Psikosis pada Remaja Bisakah Dikenali pada Tahap Awal?
Halodoc, Jakarta - Sulitnya seseorang membedakan antara realita dan imajinasi sebenarnya tidak boleh dianggap remeh, karena kondisi ini bisa menandakan adanya gangguan mental. Psikosis, gangguan mental yang terjadi ketika pengidapnya mengalami delusi atau waham, halusinasi, dan masalah berpikir.
Sayangnya, dibandingkan dengan orang dewasa lanjut dan paruh baya, psikosis lebih rentan terjadi pada remaja dan dewasa muda. Jika tidak segera mendapatkan penanganan, psikosis bisa berkembang menjadi sakit jiwa yang parah. Pengidapnya pun rentan melakukan tindakan yang membahayakan diri sendiri maupun orang lain.
Bisakah Psikosis pada Remaja Dikenali?
Sebenarnya, apa yang menyebabkan seorang remaja rentan mengalami psikosis? Ternyata, banyak hal yang bisa menjadi pemicunya, tetapi hal ini sering kali luput dari perhatian. Kondisi fisik tertentu, kurangnya kualitas dan kuantitas tidur, kerusakan pada otak, hingga penyalahgunaan narkotika dan obat terlarang.
Baca juga: Ini 9 Gangguan Psikotik yang Sering Didengar
Lalu, bisakah psikosis dini yang terjadi ini dikenali? Ternyata, orangtua bisa kok mengenali tanda psikosis dini pada remaja. Berikut ini beberapa gejala yang bisa ibu dan ayah lihat pada anak:
- Kemampuan bicara yang tidak teratur, dan cenderung sulit dipahami oleh orang lain karena tidak terorganisir.
- Halusinasi, melihat suatu hal atau mendengarkan suara yang sebenarnya tidak nyata.
- Delusi, perasaan yakin yang sering kali tidak berhubungan dengan realita yang ada. Misalnya, pengidap merasa sedang diamati oleh orang lain, padahal hal tersebut tidak benar.
- Sulit berinteraksi dengan orang lain, sehingga cenderung menyendiri dan mengurung diri.
Baca juga: Pengidap Alzheimer Bisa Alami Gangguan Psikotik
Pada anak-anak, terkadang muncul aktivitas yang mengacu pada perilaku halusinasi, seperti memiliki teman imajinasi. Namun, kondisi ini tidak selalu mengarah pada psikosis dini. Ibu dan ayah harus mengenali gejala lainnya, karena memiliki teman imajinasi merupakan hal yang dirasa wajar pada anak-anak.
Akan tetapi, jika ibu tidak yakin, ibu bisa bertanya pada psikolog melalui aplikasi Halodoc. Jadi, ibu bisa mendapatkan solusi dari masalah yang ibu hadapi terhadap tumbuh kembang kejiwaan sang buah hati. Ibu juga bisa kok, berdiskusi langsung di rumah sakit dengan membuat janji melalui aplikasi Halodoc.
Penanganan Psikosis pada Remaja
Sebenarnya, psikosis bisa ditangani dengan obat dan psikoterapi. Pemberian obat jenis antipsikotik harus berdasarkan anjuran dokter, karena setiap pengidap memiliki dosis yang berbeda bergantung pada kondisi fisik dan usia. Lalu, terapi perilaku kognitif juga bisa membantu meringankan gejala psikotik dan mencegah terjadinya komplikasi.
Baca juga: Sulit Atur Emosi, Waspada Gejala Gangguan Kepribadian Ambang
Tidak lupa, dorongan dan dukungan dari orangtua dan orang terdekat sangat berperan untuk membantu mempercepat kesembuhan pengidap psikosis. Jadilah pendengar yang baik untuk setiap keluhan yang diutarakan pengidap, karena itu bisa menjadi penyemangat dan motivasinya untuk bisa mengendalikan gejala psikosis yang mereka rasakan.
Ternyata, psikosis pada remaja bisa dikenali sejak dini dengan mengetahui gejala awal yang mungkin muncul. Deteksi dini sangat penting untuk membantu meningkatkan persentase kesembuhan pengidap psikosis, pun mencegah terjadinya komplikasi yang lebih buruk lagi.
Cara terbaik untuk mencegah munculnya gejala psikosis ini adalah menghindari semua hal yang bisa menjadi pemicunya. Ini termasuk konsumsi alkohol dan meminimalisir stres dengan melakukan banyak aktivitas lain yang disenangi, seperti berolahraga, mendengarkan musik, membaca buku, hingga melakukan yoga dan meditasi.