Sering Berbohong, Kenali 4 Gejala Mythomania
“Mythomania adalah kebohongan yang diucapkan tanpa alasan yang pasti. Biasanya, pelaku menempatkan diri sebagai pahlawan dalam cerita untuk mendapatkan simpati.”
Halodoc, Jakarta – Mythomania atau kebohongan patologis adalah gangguan kronis dari kebohongan kompulsif atau kebiasaan. Tidak seperti kebohongan lain, mythomania biasanya diutarakan tanpa alasan yang jelas.
Pelaku kebohongan patologis adalah seseorang yang berbohong secara kompulsif. Beberapa kebohongan diceritakan untuk membuat pelaku tampak sebagai pahlawan atau untuk mendapatkan simpati.
Jurnal Localisation of increased prefrontal white matter in pathological liars menyebutkan, mythomania adalah gangguan yang memengaruhi sistem saraf pusat. Area tersebut berfungsi mengendalikan seluruh pengaturan dan pengolahan rangsangan, mulai dari pikiran, gerakan, emosi, dan hormon tubuh.
Gejala Mythomania yang Dialami oleh Pengidap
Sebuah studi berjudul The brain adapts to dishonesty menerangkan tentang apa yang terjadi di otak saat berbohong. Hasilnya, semakin banyak kebohongan yang dikatakan, pelaku semakin mudah dan sering berbohong.
Kebohongan patologis juga termasuk dalam karakter dari masalah mental, seperti gangguan kepribadian antisosial (psikopat). Selain itu, kebohongan juga bisa dipicu oleh trauma atau cedera kepala.
Ciki khasnya bisa terlihat dari gejala berupa:
1. Kebohongan tidak memiliki manfaat yang jelas
Jika kebohongan biasanya diucapkan untuk menghindari situasi yang tidak nyaman, pelaku mythomania mengarang cerita tanpa manfaat yang jelas. Kebohongan dapat berupa pencapaian, perasaan, kehidupan sosial, usia, atau penghasilan.
2. Cerita dramatis, rumit, dan mendetail
Bisa dibilang, pembohong patologis adalah pendongeng yang hebat. Kebohongan mereka cenderung sangat detail dan terstruktur dengan baik. Faktanya, pelaku mengetahui bahwa tindakan tersebut bisa merusak reputasinya.
Salah satu contoh, misalnya, pelaku sering mengatakan bahwa dirinya mengidap penyakit mematikan untuk mendapat simpati. Padahal kenyataannya, ia berada dalam kondisi kesehatan yang sehat dan prima.
3. Kebohongan terlihat sangat meyakinkan
Di dalam cerita yang dibuat oleh pelaku, mereka menempatkan diri sebagai korban atau pahlawan. Tujuannya tak hanya membuat lawan bicara berempati, tapi juga mengagumi kehebatan pelaku dari cerita karangannya.
4. Percaya dengan kebohongan sendiri
Pelaku mempercayai kebohongan yang mereka ucapkan adalah kenyataan. Mereka berbicara dalam keadaan di antara kesadaran dan delusi. Lawan bicara pun bisa terkecoh karena rasa percaya diri yang tinggi.
Pelaku tidak sungkan untuk menatap mata lawan bicara dan menampilkan gestur tubuh yang tenang. Bisa dibilang, mereka tampil alami dan terlihat lihat saat berbicara tanpa jeda.
Saat ditanya terkait dengan cerita yang dibawakan, mereka akan mengarang cerita lanjutan untuk menjawab pertanyaan tersebut. Terlihat meyakinkan lawan bicara, tapi semua hal yang diucapkan adalah fiktif.
Sederhananya, pembohong patologis adalah orang yang lihat dan sangat mengerti bagaimana cara memikat lawan bicara. Tentunya dengan menceritakan kisah yang rumit dengan sangat bersemangat.
Jangan sungkan untuk berbicara dengan psikolog atau psikiater jika menemukan karakter mythomania di lingkup sosial pergaulan. Cari cara untuk keluar dari keadaan yang bisa merugikan diri sendiri.
Jika membutuhkan informasi lain seputar kesehatan mental, gaya hidup dan pola hidup sehat lainnya, silakan download Halodoc sekarang juga.