Selain Demam Tinggi, Apa Gejala Tifus?
Halodoc, Jakarta – Demam tifoid atau yang biasa disebut tifus adalah penyakit yang disebabkan oleh Salmonella typhi. Tifus dapat menular dengan cepat dan menyerang sistem pencernaan di dalam tubuh. Faktanya, siapa pun dapat terinfeksi bakteri penyebab tifus ini, terutama bagi mereka yang memiliki sistem kekebalan tubuh yang rendah. Hal ini membuat anak-anak mudah terserang tifus.
Infeksi bakteri ini dapat menyebar melalui kontak oral, atau melalui air dan makanan yang sudah terkontaminasi. Untuk itu, tidak mengherankan jika sanitasi yang buruk menjadi faktor risiko terbesar penularan tifus. Selama ini, gejala paling umum dari tifus yang kamu kenal mungkin hanya demam tinggi. Padahal, ada banyak gejala lainnya yang bisa kamu waspadai. Ini ulasannya.
Baca Juga: Diagnosis Penyakit Tifus dengan Tes Mikrobiologi, Ini Penjelasannya
Gejala Tifus yang Perlu Diketahui
Dilansir dari studi yang ditulis dalam National Institute for Communicable Diseases, gejala umum yang terjadi saat mengidap tifus adalah demam tinggi. Demam ini terjadi dalam minggu pertama dan dapat bertahan sampai 48 jam. Namun, ada beberapa gejala lain yang juga dapat terjadi, di antaranya:
-
Sakit kepala;
-
Nyeri perut atau terjadi kram perut;
-
Mual dan muntah;
-
Tubuh terasa lemah dan kelelahan;
-
Diare atau sembelit;
-
Kehilangan selera makan;
-
Beberapa orang akan mengalami ruam yang rata.
Bakteri penyebab tifus mudah menyerang ketika kamu mengonsumsi makanan yang kotor dan daya tahan tubuhnya rendah. Ketika bakteri menyerang usus dan masuk ke dalam peredaran darah, maka gejala-gejala di atas akan mudah terjadi sehingga terjadinya penyakit tifoid.
Tifus yang tidak diobati dapat menyebabkan komplikasi serius dan berpotensi fatal. Jadi, penting untuk mengunjungi dokter ketika sudah mengalami gejala tifus. Nah, kalau kamu berencana mengunjungi rumah sakit, kamu bisa membuat janji dengan dokter terlebih dahulu melalui aplikasi Halodoc. Hal ini akan memudahkan kamu untuk berobat sehingga tidak perlu mengantre lagi ketika sesampainya di rumah sakit.
Baca Juga: Hati-Hati Gigitan Tungau dan Cara Mengatasinya
Tifus disebabkan oleh bakteri, maka satu-satunya pengobatan yang bisa dilakukan adalah menggunakan antibiotik. Antibiotik yang umumnya digunakan untuk mengobati tifus, contohnya doxycycline, chloramphenicol, dan ciprofloxacin. Selain itu, pola hidup yang sehat dan bersih juga harus diterapkan untuk mengembalikan kesehatan kamu setelah terserang tifus.
Namun, sebelum mengonsumsi antibiotik di atas, kamu harus berkonsultasi dengan dokter terlebih dahulu terkait dosis dan keamanannya. Kamu juga bisa membicarakan tentang pengobatan tifus terbaik dengan dokter Halodoc. Lewat aplikasi, kamu dapat menghubungi dokter kapan saja dan di mana saja.
Baca Juga: Tikus Bisa Sebabkan Demam Tiba-Tiba
Langkah Pencegahan Tifus
Penyakit tifus biasanya rentan terjadi di negara berkembang atau di daerah yang sanitasi buruk dan tempat tinggal yang ramai. Untuk itu, ada tiga metode yang paling efektif untuk mencegah tifus, yaitu rutin mencuci tangan dengan sabun dan air setelah menggunakan kamar mandi dan sebelum makan atau menyiapkan makanan. Kedua, penyediaan air yang bersih untuk aktivitas sehari-hari. Ketiga, sanitasi lingkungan yang memadai dan harus kamu jaga keamanannya.
Hal ini dapat mencegah kontaminasi bakteri penyebab tifus dan tentunya menjaga tubuh kamu agar tetap sehat serta terhindar dari gangguan kesehatan. Jika masih ada pertanyaan tentang penyakit tifus yang masih membuat penasaran, tidak ada salahnya untuk mencari tahu informasi kesehatan di aplikasi Halodoc.
Referensi:
WHO. Diakses pada 2020. Typhus fever (Epidemic louse-borne typhus)
Healthline. Diakses pada 2020. Typhus
National Institute for Communicable Diseases. Diakses pada 2020. Typhoid-caused by Salmonella Typhi
Berlangganan Artikel Halodoc
Topik Terkini
Mulai Rp50 Ribu! Bisa Konsultasi dengan Ahli seputar Kesehatan