Stres Bikin Rambut Rontok, Benarkah?
Halodoc, Jakarta – Tumpukan pekerjaan dan padatnya aktivitas sehari-hari bisa meningkatkan risiko stres. Hal ini sama sekali tidak boleh dianggap sepele. Stres berkepanjangan bisa menyebabkan muncul gangguan kesehatan, termasuk rambut rontok yang berujung pada kebotakan.
Umumnya, kebotakan terjadi secara alami, misalnya karena penuaan. Rambut di kepala juga bisa rontok karena efek samping pengobatan, salah memilih produk perawatan, hingga stres berkepanjangan. Sebenarnya, mengapa stres bisa menyebabkan rambut rontok?
Baca juga: 3 Dampak Stres Bisa Sebabkan Kebotakan di Usia Muda
Kebotakan Akibat Stres
Rambut kepala bisa secara alami rontok, biasanya terjadi karena proses penuaan. Namun, stres psikososial ternyata juga bisa menyebabkan rambut rontok hingga kebotakan. Stres psikososial merupakan stres yang muncul karena ada rasa “tertekan” atau merasa terancam dari lingkungan sosial.
Perasaan sepi dan ditinggalkan juga masuk dalam jenis stres psikososial. Kondisi ini sama sekali tidak boleh dianggap sepele karena bisa berdampak pada kesehatan fisik dan mental. Orang yang mengalami kondisi ini mungkin mengembangkan rasa kesepian, terasing, serta tidak memiliki semangat dan merasa tidak ada yang mendukung.
Stres pada akhirnya bisa berdampak pada rontoknya rambut dan berujung dengan kebotakan. Ada tiga jenis kebotakan yang bisa muncul akibat stres, yaitu:
- Alopecia areata
Saat tubuh mengalami stres atau masalah emosional, risiko munculnya alopecia areata menjadi lebih besar. Kondisi ini menyebabkan kebotakan akibat peradangan atau penyakit autoimun. Selain kondisi emosional, ada berbagai hal yang bisa memicu alopecia areata, di antaranya penyakit autoimun, genetik, dan faktor lingkungan.
Baca juga: Hati-Hati, Stres Bisa Sebabkan Alopecia Areata
Kebotakan ini umumnya menyerang kulit kepala, tetapi juga bisa terjadi pada area tubuh lain yang dipenuhi rambut. Kerontokan rambut pada kondisi ini umumnya memiliki pola melingkar dan bersifat progresif. Selain itu, kebotakan juga bisa terjadi secara menyeluruh di area kepala. Hingga kini belum diketahui apa penyebab kondisi ini, tetapi kebotakan diduga terkait dengan stres.
- Telogen Effluvium
Rambut rontok sebenarnya adalah hal yang wajar terjadi. Dalam satu hari, umumnya rambut akan rontok sebanyak 100 helai. Namun, ada kondisi tertentu yang bisa membuat seseorang mengalami kerontokan lebih dari itu dan biasanya disertai stres. Kondisi tersebut dikenal dengan istilah telogen effluvium.
Dalam kondisi normal, rambut yang rontok akan tergantikan dengan pertumbuhan rambut yang baru. Sayangnya, telogen effluvium bisa menghambat proses pertumbuhan tersebut. Hal ini biasanya akan diperparah jika seseorang mengalami stres atau gejolak emosi negatif. Saat sedang stres, rambut menjadi lebih mudah rontok.
- Trikotilomania
Stres bisa membuat seseorang melakukan hal-hal yang mungkin meningkatkan risiko rambut rontok, hal itu disebut dengan trikotilomania. Hal ini menyebabkan pengidapnya terbiasa menarik rambut tanpa disadari. Kebiasaan ini bisa merusak rambut dan mengakibatkan rambut botak karena terlalu sering ditarik.
Kebotakan pada kepala memang tidak berbahaya, tetapi bisa membuat pengidapnya jadi tidak percaya diri. Selain itu, rambut rontok yang terjadi secara berlebihan pun sebaiknya tidak dianggap sepele begitu saja. Bisa jadi, rambut rontok muncul karena ada yang salah dengan kondisi tubuh.
Baca juga: Terlalu Sering Berubah Pikiran? Hati-Hati Kena Penyakit Ini
Segera lakukan pemeriksaan ke dokter jika mengalami rambut rontok berlebih. Atau kamu bisa menanyakannya pada dokter melalui aplikasi Halodoc. Sampaikan gejala yang muncul dan dapatkan saran dari ahlinya. Dokter bisa dihubungi melalui Video/Voice Call dan Chat kapan dan di mana saja tanpa perlu ke luar rumah. Dapatkan informasi seputar kesehatan dan tips hidup sehat dari dokter terpercaya. Yuk, download Halodoc sekarang di App Store dan Google Play!