Perokok Hingga Lansia, Kelompok yang Rentan Mengalami Long COVID-19
Halodoc, Jakarta – Long COVID-19 adalah istilah yang digunakan untuk menunjukkan kondisi saat seseorang masih mengalami gejala penyakit padahal sudah dinyatakan sembuh dari infeksi virus Corona. Kabar buruknya, gejala penyakit yang muncul biasanya akan berlangsung dalam jangka waktu panjang dan bisa membuat pengidapnya khawatir.
Lantas, apa saja gejala-gejala yang bisa muncul akibat Long COVID-19? Benarkah ada kelompok usia dan jenis kelamin tertentu yang lebih rentan terserang kondisi ini? Biar lebih jelas, cari tahu jawabannya di artikel berikut!
Baca juga: Inilah Komplikasi yang Disebabkan COVID-19
Long COVID-19 dan Hal yang Perlu Diketahui
Setelah dinyatakan sembuh dari infeksi virus corona, seseorang biasanya akan kembali pulih. Namun, pada kasus tertentu gejala penyakit COVID-19 masih terus terasa, hingga jangka waktu yang panjang. Nah, kondisi ini yang kemudian dikenal dengan istilah Long COVID-19. Meski begitu, biasanya pengidap Long Covid hanya mengalami gejala atau keluhan tertentu.
Namun, gejala yang dirasakan disebut bisa bertahan hingga lebih dari 4 minggu setelah dinyatakan bebas dari virus corona. Sayangnya, hingga kini masih belum diketahui pasti apa yang menjadi penyebab seseorang bisa mengalami Long COVID-19. Namun, ada beberapa faktor yang diduga bisa meningkatkan risiko kondisi ini, di antaranya:
- Orang yang sudah berusia lanjut alias lansia.
- Wanita.
- Perokok aktif.
- Memiliki gejala yang parah pada minggu pertama infeksi virus.
Baca juga: Long Covid, Efek Jangka Panjang bagi Penyintas Corona
Selain kelompok di atas, sebenarnya Long COVID-19 bisa dialami oleh siapa saja. Ada beberapa gejala jangka panjang yang bisa dialami meskipun sudah sembuh dari infeksi virus corona, di antaranya:
- Mudah merasa lelah.
- Nyeri dada dan sesak napas.
- Batuk.
- Nyeri sendi dan otot.
- Dada berdebar.
- Kehilangan kemampuan mencium atau gangguan pada indra penciuman.
- Demam dan sakit kepala.
- Mengalami insomnia atau susah tidur di malam hari.
- Muncul masalah psikologis, seperti sering merasa cemas, depresi, dan sulit berkonsentrasi.
Pada kondisi yang jarang, Long COVID-19 juga bisa menyebabkan seseorang mengalami masalah kesehatan yang lebih serius. Kondisi ini bisa membuat pengidapnya berisiko menmengalami peradangan pada otot jantung, gangguan fungsi paru-paru, muncul ruam di permukaan kulit, rambut rontok, hingga gangguan fungsi ginjal.
Meski penyebabnya belum diketahui, ada beberapa cara yang bisa dilakukan untuk membantu mencegah dan menurunkan risiko terjadinya Long COVID-19 dan risiko infeksi COVID-19 berulang, di antaranya:
- Selalu mencuci tangan dengan air bersih dan sabun.
- Hindari menyentuh wajah jika belum mencuci tangan atau menggunakan hand sanitizer.
- Selalu kenakan masker selama berada di tempat umum.
- Menjaga jarak aman dan hindari keramaian.
- Mengonsumsi makanan yang sehat dan bergizi seimbang.
- Menerapkan gaya hidup sehat, yaitu rutin berolahraga, cukup tidur, dan kelola stres dengan baik agar kekebalan tubuh selalu terjaga.
- Lengkapi dengan konsumsi suplemen atau multivitamin khusus.
Baca juga: Tanda-Tanda Long Covid-19 yang Perlu Diketahui
Kamu bisa menggunakan aplikasi Halodoc untuk membeli multivitamin atau produk kesehatan lainnya. Dengan layanan antar, pesanan obat akan dikirim ke rumah dalam waktu singkat. Halodoc juga bisa digunakan untuk berbicara dengan dokter atau menyampaikan keluhan kesehatan yang dialami, termasuk gejala Long COVID-19. Dokter bisa dihubungi melalui Video/Voice Call atau Chat. Download aplikasi Halodoc di sini!
Referensi:
Medical News Today. Diakses pada 2021. What to know about long COVID.
CNN. Diakses pada 2021. Older patients, women and those with variety of early symptoms most at risk of 'long Covid,' paper suggests.
Detik Health. Diakses pada 2021. Dokter Paru: Pria Perokok Lebih Rentan Alami Long COVID.
Berlangganan Artikel Halodoc
Topik Terkini
Mulai Rp50 Ribu! Bisa Konsultasi dengan Ahli seputar Kesehatan