Perlu Tahu, Inilah Proses dan Risiko Transplantasi Jantung
Halodoc, Jakarta – Pernah terbayang melakukan transplantasi jantung? Transplantasi jantung merupakan prosedur dalam operasi yang biasanya dilakukan untuk kasus-kasus penyakit jantung yang memasuki tahap serius. Pilihan transplantasi jantung biasanya diambil untuk pengobatan bagi pasien yang sudah berada pada tahapan gagal jantung.
Namun, proses ini tidak disarankan bagi mereka yang bertujuan untuk pengobatan atau mengganti gaya hidup. Seseorang yang menunggu jantungnya ditransplantasi, harus yang sangat tepat menjadi kandidat penerima transplantasi tersebut. Kandidat penerima transplantasi jantung adalah mereka yang pernah mengalami penyakit jantung atau sedang mengalami gagal jantung karena beberapa hal, seperti cacat fungsi jantung dari lahir, penyakit arteri koroner, disfungsi atau penyakit katup jantung, dan melemahnya otot jantung (cardiomyopathy).
Proses Transplantasi Jantung
Prosedur transplantasi termasuk langkah aman selama tetap menjalani pemeriksaan secara rutin. Maka dari itu, calon pasien harus mengetahui segala sesuatu yang akan ia hadapi.
Perlu diketahui bahwa transplantasi jantung adalah proses mengganti jantung yang sudah tidak bekerja secara optimal dengan jantung yang lebih baik dari orang yang baru meninggal. Walaupun terdengar kompleks dan agak menyeramkan, operasi transplantasi jantung perlu dilakukan demi keselamatan dan peningkatan kualitas hidup pengidap gagal jantung. Secara umum, berikut tahapan melakukan transplantasi jantung:
1. Menemukan Donor yang Tepat
Menemukan donor yang tepat bukanlah perkara yang mudah. Biasanya, donor jantung berasal dari orang yang baru meninggal dengan kondisi jantung yang masih baik. Misalnya karena kecelakaan lalu lintas atau karena kerusakan otak dan organ-organ lainnya masih prima. Perpindahan jantung dari pendonor kepada penerima tidak boleh lebih dari enam jam.
Meski sudah menemukan donor jantung, masih banyak faktor yang harus dicocokkan. Misalnya seperti golongan darah, antibodi, ukuran jantung yang akan dicocokkan oleh tim medis, serta risiko yang mungkin akan dihadapi oleh penerima donor.
2. Mengangkat jantung Pasien Penerima Donor
Setelah donor yang cocok didapatkan, langkah selanjutnya adalah mengangkat jantung penerima donor. Tingkat kesulitan proses ini sangat tergantung pada riwayat kesehatan jantung yang akan diangkat. Jantung yang sudah mengalami beberapa kali operasi akan lebih lanjut dan membutuhkan waktu lebih lama ditangani dibandingkan dengan jantung yang belum melalui operasi sama sekali.
3. Memasang Jantung dari Donor
Proses implantasi jantung ke penerima mungkin adalah prosedur termudah dibandingkan proses-proses sebelumnya. Bahkan, secara umum hanya dibutuhkan lima jahitan saja agar jantung dari donor bisa berfungsi dengan baik pada tubuh barunya. Proses ini umumnya bertujuan menyambungkan pembuluh-pembuluh darah besar di jantung ke pembuluh darah yang akan mengalirkan darah ke seluruh tubuh.
Risiko Transplantasi Jantung
Meskipun sekarang ini operasi transplantasi jantung semakin canggih dan tingkat keberhasilannya pun makin tinggi, bukan berarti proses ini tidak berisiko. Berikut beberapa risiko yang bisa terjadi ketika operasi transplantasi jantung dilakukan:
1. Efek Samping Pengobatan
Penggunaan obat imunosupresan sebagai obat yang menekan sistem kekebalan tubuh seseorang bertujuan untuk mencegah penolakan tubuh terhadap orang yang dicangkokkan. Namun, penggunaan obat secara terus-menerus dapat menyebabkan efek samping, seperti kerusakan ginjal.
2. Infeksi
Pemakaian imunosupresan akan melemahkan sistem kekebalan tubuh yang juga bisa menyebabkan infeksi susah sembuh. Tidak heran jika para pengidap yang melakukan prosedur ini akan dirawat di rumah sakit karena infeksi yang sulit sembuh di tahun pertama sesudah operasi.
3. Kanker
Pengidap akan berpotensi mengalami kanker, hal ini disebabkan karena sistem kekebalan menurun karena obat imunosupresan. Kanker limfoma non-hodgkin adalah yang paling berisiko berkembang saat kamu menjalani pengobatan pasca transplantasi jantung.
4. Muncul Dampak Negatif pada Pembuluh Arteri
Pembuluh arteri menebal dan mengeras juga merupakan satu risiko setelah melakukan transplantasi jantung. Ini membuat sirkulasi darah di jantung tidak lancar dan bisa memicu seseorang terkena serangan jantung, gagal jantung, atau gangguan ritme jantung.
5. Tubuh Menolak Jantung Baru
Ini merupakan dampak negatif yang terbesar. Meski sebelum dilakukan prosedur transplantasi, berbagai metode akan dilakukan supaya hal ini tidak terjadi, dampak negatif penolakan masih tetap ada.
Transplantasi jantung adalah usaha pamungkas jika semua pengobatan penyakit jantung yang dilakukan pengidap tidak membaik. Hal yang terpenting juga untuk dilakukan setelah menjalani proses transplantasi jantung yaitu memperbaiki gaya hidup. Tanpa dijaga dengan baik, maka proses transplantasi jantung yang telah dilakukan akan sia-sia.
Apabila kamu berencana melakukan transplantasi jantung, sebaiknya kamu berdiskusi dulu dengan dokter di Halodoc. Informasi dan saran terbaik akan kamu dapatkan melalui Chat dan Voice Call/Video Call dengan dokter melalui aplikasi Halodoc. Segera download aplikasi Halodoc di Google Play atau App Store demi kesehatan kamu.
Baca juga:
- Kardiomegali, Kondisi Jantung Membesar
- Stop Merokok, Penyakit Jantung Koroner Mengintai!
- 8 Makanan Ini Sehatkan Jantung Kamu