Sembuh dari Gagal Ginjal Akut, Apakah Ginjal Dapat Berfungsi Normal?
“Fungsi ginjal pada pengidap gagal ginjal akut dikhawatirkan dapat menurun meski telah sembuh. Pemerintah melalui Kementerian Kesehatan (Kemenkes) menjawab hal tersebut terkait kasus gagal ginjal akut pada anak.”
Halodoc, Jakarta – Kasus gagal ginjal akut pada anak masih terus menjadi perhatian publik. Tak hanya di lingkup domestik, tetapi juga sampai ke tingkat internasional. Di Indonesia sendiri, isu masalah kesehatan ini tercatat terjadi pada 324 dengan jumlah pengidap yang meninggal dunia sebanyak 195 orang.
Gagal ginjal akut sendiri adalah kelainan pada organ ginjal yang terjadi secara mendadak. Lantas, muncul pertanyaan sekaligus kekhawatiran baru dari orang tua, bisakah ginjal anak-anak penyintas gagal ginjal akut berfungsi normal kembali 100 persen?
Ginjal Penyintas Dapat Berfungsi Normal?
Menjawab kekhawatiran ini, Mohammad Syahril selaku jubir Kemenkes mengatakan, anak-anak pengidap gagal ginjal akut bisa sembuh sepenuhnya dengan ginjal yang kembali normal 100 persen. Sebab, gagal ginjal akut yang tengah terjadi pada anak-anak tidak sama dengan gagal ginjal kronis.
Kondisi gagal ginjal kronis menunjukkan adanya kerusakan pada ginjal pengidap dalam waktu yang lama. Alhasil, ginjal pengidap tidak bisa berfungsi normal 100 persen. Sebaliknya, kondisi gagal ginjal akut, terutama yang terjadi karena intoksikasi bisa sembuh total jika racunnya hilang.
Dugaan karena Kandungan Berbahaya pada Obat Sirup Anak
Indonesia sendiri tidak menunjukkan adanya penambahan kasus baru gagal ginjal akut pada anak. Selain itu, tingginya angka kematian bisa ditekan sesuai dengan langkah dari Kemenkes melalui Surat Edaran (SE) yang diterbitkan pada 18 Oktober lalu.
Surat tersebut berisikan tentang larangan kepada tenaga medis dan fasilitas kesehatan untuk memberikan obat dalam sediaan sirup untuk anak. Ini karena muncul dugaan kasus gagal ginjal akut pada anak yang mencuat, dan menyebabkan korban jiwa terjadi karena kandungan berbahaya pada obat sirup anak. Kandungan tersebut adalah etilen glikol (EG), dietilen glikol (DEG), dan etilen glikol butir eter (EGBE).
Menteri Kesehatan (Menkes) Budi Gunadi Sadikin mengatakan ketiga senyawa berbahaya tersebut semestinya tidak ada pada obat sirup atau cair yang diberikan pada anak. Jika pun ada, kadarnya harus sangat kecil sehingga tidak berujung pada efek samping serius dan mengancam nyawa, terutama untuk anak.
Sebenarnya, ketiga zat berbahaya yang terkandung pada obat tersebut baru bisa terlihat setelah memakai polietilen glikol atau PEG untuk meningkatkan kelarutan bahan-bahan dalam obat sirup. Pemakaiannya juga memang tidak boleh untuk membuat obat.
Sayangnya, munculnya zat tersebut kemungkinan dari kontaminan saat penggunaan zat aditif saat membuat obat. Batas aman pemakaiannya juga hanya 0,1 persen untuk senyawa gliserin dan propilen glikol, serta 0,25 persen untuk polietilen glikol.
Langkah Pencegahan Gagal Ginjal Akut pada Anak
Sebagai ganti pemakaian obat sirup, Menkes Budi menganjurkan anak-anak untuk diberikan obat puyer. Namun, akan lebih baik jika penanganan penyakit ringan seperti demam, batuk, dan pilek dilakukan secara alami terlebih dahulu. Sementara itu, untuk kondisi penyakit yang memang membutuhkan pengobatan jangka panjang, seperti kejang dan TBC, pemakaian obat bisa sesuai dengan anjuran dokter.
Selain itu, orang tua juga perlu mengetahui gejala dan cara mencegah gagal ginjal akut pada anak. Pastikan untuk selalu mengecek volume urine anak dan memberikan asupan cairan yang cukup. Jangan lupa untuk selalu menjaga kebersihan dan rajin mencuci tangan jika melakukan aktivitas di luar.
Tanyakan pada dokter spesialis anak di Halodoc jika ibu mendapati anak menunjukkan penurunan volume urine, disertai dengan gejala lain seperti demam, warna urine berubah menjadi kecoklatan atau pekat, dan penurunan nafsu makan. Yuk, download Halodoc di App Store atau Play Store.