Punya Kolesterol Tinggi, Waspadai Penyakit Arteri Perifer
Halodoc, Jakarta - Pernah mendengar tentang penyakit penyakit arteri perifer (PAP)? Bagi kamu yang masih asing dengan penyakit lain, PAP merupakan gangguan kesehatan di mana arteri menyempit atau tersumbat.
Penyakit arteri perifer ini umumnya disebabkan oleh penumpukan plak yang terbentuk dari beragam zat yang ditemukan dalam darah. Zat yang dimaksud, seperti kalsium, lemak, dan kolesterol. Jumlah kecil dari zat-zat tersebut dapat tertinggal di dinding arteri yang dilalui oleh aliran darah.
Nah, zat yang tertinggal ini lama-kelamaan dapat menyumbat, sehingga aliran darah ke organ tertentu menjadi berkurang. Jika sumbatan cukup besar, maka ada kemungkinan darah tidak bisa mengalir sama sekali.
Seperti namanya, PAP menyerang arteri perifer di kepala, perut, dan anggota gerak. Namun, gangguan ini lebih sering memengaruhi pembuluh darah yang memasok darah ke kaki.
Baca juga: Kaki Terasa Dingin dan Pucat? Waspada Gejala Penyakit Arteri Perifer
Lantas, apa sih penyebab arteri perifer? Benarkah kolesterol tinggi bisa memicu kondisi ini? Simak ulasannya di bawah ini.
Nyeri hingga Perubahan Warna Kulit
Dalam kebanyakan kasus, pengidap penyakit arteri perifer awalnya tak mengalami gejala apa pun. Terkadang hanya merasakan gejala ringan seperti kram, tungkai terasa berat, kebas, atau nyeri. Namun, nyeri ini bisa bertambah buruk ketika pengidapnya beraktivitas, dan akan mereda setelah beristirahat. Dalam dunia medis, kondisi ini disebut dengan klaudikasio.
Selain itu, ada pula beberapa gejala lainnya yang bisa dialami oleh pengidap arteri perifer.
-
Nyeri dirasakan pada tempat yang sama setiap kalinya dan menghilang setelah beristirahat 2–5 menit.
-
Nyeri yang muncul pada bagian yang tersumbat saat pengidap beraktivitas.
-
Disfungsi ereksi pada pria.
-
Otot kaki mengecil.
-
Lokasi yang paling sering terasa nyeri adalah di betis (karena sumbatan pada distal superficial femoral artery). Selain itu, keluhan pada paha atau bokong juga sering terjadi.
-
Adanya kondisi luka yang sulit sembuh pada kaki.
-
Timbul rasa kram atau baal.
-
Terjadi perubahan pada warna kulit, suhu, pertumbuhan rambut, dan kuku antara kedua kaki.
Kembali ke tajuk utama, benarkah kolesterol tinggi bisa menyebabkan arteri perifer?
Baca juga: Prosedur Diagnosis Arteri Perifer yang Perlu Diketahui
Gegara Sumbatan Aliran Darah
Kolesterol sebenarnya lemak yang berguna bagi tubuh. Akan tetapi, bila kadarnya meningkat tajam, maka lain lagi ceritanya. Kolesterol lama-kelamaan bisa menumpuk di pembuluh darah, sehingga dapat menyumbat dan mengganggu aliran darah.
Nah, penyakit arteri perifer ini disebabkan oleh penumpukan lemak di dinding pembuluh darah. Sama halnya dengan penyakit jantung koroner dan stroke. Untuk kasus arteri perifer, penumpukannya terjadi di pembuluh darah arteri yang memasok darah ke tungkai.
Penyempitan atau pengerasan pembuluh dara ini dikenal dengan aterosklerosis. Hal yang mesti diwaspadai, aterosklerosis ini bisa terjadi di bagian tubuh mana pun. Meski kasusnya jaring terjadi, penyakit arteri perifer juga bisa dipicu oleh peradangan. Tepatan peradangan pada pembuluh darah arteri dan cedera pada tungkai.
Selain itu kolesterol tinggi, ada pula beberapa hal yang bisa meningkatkan risiko terjadinya arteri perifer. Mulai dari hipertensi, diabetes, obesitas, kebiasaan merokok, hingga penyakit dengan kadar homosistein tinggi.
Mau tahu lebih jauh mengenai masalah di atas? Atau memiliki keluhan kesehatan lainnya? Kamu bisa kok bertanya langsung pada dokter melalui aplikasi Halodoc. Lewat fitur Chat dan Voice/Video Call, kamu bisa kapan dan di mana saja mengobrol dengan dokter ahli tanpa perlu ke luar. Yuk, download aplikasi Halodoc sekarang juga di App Store dan Google Play!
Referensi:
American Heart Association. Diakses pada 2020. Symptoms and Diagnosis of PAD.
NHS UK. Diakses pada 2020. Health A-Z. Peripheral Arterial Disease (PAD).
Mayo Clinic. Diakses pada 2020. Diseases and Conditions. Peripheral Artery Disease (PAD).
Berlangganan Artikel Halodoc
Topik Terkini
Mulai Rp25 Ribu! Bisa Konsultasi dengan Dokter seputar Kesehatan