Prosedur Transfusi Darah untuk Mengobati Kernikterus
Halodoc, Jakarta - Penyakit kuning cukup umum terjadi pada bayi. Kondisi ini terjadi akibat tingginya kadar bilirubin dalam darah bayi. Jika tidak segera mendapat tindakan, kondisi ini bisa menyebabkan kerusakan otak bayi, atau biasa disebut kernikterus.
Kondisi ini memang jarang terjadi, namun kernikterus sangat berbahaya dan dapat mengakibatkan cedera pada otak atau lumpuh otak (cerebral palsy). Selain itu, kernikterus juga bisa menimbulkan masalah pada gigi, gangguan pada penglihatan dan pendengaran, serta keterbelakangan mental.
Baca juga: Bayi Idap Kernikterus, Kenali 7 Gejalanya
Mengenal Transfusi Darah Tukar
Sebetulnya ada dua jenis pengobatan yang bisa dilakukan untuk atasi kernikterus, yakni fototerapi dan transfusi tukar darah. Saat fototerapi tidak membuahkan hasil atau kadar bilirubin pada bayi masih tinggi, transfusi darah tukar ini akan dilakukan. Prosedur ini akan mengganti darah bayi dengan darah pendonor.
Transfusi tukar umumnya membutuhkan waktu hingga beberapa jam dan setelah menjalani transfusi, kadar bilirubin bayi akan diperiksa tiap 2 jam sekali. Jika ditemukan kadar bilirubin masih tinggi, maka transfusi tukar akan diulang kembali.
Cara Mengenali Gejala Kernikterus
Kernikterus umumnya merupakan kondisi akibat penyakit kuning yang tidak tertangani dengan baik. Jika bayi mengalami gejala penyakit kuning, ia harus segera diberi perawatan yang tepat. Meskipun penyakit kuning pada bayi umumnya sembuh dengan sendirinya, namun bila berlangsung terlalu lama, kondisi ini akan memicu beberapa gejala, seperti:
-
Demam;
-
Gerakan mata yang tidak normal, sehingga tidak dapat melirik ke atas;
-
Kaku di seluruh tubuh;
-
Otot yang tegang;
-
Gangguan dalam pergerakan;
-
Tidak mau menyusu;
-
Suara yang melengking saat menangis;
-
Mudah mengantuk;
-
Tampak lemas;
-
Kejang;
-
Gangguan pendengaran.
Baca juga: Gangguan pada Otak Bayi, Inilah Cara Mengobati Kernikterus
Penyebab dan Faktor Risiko Kernikterus
Seperti yang disebutkan sebelumnya, kernikterus disebabkan oleh tingginya kadar bilirubin dalam darah (hiperbilirubinemia). Bila kondisi ini dibiarkan, maka bilirubin bisa menyebar hingga ke otak dan menyebabkan kerusakan otak.
Bilirubin merupakan limbah yang dihasilkan secara alami, yakni saat tubuh mendaur ulang sel darah merah. Kadar bilirubin yang melebihi nilai normal sebetulnya lazim terjadi pada bayi yang baru lahir, karena tubuhnya masih perlu beradaptasi untuk membuang bilirubin.
Jika bilirubin terus tinggi kadarnya, dikhawatirkan bayi bisa alami kernikterus. Penyakit ini pun lebih sering dialami bayi ketimbang orang dewasa. Ada beberapa faktor yang meningkatkan risiko kernikterus pada bayi, yaitu:
-
Lahir prematur. Organ hati pada bayi yang kurang dari 37 minggu di dalam kandungan, tidak berkembang sempurna dan jadi lebih lambat membuang bilirubin;
-
Memiliki golongan darah O atau rhesus negatif. Bayi yang terlahir dari ibu dengan golongan darah O atau rhesus negatif, lebih berisiko memiliki kadar bilirubin yang tinggi.
-
Riwayat penyakit kuning dalam keluarga. Kernikterus juga bisa menurun dalam keluarga. Kondisi ini terkait dengan kelainan genetik seperti defisiensi glukosa-6-fosfat dehidrogenase (G6PD deficiency), yang kemudian akan memengaruhi sel darah merah.
-
Kurang asupan makanan. Bilirubin umumnya dibuang bersama feses. Oleh karena itu, kurangnya asupan makanan bisa memicu lambatnya pembuangan feses, sehingga kadar bilirubin dalam tubuh meningkat.
Baca juga: 3 Tindakan untuk Mencegah Kernikterus pada Bayi
Itulah yang perlu kamu pahami mengenai kernikterus. Jika bayi baru lahir mengalami gejala penyakit kuning, segera bawa ke rumah sakit terdekat untuk mendapatkan pemeriksaan. Kamu bisa buat janji dengan dokter di Halodoc supaya lebih mudah dan tak perlu mengantre di rumah sakit.