Remaja Hadapi Gangguan Kepribadian Ambang, Ini Peran Orangtua
Halodoc, Jakarta - Jika seseorang mengidap gangguan kepribadian ambang atau Borderline Personality Disorder (BPD), mereka mungkin merasa sedang berada di atas roller coaster. Bukan hanya karena emosi atau hubungan yang terasa tidak stabil. Melainkan, adanya perasaan ragu tentang jati diri, tujuan, dan bahkan kesukaan maupun ketidaksukaan yang mengalami perubahan dengan cara yang terbilang membingungkan.
Ya, gangguan kepribadian ambang adalah masalah psikologi yang berdampak pada cara kamu memikirkan dan merasakan tentang diri sendiri dan orang lain. Anak yang memiliki gangguan ini akan sangat takut terhadap pengabaian dan sulit menerima kesendirian. Anak bisa merasa marah dan mengalami perubahan suasana hati yang membuat orang lain enggan untuk memulai hubungan. Meski sebenarnya, ia ingin merasakan hubungan yang penuh kasih sayang dan langgeng dengan pasangan atau teman.
Gangguan Kepribadian Ambang pada Remaja
Gangguan kepribadian ambang sering terjadi pada awal masa dewasa dan biasanya memburuk pada usia dewasa muda. Dilansir dari laman Mayo Clinic, tanda dan gejala dari BPD termasuk:
- Sangat takut diabaikan, bahkan bisa melakukan tindakan ekstrem untuk menghindari perpisahan atau penolakan.
- Pola hubungan yang tidak stabil.
- Perubahan suasana hati yang sangat signifikan ditambah dengan emosi labil.
- Perilaku impulsif dan berisiko, seperti berjudi, mengonsumsi minuman beralkohol, mengemudi tidak hati-hati, penyalahgunaan narkoba, hingga keinginan untuk bunuh diri;.
- Perasaan kosong, cemas, dan mudah marah yang berkelanjutan dan intens, seperti seringnya hilang kesabaran, bersikap sarkas, atau bertengkar.
Baca juga: Waspada 5 Komplikasi dari Gangguan Kepribadian Ambang
Jika anak menunjukkan gejala yang erat dengan masalah kepribadian ambang, jangan berkecil hati. Ibu dan ayah bisa bertanya langsung pada ahli psikologi cara tepat menghadapi gangguan kepribadian ini melalui aplikasi Halodoc.
Tanpa perlu menunggu lama atau harus bertatap muka, ibu bisa menceritakan kondisi sang buah hati kapan saja dan segera mendapatkan solusi yang tepat. Atau, jika ibu ingin membawa sang buah hati untuk menemui psikolog di rumah sakit, buat janji saja terlebih dahulu pakai aplikasi Halodoc.
Peran Orangtua untuk Mengatasi Gangguan Kepribadian Ambang
Sebuah studi bertajuk Borderline Personality Disorder in Adolescents: the He-Who-Must-Not-be-Named of Psychiatry menyebutkan, gejala BPD pada remaja memiliki dampak yang sangat signifikan terhadap keluarga. Gejala yang sering terlihat oleh orangtua terhadap remaja dengan gangguan mental ini termasuk merusak barang, delusi, hingga berhalusinasi.
Baca juga: Suka Marah-Marah Tanpa Sebab, Waspada Gangguan BPD
Sayangnya, orangtua justru memarahi atau menyalahkan anak atas kondisi ini, padahal seharusnya tidak demikian. Orangtua perlu diberi tahu bahwa kemarahan, kecemasan, dan rasa bersalah pada anak adalah hal yang normal terjadi dan dapat dikendalikan untuk mencegah terjadinya dampak yang lebih buruk pada sang buah hati.
Keluarga tidak hanya menjadi sumber informasi dan pendukung paling utama, tetapi juga sangat penting dalam membantu anak remaja mengelola gejala BPD. Seperti tertulis dalam laman HelpGuide, bantulah anak untuk bisa mengendalikan emosi dan menenangkan diri dengan mencari sumber permasalahannya.
Baca juga: Harus Tahu, 10 Fakta Mengenai BPD Borderline Personality Disorder
Lalu, ajarkan anak untuk mentolerir setiap kesulitan dengan tidak melakukan perbuatan yang negatif. Meskipun pada anak pengidap gangguan kepribadian ambang, hal tersebut akan berdampak pada kelegaan yang luar biasa setelah dilakukan. Tidak lupa, ajarkan pula anak untuk mengembangkan kemampuan interpersonal mereka dengan menghindari asumsi berlebihan dan mengajak mereka melihat serta merasa dari sudut pandang orang lain.
Sumber:
HelpGuide. Diakses pada 2020. Borderline Personality Disorder (BPD).
Mayo Clinic. Diakses pada 2020. Borderline Personality Disorder.
Marie-Pier Larrivee, MD. 2013. Diakses pada 2020. Borderline Personality Disorder in Adolescents: the He-Who-Must-Not-be-Named of Psychiatry. Dialogues Clinical Neuroscience 15(2): 171-179.
Berlangganan Artikel Halodoc
Topik Terkini
Mulai Rp50 Ribu! Bisa Konsultasi dengan Ahli seputar Kesehatan