Sebelum Digunakan, Ketahui Bahaya Gendongan Bayi Hadap Depan
“Menggendong bayi menggunakan gendongan khusus memang sedang tren. Alat tersebut memang dapat memudahkan aktivitas ibu tanpa harus kelelahan menggendong Si Kecil dengan tangan. Posisinya juga bisa disesuaikan, salah satunya menghadap depan. Namun, tahukah kamu jika sebaiknya tidak menggendong bayi hadap depan?”
Halodoc, Jakarta – Memasuki usia tertentu, pertumbuhan bayi mulai terlihat, salah satunya adalah rasa ingin tahu yang sangat tinggi dan melihat kondisi sekelilingnya. Terlebih saat kontrol lehernya telah cukup baik dan ia tak lagi harus terus tidur. Usia ini biasanya memasuki 4 bulan kehidupannya. Demi memenuhi kebutuhan akan keingintahuannya, tak sedikit orangtua yang menggendong Si Kecil dengan gendongan bayi menghadap ke depan atau Front Facing Out (FFO).
Bahaya Menggendong Bayi Hadap Depan dengan Gendongan
Faktanya, menggendong bayi hadap depan dengan menggunakan gendongan bayi tidak disarankan sebelum bayi menunjukkan tanda kesiapan pada tubuhnya. Mengapa?
- Tidak Menopang Kaki dengan Baik
Kaki bagian atas bayi harus ditarik ke atas setidaknya setinggi pinggul atau sedikit lebih tinggi. Namun, kondisi ini bisa dilakukan jika kain dalam gendongan bayi menutupi seluruh bagian belakang paha hingga belakang lututnya. Saat bayi menghadap ke depan dengan kaki tidak ditopang, bukan berarti kakinya hanya menggantung.
Namun, bagian tulang belakang dan pinggulnya juga tidak ditopang dan tidak ada tempat bagi bayi untuk duduk dengan posisi yang tepat. Studi dari International Hip Dysplasia Institute mengenai gendongan bayi mengatakan bahwa gendongan bayi yang menopang kaki bagian atas akan mendorong perkembangan pinggul yang tepat. Sementara itu, gendongan yang menghadap ke depan sangat tidak menopang pinggul. Bagi bayi yang sudah didiagnosis dengan displasia pinggul harus menghindari gendong hadap depan.
- Tidak Begitu Baik untuk Punggung Ibu
Ternyata, jauh lebih sulit untuk membawa sesuatu yang membuat tubuh melengkung daripada sesuatu yang memeluk tubuh. Ini berlaku untuk menggendong bayi menghadap ke depan. Posisi tersebut akan membuat ibu memiliki beban yang canggung dan sering kali akhirnya membuat ibu harus melengkungkan punggung untuk mengimbanginya. Lagipula, tubuh bayi secara alami disesuaikan untuk digendong menghadap ibu.
- Overstimulasi pada Bayi
Menggendong bayi menghadap ke wajah orangtua tidak membuat mereka kesulitan untuk melihat dunia sekitar sambil menerimanya dengan kecepatannya sendiri. Sangat mudah bagi bayi kecil merasa kelelahan, terlebih gendongan bayi hadap depan hanya menyediakan sedikit ruang untuk mengistirahatkan kepala dan otak mereka.
- Tidak Menopang Kepala atau Leher dengan Baik
Saat bayi tidur dalam gendongan, leher dan kepalanya perlu ditopang. Bayi yang digendong menghadap ke dalam dan memeluk ibunya akan alami bersandar di dada ibu. Jika mengenakan baby wrap, ibu dapat lebih menopang kepala berat si kecil dengan menyelipkannya sebagian di bawah kain.
Namun, menggendong bayi hadap depan tidak menopang kepala atau leher bayi dengan baik. Ini dapat berujung dengan terjadinya asfiksia posisional, yaitu kondisi ketika bayi tidak memiliki kontrol leher dan dagunya jatuh ke dada. Perlu diketahui bahwa bayi tidak boleh ditempatkan dalam posisi yang dapat membahayakan saluran udara mereka.
- Lebih Sulit Merespon Isyarat Bayi
Tanpa kontak mata, lebih sulit untuk berkomunikasi dengan bayi, memeriksa pernapasan, melihat mata, dan mengetahui kebutuhan mereka. Tak hanya gendongan bayi, kereta bayi yang menghadap ke depan akan mengganggu kemampuan ibu untuk berinteraksi dan merespons bayi.
Jadi, sebaiknya pastikan bayi tetap digendong menghadap ibu atau ayah setidaknya hingga usianya menginjak satu tahun. Selain itu, pastikan Si Kecil tetap dalam keadaan sehat. Apabila terjadi gejala yang tidak biasa, ibu bisa segera buat janji dengan dokter anak di rumah sakit terdekat. Pakai saja aplikasi Halodoc, segera download aplikasinya di ponsel ibu, ya!