Siapa Saja Orang yang Berisiko Mengalami Limfadenitis?

Ditinjau oleh  dr. Verury Verona Handayani   07 Mei 2021
Siapa Saja Orang yang Berisiko Mengalami Limfadenitis?Siapa Saja Orang yang Berisiko Mengalami Limfadenitis?

Halodoc, Jakarta – Limfadenitis adalah pembesaran pada satu atau lebih kelenjar getah bening yang biasanya terjadi karena infeksi. Kelenjar getah bening diisi dengan sel darah putih yang membantu tubuh melawan infeksi. 

Gejala utama limfadenitis adalah pembesaran kelenjar getah bening yang disertai dengan ukuran yang bertambah besar, sakit saat disentuh, timbul kemerahan, dan bisa berisi nanah. Siapa saja orang yang berisiko mengalami limfadenitis? Baca informasi lengkapnya di sini!

Baca juga: Benarkah Infeksi Gigi Dapat Sebabkan Limfadenitis?

Faktor Risiko Orang Terkena Limfadenitis

Seperti yang sudah disebutkan sebelumnya, limfadenitis adalah infeksi pada satu atau lebih kelenjar getah bening. Ketika kelenjar getah bening terinfeksi, biasanya karena infeksi dimulai di tempat lain di tubuh.

Limfadenitis dapat menyebabkan kelenjar getah bening membesar, merah, atau lunak. Perawatan untuk kondisi ini bisa dengan antibiotik, dan obat-obatan untuk mengendalikan rasa sakit dan demam. Pengobatan infeksi dini dapat mencegah perkembangan limfadenitis.

Beberapa kondisi kesehatan dapat menempatkan seseorang mengalami limfadenitis, faktor risiko tersebut adalah:

1. Infeksi bakteri streptokokus atau stafilokokus.

2. Tonsilitis.

3. Infeksi HIV.

4. Herpes genital.

5. Mononukleosis.

6. Juvenile rheumatoid arthritis.

7 Leukemia or limfoma.

8. Anemia sel sabit.

8. Penyakit Kawasaki. 

Limfadenitis kronis lebih sering terjadi pada anak-anak di bawah usia 12 tahun. Faktor-faktor yang dapat meningkatkan kemungkinan seseorang mengembangkan limfadenitis kronis meliputi:

1. Memiliki salah satu penyebab limfadenitis.

2. Melakukan kontak dengan seseorang yang memiliki salah satu penyebab limfadenitis.

3. Melakukan kontak dengan hewan, khususnya kucing, tikus, atau sapi.

Limfadenitis Berbahaya atau Tidak?

Limfadenitis bisa menjadi hal yang mengkhawatirkan, terutama jika penyebab pembengkakan tidak jelas. Namun dalam kebanyakan kasus, pembengkakan kelenjar getah bening merupakan tanda bahwa sistem kekebalan tubuh bekerja dengan baik.

Baca juga: 3 Jenis Abses dan Cara Mengatasinya

Orang yang mengidap HIV atau AIDS, yang memakai obat penekan sistem kekebalan, atau yang dokternya memberi tahu mereka bahwa mereka memiliki sistem kekebalan yang lemah, harus menghubungi dokter jika kelenjar getah beningnya membengkak.

Jika kamu termasuk orang dengan kondisi demikian dan butuh rekomendasi kesehatan dari profesional medis, bisa ditanyakan langsung ke Halodoc. Dokter yang ahli di bidangnya akan berusaha memberikan solusi terbaik. Caranya cukup download aplikasi Halodoc lewat Google Play atau App Store. Melalui fitur Contact Doctor kamu bisa memilih mengobrol lewat Video/Voice Call atau Chat.

Baca juga: Limfadenopati, Apakah Penyakit yang Bisa Menular?

Bagi kebanyakan orang, menunggu 1–2 minggu untuk melihat apakah gejalanya hilang adalah tindakan yang tepat. Temui dokter jika kamu mengalami beberapa hal berikut: 

1. Kelenjar getah bening yang membengkak muncul setelah terjadi cedera pada kulit.

2. Bayi baru lahir atau bayi mengalami pembengkakan kelenjar getah bening.

3. Demam berkembang bersamaan dengan pembengkakan kelenjar getah bening.

Jika seseorang tidak menunjukkan tanda-tanda infeksi, pembengkakan kelenjar getah bening mungkin merupakan tanda bahwa tubuh berhasil melawan infeksi. Dua minggu adalah waktu yang ideal untuk menunggu apakah pembengkakan berkurang atau tidak. 

Jika pembengkakan tidak kunjung hilang, atau jika kelenjar getah bening keras atau berdiameter lebih dari 1,5 sentimeter, segera temui dokter. Banyak kasus limfadenitis sembuh dengan sendirinya. Tergantung pada penyebab yang mendasari limfadenitis, pembengkakan dapat berlangsung selama beberapa waktu. 

Komplikasi limfadenitis yang tidak diobati bisa menjadi serius, bahkan menyebabkan kematian. Kamu dapat membantu meminimalkan risiko komplikasi serius dengan mengikuti rencana perawatan yang direkomendasikan oleh dokter. 

Referensi:
Health Grades. Diakses pada 2020. Lymphadenitis.
Medical News Today. Diakses pada 2020. What to know about reactive lymph nodes.
Winchester Hospital. Diakses pada 2020. Chronic Lymphadenitis.
Hopkins Medicine.org. Diakses pada 2020. Lymphadenitis.
Healthline. Diakses pada 2020. Lymph Node Inflammation (Lymphadenitis).