarti mereka yang sudah mendapatkan vaksin booster akan terbebas dari varian Omicron. Sebab beberapa orang telah melaporkan mereka tetap terjangkit virus corona varian baru ini, meski sudah mendapatkan booster. Bahkan, ada juga di antara mereka juga yang mengalami infeksi corona kedua kalinya.
Lantas, seperti apa gejala terpapar varian omicron yang bisa terjadi pada mereka yang sudah mendapatkan vaksin booster? Simak ulasannya berikut ini!
Gejala Omicron pada Mereka yang Sudah Vaksin Booster
Berikut ini beberapa gejalanya:
- Gejala Mirip Pilek
Beberapa orang yang sudah divaksin dan terinfeksi Omicron cenderung mengalami gejala, seperti sakit kepala, nyeri tubuh, dan demam. Gejala ini cukup mirip dengan efek samping dari pemberian vaksin itu sendiri.
Sementara itu, untuk gejala, seperti sesak napas, batuk, dan mirip flu, umumnya akan dialami mereka yang terinfeksi, tetapi belum menerima vaksin. Selain itu, gejala sakit tenggorokan juga cukup umum terjadi pada mereka yang sudah divaksin.
Sementara itu, mereka yang sudah divaksin dua dosis biasanya akan mengalami gejala kelelahan dan batuk, tetapi tidak ada gejala sesak napas.
- Tidak Ada Demam dan Anosmia
Selain itu, gejala kehilangan indera perasa dan bau yang disebut juga anosmia nyatanya kurang umum untuk infeksi Omicron. Pengidapnya juga akan kehilangan satu gejala lagi, yakni demam. Gejala demam tercatat tidak banyak dirasakan mereka yang sudah menerima booster, tetapi masih terpapar Omicron.
Oleh karena kemungkinan besar gejalanya yang timbul berupa pilek. Ini berarti gejala dari paparan Omicron agak lebih ringan, tetapi mereka dapat dengan mudah menyebar.
- Tingkat Keparahan yang Berbeda
Spesialis Penyakit Menular di University of California Peter Ching-Hong mengatakan bahwa mereka yang sudah divaksinasi dan mendapatkan booster tampaknya punya gejala yang tidak terlalu parah. Tak hanya itu, durasi sakitnya juga cukup singkat.
Mereka yang tidak divaksinasi biasanya hanya akan bergejala selama lima hari atau lebih. Sementara mereka yang menerima vaksin lengkap hanya punya gejala 1–2 hari saja.
- Perawatan di Rumah Sakit
Mereka yang tidak divaksin umumnya akan berisiko untuk mendapat perawatan di rumah sakit. Meskipun tim ilmuwan menemukan bahwa risiko masuk rumah sakit bisa terjadi pada Omicron dan Delta, tetapi masih memungkinkan untuk mereka yang tidak divaksinasi.
Selain itu, mereka yang tidak divaksin sangat mungkin mendapatkan penyakit lebih sistematik, seperti pneumonia apabila terpapar Omicron. Namun jika kamu sudah divaksin, maka kebanyakan pasien bisa menjalankan isolasi mandiri dan sembuh dalam beberapa hari.
Banyak pasien yang dirawat di rumah sakit seringkali memiliki kondisi kesehatan tertentu, atau mereka lebih tua dan lebih rentan terhadap infeksi virus.
Selain itu, infeksi omicron dapat menyebabkan komplikasi dari kondisi yang ada, seperti diabetes atau gagal jantung. Namun, masih masih sangat jarang bagi orang yang divaksinasi dan vaksin booster untuk sakit parah akibat Omicron.
Jadi, kunci untuk terhindar dari gejala berat akibat Omicron adalah segera mendapatkan dua dosis lengkap vaksin corona dan mendapatkan suntikan booster.
Namun, jika kamu mengalami efek samping setelah vaksin yang cukup mengkhawatirkan, maka ada baiknya untuk segera melakukan pemeriksaan di rumah sakit. Kamu bisa buat janji dengan dokter untuk melakukan pemeriksaan di rumah sakit lewat Halodoc. Praktis bukan? Yuk download Halodoc sekarang!