Sindrom Cushing Lebih Berisiko dengan Pengidap Diabetes?
Halodoc, Jakarta - Istilah sindrom cushing mungkin masih terdengar asing di telinga. Sindrom ini merupakan suatu kumpulan gejala yang muncul akibat kadar hormon kortisol yang terlalu tinggi dalam tubuh. Kondisi ini dapat terjadi secara seketika atau bertahap, dan akan semakin memburuk jika tidak ditangani.
Beberapa sumber menyebutkan jika seseorang yang mengidap sindrom Cushing lebih berisiko untuk mengidap diabetes. Apakah hal tersebut benar adanya? Lalu, apa hubungan antara kedua penyakit ini sehingga mempunyai ikatan satu sama lain? Untuk mengetahuinya, baca ulasan berikut ini!
Baca juga: Cara Simpel Mengendalikan Gula Darah
Diabetes Diakibatkan Sindrom Cushing
Sindrom Cushing adalah kelainan hormon langka yang disebabkan terlalu banyak kortisol di dalam tubuh dalam jangka waktu yang lama. Seseorang yang mengidap gangguan ini bisa terjadi akibat mengonsumsi obat kortikosteroid secara oral. Selain itu, kamu juga dapat mengalaminya karena tubuh yang menghasilkan terlalu banyak kandungan kortisol.
Apa itu hormon kortisol? Hormon ini dihasilkan oleh kelenjar adrenal, yaitu kelenjar yang berada di atas ginjal. Hormon kortisol berfungsi untuk mengontrol suasana hati dan rasa takut. Selain itu, hormon ini juga berperan penting dalam sejumlah fungsi tubuh, di antaranya mengatur tekanan darah, mengurangi peradangan, dan meningkatkan kadar gula darah.
Hormon kortisol juga dikenal sebagai hormon stres, karena hormon ini banyak diproduksi ketika seseorang sedang mengalami stres. Untuk menyeimbangkan kadar kortisol dalam darah, kelenjar adrenal dibantu oleh kelenjar yang berada di otak yang dinamakan hipotalamus dan hipofisis. Kedua kelenjar ini berfungsi untuk mengirim sinyal ke kelenjar adrenal untuk mengurangi produksi atau menambah produksi hormon kortisol.
Baca juga: Ini Batas Kadar Gula Darah yang Normal bagi Wanita
Pada dasarnya, sindrom ini disebabkan oleh peningkatan kadar hormon kortisol yang abnormal. Kondisi ini dapat menyebabkan berbagai gangguan pada sistem tubuh lainnya, seperti:
- Tekanan darah.
- Kadar gula dalam darah (glukosa).
- Aksi antiinflamasi.
- Kontraksi jantung dan pembuluh darah.
- Respon imun.
- Metabolisme lemak, karbohidrat, dan protein untuk menjaga glukosa darah (glukoneogenesis).
- Aktivasi sistem pada saraf pusat.
Selain itu, ada beberapa gejala yang dapat dialami pengidap sindrom ini tergantung pada tingginya kadar kortisol dalam tubuh dan yang umum terjadi, antara lain:
- Menumpuknya jaringan lemak, terutama pada bagian bahu dan wajah.
- Penipisan kulit, sehingga kulit menjadi mudah memar atau lebam.
- Guratan berwarna ungu kemerahan pada kulit perut, payudara, lengan, dan paha.
- Terjadi peningkatan berat badan.
- Luka yang terdapat pada kulit menjadi susah untuk sembuh.
- Munculnya jerawat.
- Mudah cemas, merasa pusing, mudah marah, dan depresi.
- Otot menjadi lemah secara tiba-tiba.
- Adanya tekanan darah tinggi.
- Adanya gangguan pertumbuhan pada anak.
- Pengeroposan pada tulang.
- Rasa haus yang meningkat.
- Frekuensi urinasi yang meningkat.
- Gangguan siklus menstruasi.
- Tumbuh rambut lebat pada wanita di bagian-bagian yang biasanya hanya terdapat pada pria.
- Pada pria dapat mengalami disfungsi ereksi, hilangnya gairah seksual, penurunan kesuburan, bahkan impotensi.
- Pipi bengkak dengan adanya bercak merah.
Penyebab utama dari sindrom cushing adalah akibat paparan kronis atau mengonsumsi terlalu banyak obat-obatan glukokortikoid. Kandungan glukokortikoid menyerupai cara kerja hormon alami tubuh yang berhubungan dengan kortisol. Obat-obatan ini digunakan untuk mengatasi berbagai kondisi, seperti asma, inflamasi kulit, kanker, penyakit usus, nyeri sendi, dan rheumatoid arthritis.
Lalu, apa penyebab seseorang yang mengidap diabetes lebih berisiko alami sindrom cushing?
Faktanya justru sebaliknya, seseorang yang mengidap sindrom cushing lebih rentan untuk mengalami diabetes. Hal ini terjadi akibat dari resistensi insulin dan gangguan sekresi insulin yang disebabkan oleh kelebihan glukokortikoid (GC). Resistensi tersebut disebabkan efek kandungan GC pada hati, otot rangka, dan jaringan adiposa.
Baca juga: Ini Batas Kadar Gula Darah yang Normal bagi Pria
Maka dari itu, jika kamu didiagnosis dengan sindrom cushing, ada baiknya untuk melakukan pemeriksaan secara rutin agar komplikasi yang lebih parah dapat dihindari. Perawatan untuk sindrom cushing yang perlu dilakukan adalah mengembalikan kadar kortisol pada tubuh agar normal sehingga gejalanya lebih baik. Semakin dini perawatan dimulai, semakin baik peluang seseorang untuk pulih.
Kamu juga bisa ngobrol langsung dengan dokter ahli di aplikasi Halodoc melalui Chat atau Voice/Video Call untuk mengetahui masalah kesehatan kamu. Tidak hanya itu, kamu juga bisa membeli obat yang kamu butuhkan, dan pesanan kamu akan diantar dalam waktu satu jam. Yuk, download aplikasi Halodoc di Google Play atau App Store!
Referensi:
European Journal of Endocrinology. Diakses pada 2021. Is diabetes in Cushing's syndrome only a consequence of hypercortisolism?
Mayo Clinic. Diakses pada 2021. Cushing syndrome.
Berlangganan Artikel Halodoc
Topik Terkini
Mulai Rp50 Ribu! Bisa Konsultasi dengan Ahli seputar Kesehatan