Perlu Tahu, Ini 4 Mitos Mengenai Kloning Hewan yang Beredar

Ditinjau oleh  dr. Fadhli Rizal Makarim   04 Februari 2021
Perlu Tahu, Ini 4 Mitos Mengenai Kloning Hewan yang Beredar Perlu Tahu, Ini 4 Mitos Mengenai Kloning Hewan yang Beredar

Halodoc, Jakarta - Kloning hewan sebenarnya bukanlah teknologi baru di dunia kehewanan. Menurut U.S Food and Drug Administration (FDA), amfibi seperti katak pertama kali menjalani kloning pada tahun 1950-an. Namun, kloning mamalia di laboratorium relatif baru. Kloning mamalia yang paling terkenal adalah Domba Dolly, yang lahir pada tahun 1996.

Dolly dikloning dengan menggunakan sel dari embrio dari sel hewan domba dewasa. Nah, menyoal kloning hewan yang begitu canggih ini, ternyata ada saja mitos-mitos yang mengiringinya. Mau tahu apa saja mitos kloning hewan yang sering dipercayai banyak orang? Yuk, simak ulasannya di sini! 

Baca juga: Inilah Mitos Seputar Anjing yang Keliru

1. Identik dalam Penampilan

Mitos kloning hewan yang sering dipercayai berkaitan dengan penampilan. Banyak orang percaya kalau hewan hasil kloning penampilannya benar-benar identik dengan hewan aslinya (donor). Padahal, kloning pada hewan tidak ubahnya dengan manusia kembar identik. 

Manusia kembar identik memiliki gen yang sama, tetapi terlihat sedikit berbeda. Gen tersebut diekspresikan secara berbeda pada setiap orang. Inilah yang membuat beberapa perbedaan pada manusia kembar identik, contohnya sidik jari yang berbeda. Nah, misalnya kloning dilakukan pada sapi Holstein, maka pola bintiknya pada kulitnya, atau bentuk telinganya mungkin berbeda.

2. Kandungan Obat Pada Kloning Sapi

Menurut FDA, kandungan obat pada kloning sapi adalah mitos kloning hewan yang masih dipercaya. Banyak orang menganggap bahwa sapi hasil kloning menyimpan kandungan atau bahan-bahan yang dapat dijadikan obat dalam susunya. 

Padahal, sapi hasil kloning tidak memiliki gen baru yang ditambahkan ke dalamnya. Sapi hasil kloning juga dibesarkan secara konvensional seperti sapi pada umumnya. Jadi, hubungan antara kandungan obat-obatan dan susu sapi kloning hanya mitos belaka.

Baca juga: Ayam vs Ikan, Mana yang Lebih Baik?

3. Telur dari Ayam Kloning

Mitos kloning hewan lainnya berkaitan dengan telor ayam. Menurut FDA, ada saja orang-orang yang mempercayai ketika ayam hasil kloning bertelur, maka anak ayam yang menetas adalah hewan kloning.

Faktanya, baik ayam atau jenis burung lain belum pernah dikloning. Sejauh ini hanya tikus, kelinci, cattle, babi, domba, kambing, rusa, kuda, bagal, kucing, dan anjing adalah mamalia yang telah dikloning.

4. Digunakan sebagai Suplai Makanan

Setelah bertahun-tahun melakukan studi dan analisis terperinci, FDA menyimpulkan bahwa daging dan susu dari klon sapi, babi, dan kambing aman untuk dimakan, sama halnya dengan hewan yang dibiakkan secara konvensional. 

Bukan hanya sapi, babi, atau kambing saja, keturunan klon (hasil kloning) dari spesies apa pun yang secara tradisional dikonsumsi sebagai makanan, juga aman untuk dikonsumsi.

Namun, FDA tidak mengharapkan makanan dari klon memasuki pasokan makanan dalam jumlah besar. Hewan-hewan ini (hasil kloning) akan digunakan untuk berkembang biak. 

Baca juga: Mitos atau Fakta Injak Kotoran Hewan Bisa Terkena Heloma

Itulah mitos kloning hewan yang masih dipercayai. Namun, ingat namanya juga mitos, jadi fakta dan kebenarannya tidak perlu dipercaya. Nah, bagi kamu yang tengah mengalami masalah kesehatan di tengah pandemi, kamu bisa bertanya langsung pada dokter melalui aplikasi Halodoc.

Kamu juga bisa membeli obat atau vitamin untuk mengatasi keluhan kesehatan menggunakan aplikasi Halodoc , sehingga tidak perlu repot keluar rumah. Sangat praktis, bukan? 



Referensi:
US Food and Drug Administration. Diakses pada 2021. Myths about Cloning
US Food and Drug Administration. Diakses pada 2021. Animal Cloning
Chapman University. Diakse pada 2021. Cloning: A Critical Analysis of Myths and Media