Prosedur Operasi untuk Mengobati Hidrosefalus
Halodoc, Jakarta – Ketika mendengar hidrosefalus, pasti kamu mengaitkannya dengan pembesaran ukuran kepala. Hidrosefalus dapat menyebabkan pembesaran kepala akibat dari hasil penumpukan cairan serebrospinal di rongga di dalam otak. Cairan yang menumpuk ini menekan otak dan meningkatkan ukuran rongga. Tekanan dari cairan serebrospinal yang terlalu banyak ini dapat merusak jaringan otak dan menyebabkan gangguan pada fungsi otak.
Hidrosefalus dapat terjadi pada usia berapa pun, tetapi lebih sering menyerang bayi dan lansia. Pembedahan menjadi satu-satunya jalan pengobatan hidrosefalus untuk mengembalikan dan mempertahankan kadar cairan serebrospinal normal di otak.
Baca Juga: Virus Rubella saat Hamil Sebabkan Hidrosefalus?
Prosedur Operasi untuk Mengobati Hidrosefalus
Hidrosefalus yang tidak diobati dapat meningkatkan tekanan otak, sehingga berisiko menyebabkan kerusakan otak. Hidrosefalus tekanan normal yang umumnya menyerang orang lanjut usia, kadang-kadang dapat diobati dengan operasi shunt, walaupun tidak semua orang yang mengidap kelainan ini 100 persen berhasil dari operasi shunt. Hidrosefalus kongenital dan didapat diobati dengan operasi shunt atau neuroendoskopi. Berikut prosedurnya yang perlu diketahui, yaitu:
1. Operasi Shunt
Operasi shunt dilakukan dengan menanamkan tabung tipis yang disebut shunt ke dalam otak. Pemasangan shunt bertujuan untuk mengalirkan kelebihan cairan serebrospinal melalui pirau ke bagian lain dari tubuh, biasanya perut. Kemudian, cairan akan diserap ke dalam aliran darah pengidapnya. Di dalam shunt, terdapat katup yang mengontrol aliran cairan serebrospinal untuk memastikan tidak mengalir terlalu cepat. Setelah dipasang, pengidap hidrosefalus akan merasakan katup ini seperti ada benjolan di bawah kulit kepala.
Operasi shunt dilakukan oleh ahli bedah saraf, spesialis bedah otak dan sistem saraf. Prosedur ini dilakukan dengan anestesi umum dan memakan waktu 1 hingga 2 jam. Pengidap mungkin perlu tinggal di rumah sakit selama beberapa hari setelah operasi untuk memulihkan kondisi. Beberapa ahli bedah menggunakan staples kulit untuk menutup luka yang perlu dihilangkan setelah beberapa hari. Setelah shunt dipasang, perawatan lebih lanjut untuk hidrosefalus mungkin diperlukan jika terdapat penyumbatan atau infeksi.
Baca Juga: Bisakah Hidrosefalus Diketahui dari Dalam Kandungan?
2. Endoscopic Third Ventriculostomy
Selain operasi shunt, endoscopic third ventriculostomy (ETV) juga dapat dilakukan. Berbeda dengan prosedur shunt, dokter bedah perlu membuat lubang di lantai otak untuk memungkinkan cairan serebrospinal mengalir ke permukaan otak, sehingga dapat diserap. Sayangnya, ETV tidak cocok untuk semua orang, tetapi bisa menjadi pilihan jika penumpukan cairan disebabkan oleh obstructive hydrocephalus.
Sebelum melakukan prosedur ETV, dokter bedah perlu memberikan anestesi umum.
Ahli bedah saraf kemudian membuat lubang kecil di tengkorak dan menggunakan endoskop untuk melihat ke dalam ruang otak. Endoskop adalah tabung panjang dan tipis yang dilengkapi dengan lampu dan kamera di satu ujung. Sebuah lubang kecil kemudian dibuat di dalam otak dengan bantuan endoskop. Setelah mengeluarkan endoskop, luka ditutup menggunakan jahitan. Prosedur ini memakan waktu sekitar 1 jam.
Kelebihan dari prosedur ini adalah risiko infeksinya lebih rendah dibandingkan dengan operasi shunt. Hasil jangka panjang dari perawatan dengan ETV serupa dengan operasi shunt, yaitu penyumbatan berbulan-bulan atau bertahun-tahun setelah operasi, sehingga dapat menyebabkan gejala datang kembali.
Baca Juga: Terserang Hidrosefalus, Bisakah Disembuhkan?
Hidrosefalus ditandai dengan gejala pembesaran kepala, muntah, hilang nafsu makan, menipisnya kulit kepala dan pandangan ke arah bawah. Kalau kamu atau anggota keluarga mengalami gejala-gejala tersebut, segera periksakan diri ke dokter untuk memastikannya. Sebelum mengunjungi rumah sakit, buat janji dengan dokter terlebih dahulu melalui Halodoc. Tinggal pilih dokter di rumah sakit yang tepat sesuai dengan kebutuhan kamu lewat aplikasi.