Sebelum Terlambat, Cegah Perdarahan Postpartum dengan Cara Ini
Halodoc, Jakarta - Mau tahu betapa seriusnya masalah perdarah postpartum pada ibu hamil? Menurut catatan WHO, setidaknya 25 persen kematian ibu terjadi akibat perdarahan usai melahirkan atau perdarahan postpartum. Kira-kira angkanya mencapai 100.000 kematian ibu per tahun. Cukup banyak, bukan?
Bahkan, data dari American College of Obstetricians and Gynecologists (ACOG) lebih membuat resah. Para ahli di sana memperkirakan 140.000 kematian ibu per tahun akibat perdarahan postpartum.
Perdarahan postpartum sendiri kebanyakan disebabkan oleh terbukanya pembuluh darah pada rahim, di mana plasenta melekat di dinding rahim ketika hamil. Di samping itu, prosedur episiotomi (sayatan yang dibuat pada perineum, jaringan di antara jalan lahir dan anus, pada saat proses persalinan) juga bisa menyebabkan kondisi ini.
Pertanyaannya jelas, bagaimana sih cara mencegah perdarahan postpartum?
Baca juga: Kenali Pemeriksaan untuk Deteksi Perdarahan Postpartum
1. Rutin Melakukan Pemeriksaan Kehamilan
Caranya memang terbilang sederhana. Namun, rutin melakukan pemeriksaan kehamilan secara berkala, bisa menjadi cara jitu untuk mencegah terjadinya perdarahan postpartum. Di sini dokter kandungan akan melakukan berbagai pemeriksaan.
Nantinya dokter akan mempertimbangankan faktor risiko dan kondisi ibu selama kehamilan. Contohnya, bila ibu pernah mengalami perdarahan postpartum pada kehamilan sebelumnya, gangguan perdarahan, atau golongan darah yang langka, dokter bisa mempersiapkan rencana persalinan yang sesuai.
2. Jauhi Faktor Risiko yang Memicunya
Ingat, perdarahan postpartum bisa dipicu banyak faktor. Mulai dari indeks massa tubuh yang berlebih atau obesitas, anemia, kadar kolesterol yang tinggi, hingga preeklamsia. Oleh sebab itu, hindarilah beragam hal atau kondisi yang bisa memicu kondisi di atas.
Contohnya, obesitas. Bagi ibu yang hamil dengan kondisi bobot tubuh berlebih, cobalah tanyakan kepada dokter cara terbaik untuk menurunkan berat badan. Sebab, obesitas bisa menyebabkan kontraktilitas uterus melemah. Kondisi ini bisa membuat proses persalinan berkepanjangan,, sehingga meningkatkan risiko kehilangan darah yang berlebih atau perdarahan postpartum.
Sedangkan kolesterol tinggi, lain lagi ceritanya. Kadar kolesterol yang tinggi bisa mengganggu kemampuan rahim untuk berkontraksi dengan efektif. Untuk anemia sendiri, cara menghindari dengan mengonsumsi makanan yang kaya zat besi. Bila diperlukan, konsumsilah suplemen zat besi.
Baca juga: Kehamilan di Usia Tua Berisiko Alami Perdarahan Postpartum
Bagaimana dengan preeklamsia? Rutinlah melakukan pemeriksaan tekanan darah. Di samping itu, rutinlahlah berolahraga dan batasi makanan asin, serta hindari konsumsi minuman beralkohol atau kafein.
Hal yang perlu digarisbawahi, perdarahan postpartum juga bisa dipicu oleh beberapa kondisi medis tertentu. Misalnya, plasenta akreta, retensio plasenta, atau atonia uteri.
Nah, bila ibu memiliki gejala-gejala yang mengindikasikan adanya gangguan pada plasenta, segeralah tanyakan langsung kepada dokter melalui aplikasi Halodoc.
Jangan Main-Main, Komplikasi Taruhannya
Pada dasarnya, setiap tubuh ibu punya kemampuan yang berbeda-beda dalam menangani perdarahan. Namun, dalam beberapa kasus, ada sebagian wanita yang bisa mengalami perdarahan postpartum secara berlebihan, atau postpartum hemorrhage (PPH), lo.
Masalahnya, perdarahan postpartum saja sudah berbahaya, apalagi postpartum hemorrhage. Baik perdarahan postpartum maupun hemorrhage bisa memicu berbagai komplikasi yang berbahaya.
Contohnya, syok hipovolemik, gumpalan darah dan perdarahan secara bersamaan, gagal ginjal akut, atau kegagalan multiorgan. Di samping itu, PPH juga bisa menyebabkan komplikasi yang berpotensi mengancam jiwa, baik dalam persalinan normal maupun caesar. Singkat kata, keduanya sama-sama bisa menyebabkan kematian ibu bila tak ditangani dengan segera dan tepat.