Sering Mendengarkan Musik Keras, Berisiko Terkena Tinnitus?

Ditinjau oleh  Redaksi Halodoc   09 November 2018
Sering Mendengarkan Musik Keras, Berisiko Terkena Tinnitus?Sering Mendengarkan Musik Keras, Berisiko Terkena Tinnitus?

Halodoc, Jakarta - Penyakit tinnitus mungkin terdengar asing di telinga, tetapi penyakit ini pernah menjadi salah satu isu yang diangkat dalam film A Star Is Born yang dibintangi oleh Lady Gaga dan Bradley Cooper. Dalam film tersebut, Jackson Maine yang diperankan oleh Bradley Cooper adalah musisi yang sedang naik daun sehingga ia sering melakukan tur. Sayangnya akibat pekerjaannya sebagai musisi tersebut, Jackson akhirnya merasakan dampak yang mengganggu kesehatannya. Ia divonis menderita tinnitus sebagai dampak mendengarkan musik keras dalam kurun waktu yang lama.

Lebih dari 50 juta orang Amerika Serikat mengalami tinnitus. Kondisi ini menyebabkan seseorang mendengar dering di telinga atau gangguan persepsi suara tanpa sumber eksternal yang hadir. Tinnitus tidak bisa dibilang sebagai penyakit, melainkan gejala dari kondisi kesehatan tertentu. Kondisi tinnitus diindikasikan bahwa seseorang mengalami cedera telinga, gangguan pada sistem sirkulasi tubuh, atau menurunnya fungsi pendengaran yang muncul seiring bertambahnya usia. Kabar buruknya, tinnitus  tidak bisa disembuhkan.

Penyebab Tinnitus

Tinnitus erat kaitannya sebagai bagian dari dampak mendengarkan musik keras dalam jangka waktu lama. Namun, masih banyak hal yang dapat menyebabkan kondisi ini, yaitu:

  • Kerusakan pada telinga bagian dalam sehingga proses pengiriman gelombang suara akan terputus dan otak terus mencari sinyal sehingga menyebabkan bunyi tinnitus.

  • Kehilangan pendengaran karena lanjut usia. Kepekaan saraf pendengaran berkurang seiring bertambahnya usia.

  • Sering beraktivitas di tempat dengan paparan suara yang keras, seperti musisi, sound engineer, atau pekerja pabrik. Tetapi jika terjadi dalam waktu singkat, biasanya tidak menyebabkan tinnitus, kerusakan hanya dapat berlangsung sementara.

  • Penumpukan kotoran dalam telinga sehingga menghalangi pendengaran dan bisa memicu iritasi pada gendang telinga akibat tumbuhnya bakteri.

  • Infeksi pada telinga bagian tengah.

  • Penumpukan cairan dalam telinga bagian tengah

  • Pertumbuhan tulang telinga yang abnormal.

  • Cedera kepala atau leher.

  • Efek samping obat-obatan tertentu, seperti antibiotik, kina, antidepresan tertentu, serta aspirin.

  • Pecahnya gendang telinga.

  • Gangguan kardiovaskular, misalnya hipertensi atau aterosklerosis.

Pengobatan Tinnitus

Cara mengatasi penyakit ini berbeda tergantung pada penyebabnya. Namun, jika penyebabnya masih belum jelas, dokter akan melakukan penanganan untuk menekan bunyi tinnitus sehingga pengidap tidak merasa terganggu. Langkah-langkahnya antara lain:

  • Menggunakan alat bantu dengar.

  • Operasi.

  • Terapi suara, pasien dapat diminta untuk mendengarkan bunyi-bunyian khusus agar bunyi tinnitus menghilang.

  • Tinnitus retraining therapy (TRT). Dalam terapi ini, pasien dilatih untuk membiasakan diri dengan bunyi tinnitus yang dialami.

  • Terapi perilaku kognitif (CBT) agar pola pikir pengidap terhadap tinnitus bisa diubah sehingga terhindar dari stres dan depresi.

Mencegah Tinnitus

Ada beberapa pencegahan tinnitus yang bisa dilakukan, yaitu sebagai berikut:

  • Mengecilkan volume earphone dan mengurangi aktivitas mendengarkan musik keras.

  • Menghindari area yang memiliki paparan suara keras. Nilai ambang batas kebisingan yang aman adalah 85 dB, waktu pemaparan yang aman adalah  8 jam/hari atau 40 jam/minggu. Jika kebisingan melewati batas tersebut gunakan pelindung telinga.

  • Menjaga selalu kebersihan telinga.

Jika merasakan gangguan pendengaran, sebaiknya kamu meminta dokter spesialis telinga, hidung, dan tenggorokan (THT) untuk mengatasinya. Atau jika ragu, kamu bisa membicarakan masalah seputar telinga dengan dokter lewat aplikasi Halodoc. Kamu bisa menghubungi dokter melalui Video/Voice Call dan Chat. Membeli produk kesehatan semakin mudah dengan Halodoc. Yuk, download Halodoc sekarang di App Store dan Google Play.

Baca juga: