Si Kecil Mengidap Astigmatisme, Ibu Harus Apa?
Halodoc, Jakarta - Masalah mata, seperti astigmatisme atau mata silinder, sebenarnya enggak cuma dialami orang dewasa atau lansia saja. Sebab, anak-anak pun juga bisa mengalami keluhan mata ini. Astigmatisme sendiri merupakan gangguan penglihatan akibat kelainan pada kelengkungan kornea atau lensa.
Baca juga: 5 Fakta tentang Gangguan Mata Astigmatisme
Astigmatisme pada anak ini akan menyebabkan pandangan menjadi kabur, baik dalam jarak dekat maupun jauh. Dalam beberapa kasus, astigmatisme ini bisa terjadi bersamaan dengan rabun dekat atau rabun jauh. Umumnya, astigmatisme ini terjadi saat lahir, namun ada juga yang disebabkan oleh cedera pada mata atau akibat operasi mata.
Lalu, apa yang sebaiknya ibu lakukan bila Si Kecil mengidap masalah ini?
Amati Gejala-gejalanya
Untuk beberapa kasus, sebenarnya penyakit mata ini tak menimbulkan gejala sama sekali. Tapi, ada pula beberapa orang yang bisa mengalami gejala, seperti:
-
Kesulitan membedakan warna yang mirip.
-
Distorsi penglihatan, misalnya melihat garis lurus tampak miring.
-
Kesulitan melihat saat malam hari.
-
Pandangan jadi samar atau tidak fokus .
-
Sensitif terhadap sorotan cahaya.
-
Sering menyipitkan mata saat melihat sesuatu.
-
Mata mudah lelah dan sering tegang.
Metode Mendiagnosis Astigmatisme
Untuk memastikan diagnosis penyakit ini, biasanya dokter akan melakukan pemeriksaan mata secara menyeluruh. Pemeriksaannya meliputi:
Baca juga: Bukan Cuma Samar, Ini 9 Gejala Astigmatisme
-
Tes Ketajaman Penglihatan. Dalam tes ini, dokter akan meminta kita untuk membaca serangkaian huruf dalam berbagai ukuran, setidaknya dari jarak enam meter.
-
Uji Refraksi. Dokter akan memulai tes ini dengan mengukur intensitas cahaya yang diterima retina. Pengukurannya menggunakan mesin, atau kita diminta membaca huruf terkecil melalui alat yang disebut phoropter. Andaikan seseorang belum bisa melihat huruf dengan jelas, maka ukuran lensanya akan dikoreksi sampai huruf dapat terbaca dengan sempurna.
-
Keratometry. Prosedurnya untuk mengukur kelengkungan pada kornea mata menggunakan keratometer. Selain itu, tes ini juga menentukan ukuran lensa kontak yang tepat. Prosedur ini juga bisa digunakan untuk memeriksa kondisi kornea pasca operasi mata.
-
Togofrafi. Tes ini bertujuan untuk memetakan kelengkungan kornea dan mendiagnosis kemungkinan keratoconus. Tes ini bisa membantu dokter untuk menentukan jenis operasi mata yang akan dilakukan.
Pengobatan Astigmatisme
Untuk mengatasi mata silinder ini bergantung pada skala dioptri pengidapnya. Pada mata silinder di atas 1,5, umumnya dokter akan menyarankan pengidapnya untuk menggunakan kacamata atau lensa kontak. Kacamata di sini menggunakan lensa silindris, sering kali dikombinasikan dengan lensa sferis.
Tapi, bila mereka menginginkan metode pengobatan lain, dokter bisa merekomendasikan bedah refraktif.
Baca juga: Awas, Inilah Kebiasaan yang Memicu Astigmatisme
Nah, berikut beberapa metode bedah yang bisa dilakukan:
-
Laser-assisted in situ keratomileusis (LASIK). Metode ini menggunakan laser untuk membentuk ulang kornea dengan mengangkat sebagian jaringan kornea. Tujuannya memperbaiki fokus cahaya ke retina.
-
Laser-assisted subepithelial keratectomy (LASEK). Di prosedur ini dokter akan mengendurkan lapisan pelindung kornea (epithelium) dengan alkohol khusus. Kemudian, kornea akan dibentuk ulang menggunakan laser. Selanjutnya, epithelium akan kembali ditempatkan ke posisi awalnya.
-
Photorefractive keratectomy (PRK). Prosedur PRK hampir sama seperti Lasek, hanya saja epithelium akan diangkat pada tindakan PRK. Epithelium ini akan kembali terbentuk secara alami mengikuti kelengkungan kornea yang baru.
Mau tahu lebih jauh mengenai masalah di atas? Atau memiliki keluhan mata lainnya? Kamu bisa kok bertanya langsung kepada dokter melalui aplikasi Halodoc. Lewat fitur Chat dan Voice/Video Call, kamu bisa mengobrol dengan dokter ahli tanpa perlu ke luar rumah. Yuk, download aplikasi Halodoc sekarang juga di App Store dan Google Play!