Stres Berlebihan Berisiko Sebabkan Migrain
Halodoc, Jakarta - Migrain dapat menyebabkan nyeri berdenyut di salah satu atau kedua sisi kepala. Rasa sakitnya sering dirasakan di sekitar pelipis atau belakang mata. Nyeri tersebut dapat berlangsung selama 4 hingga 72 jam. Selain itu, pengidap migrain juga bisa mengalami sakit kepala tidak tertahankan, mual, muntah, nyeri pada area leher, dan sensitif terhadap cahaya.
Migrain sendiri merupakan salah satu dari beberapa jenis sakit kepala. Namun, penyebab migrain tidak diketahui secara pasti, tapi diduga salah satu pemicunya adalah tingkat stres yang tinggi. Relaksasi setelah periode stres tinggi diduga juga dapat memicu migrain. Jadi, bagaimana hubungan stres dan migrain?
Baca juga: Bahaya Sakit Kepala karena Stres Bekerja
Hubungan Stres Berlebihan dengan Migrain
Walaupun penyebab pasti migrain belum diketahui, namun kemungkinan gangguan ini disebabkan oleh perubahan kadar bahan kimia tertentu di otak, seperti serotonin. Serotonin adalah hormon yang bekerja untuk mengatur rasa sakit.
Jadi setelah seseorang berada di masa relaksasi setelah stres tingkat tinggi, kemudian pemicu migrain mulai terasa lebih signifikan daripada stres itu sendiri. Kondisi ini juga disebut efek “let-down”. Kemungkinan efek ini juga berkaitan dengan kondisi lain, seperti pilek atau flu.
Kamu mungkin merasakan gejala stres terlebih dulu sebelum gejala migrain. Gejala umum stres meliputi:
- Sakit perut;
- Ketegangan otot;
- Jadi cepat marah;
- Kelelahan;
- Nyeri dada;
- Detak jantung cepat;
- Sedih dan depresi;
- Kurangnya dorongan seks.
Baca juga: Bahaya Sakit Kepala karena Stres Bekerja
Meditasi, yoga, tai chi, atau melakukan teknik pengendalian pernapasan lainnya ternyata efektif untuk mengendalikan stres yang kamu rasakan. Beberapa cara lain yang bisa dicoba termasuk:
- Olahraga teratur. Olahraga terbukti menjadi cara terbaik untuk mencegah dan terkadang menjadi obat sakit kepala. Namun, tetap hati-hati, karena tanpa pemanasan, olahraga justru menjadi penyebab sakit kepala.
- Cukup istirahat. Stres memang mengacaukan jam tidurmu. Kurang tidur dapat menjadi pemicu stres. Ketika kurang tidur, tubuh akan merilis hormon stres seperti adrenalin dan kortisol.
- Istirahat. Jika kamu merasa kewalahan atau kelelahan, tidak ada salahnya meluangkan waktu untuk menjernihkan pikiran. Lakukan peregangan, pejamkan mata sejenak, atau mengambil cuti sementara untuk pergi berlibur.
- Kelola waktu dengan bijak. Mengelola waktu dengan baik menjadi kunci agar terhindar dari stres. Hindari menunda pekerjaan, dan buatlah skala prioritas agar pekerjaan bisa selesai tepat pada waktunya
Ketika Penyebab Migrain Lebih Dari Sekedar Stres
Umumnya, sakit kepala tidak perlu dikhawatirkan. Namun, ketika sakit kepala sudah sangat mengganggu aktivitas sehari-hari, pekerjaan, dan lainnya, segera minta bantuan dokter melalui aplikasi Halodoc.
Kemungkinan terdapat penyebab migrain lainnya selain stres, terutama ketika terjadi beberapa hal berikut ini:
- Sakit kepala disertai demam, leher kaku, kebingungan mental, kejang, penglihatan ganda, dan kesulitan berbicara.
- Sakit kepala setelah cedera kepala, terutama jika sakit kepala semakin parah.
- Sakit kepala kronis yang memburuk setelah batuk, mengejan, atau gerakan yang tiba-tiba.
Baca juga: Hilangkan Stres dengan Meditasi
Perlu kamu ingat juga, bahwa jika stres menjadi pemicu migrain, berusahalah untuk mengurangi atau menghilangkan sumber stres. Pengobatan dan tindakan perawatan diri juga membantu meredakan gejala dan mencegah atau mengurangi frekuensi migrain.
Referensi:
Healthline. Diakses pada 2020. Can Stress Cause Migraines?
Mayo Clinic. Diakses pada 2020. Headaches: Reduce stress to prevent the pain
Berlangganan Artikel Halodoc
Topik Terkini
Mulai Rp25 Ribu! Bisa Konsultasi dengan Dokter seputar Kesehatan