Perlu untuk Diketahui, Ini Faktor Risiko Kolitis Ulseratif
Halodoc, Jakarta - Saat usus besar dan rektum mengalami peradangan, maka kondisi ini disebut penyakit kolitis ulseratif. Kondisi ini memerlukan penanganan segera karena jika terdapat tukak atau luka di dinding usus besar dapat menyebabkan tinja bercampur dengan darah. Peradangan juga dapat menghasilkan nanah atau lendir. Cairan pada saluran pencernaan ini berpindah ke usus besar sehingga usus besar perlu dikosongkan dengan sering dan menyebabkan diare.
Gejala kolitis ulseratif berbeda pada setiap pengidapnya. Perbedaan ini muncul berdasarkan tingkat keparahan serta lokasi peradangan yang dialami oleh pasien. Beberapa gejala tersebut antara lain:
- Diare yang disertai darah, lendir, atau nanah.
- Nyeri atau kram perut.
- Sering ingin buang air besar, tapi tinja cenderung tidak bisa keluar.
- Kelelahan.
- Nyeri pada rektum.
- Penurunan berat badan.
- Demam.
Pengidap terkadang tidak merasakan gejala atau hanya mengalami gejala-gejala ringan selama beberapa waktu, sebelum tiba-tiba mengalami serangan yang parah. Serangan ini diawali keluhan buang air besar lebih dari 6 kali dalam sehari, detak jantung yang tidak teratur, serta napas cepat. Jika sudah seperti ini, maka harus segera memeriksakan diri ke dokter guna didiagnosis dan diberikan perawatan yang sesuai.
Baca Juga: 6 Pemeriksaan untuk Mendiagnosis Kolitis Ulseratif
Lantas, Apa Penyebab dan Faktor Risiko Kolitis Ulseratif?
Hingga kini para ahli belum mengetahui penyebab kolitis ulseratif. Sebelumnya, orang-orang menduga pola makan dan stres adalah penyebabnya, namun akhir-akhir ini dokter mengetahui faktor-faktor tersebut dapat memperparah, namun bukan penyebab utama.
Penyebab dari kondisi ini diduga karena disfungsi pada sistem imun. Saat sistem imun melawan virus atau bakteri, respon imun yang abnormal menyebabkan sistem imun menyerang sel pada sistem pencernaan.
Sementara itu, faktor lain yang meningkatkan faktor risiko kolitis ulseratif pada seseorang, antara lain:
- Faktor Genetik. Risiko seseorang untuk mengalami kolitis ulseratif meningkat jika ada anggota keluarganya yang mengidap penyakit sama.
- Usia. Usia bisa mempengaruhi tingkat keparahan gejala. Makin muda usia pengidap saat mengalami penyakit ini, maka tingkat keparahan gejala yang dialaminya semakin meningkat.
Jenis Pengobatan Kolitis Ulseratif
Pengobatan penyakit ini berbeda-beda, tergantung pada tingkat keparahan peradangan serta kondisi kesehatan pasien. Jika gejala masih ringan atau menengah, biasanya dapat ditangani dengan rawat jalan. Tetapi, serangan dengan gejala yang parah harus dirawat inap di rumah sakit karena berpotensi menyebabkan komplikasi yang serius.
Sedihnya, kolitis ulseratif termasuk penyakit yang tidak bisa atau sulit disembuhkan. Beberapa pengobatan yang ada hanya untuk meringankan gejala, khususnya saat serangan terjadi. Langkah-langkah penanganan tersebut biasanya meliputi:
- Pemberian Obat Antiinflamasi. Pemberian obat antiinflamasi berguna untuk mengurangi peradangan, contoh obatnya antara lain aminosalicylate dan kortikosteroid.
- Pemberian Obat Imunosupresan. Obat ini menekan respons sistem kekebalan tubuh yang memicu peradangan. Beberapa jenis imunosupresan yang biasanya dianjurkan meliputi azathioprine, ciclosporin, dan infliximab.
- Operasi. Tindakan operasi disarankan bagi pasien yang sering mengalami serangan parah yang tidak bisa ditangani dengan obat-obatan. Jenis prosedur yang akan dilakukan adalah proctocolectomy, yaitu pengangkatan seluruh usus besar dan rektum. Dokter juga menyambung ujung usus halus dengan anus untuk menyalurkan kotoran. Jika tidak memungkinkan, dibuat lubang permanen pada perut untuk mengeluarkan kotoran secara langsung ke dalam kantong kecil di luar tubuh.
Baca Juga: BAB Bercampur Darah Bisa Jadi Tanda Kolitis Ulseratif
Pola Hidup Sehat untuk Membantu Pengobatan Kolitis Ulseratif
Tidak hanya pengobatan medis, pengidap kolitis ulseratif sebaiknya mengubah gaya hidup untuk mencegah kekambuhan atau memburuknya gejala. Beberapa hal yang membantu adalah:
- Mengubah Pola Makan. Pola makan yang bisa diterapkan dengan konsumsi makanan rendah lemak, memperbanyak asupan cairan dan serat, konsumsi suplemen, membatasi konsumsi produk susu, dan hindari minuman keras dan rokok. Penting untuk mencatat makanan atau minuman yang dapat memperparah gejala, agar dapat dihindari.
- Kurangi Stres. Misalnya dengan berolahraga ringan atau melakukan kegiatan relaksasi. Olahraga teratur juga bisa membantu pengidap untuk mempertahankan berat badan yang ideal.
Baca Juga: Menyerang Usus, Ini Beda Kolitis Ulseratif dan Penyakit Crohn
Itulah faktor risiko kolitis ulseratif dan pengobatan yang bisa dilakukan. Kalau kamu masih punya pertanyaan seputar penyakit tersebut, jangan ragu bertanya dengan dokter Halodoc. Kamu hanya perlu membuka aplikasi Halodoc dan masuk ke fitur Talk to A Doctor untuk menghubungi dokter kapan saja dan di mana saja via Chat, dan Voice/Video Call. Yuk, segera download aplikasi Halodoc di App Store atau Google Play!
Berlangganan Artikel Halodoc
Topik Terkini
Mulai Rp25 Ribu! Bisa Konsultasi dengan Dokter seputar Kesehatan