Perempuan dengan Sindrom Sjogren Rentan Mengalami Disfungsi Seksual?

Ditinjau oleh  Redaksi Halodoc   11 Desember 2018
Perempuan dengan Sindrom Sjogren Rentan Mengalami Disfungsi Seksual?Perempuan dengan Sindrom Sjogren Rentan Mengalami Disfungsi Seksual?

Halodoc, Jakarta – Sindrom Sjogren adalah penyakit autoimun yang menyerang lebih banyak perempuan ketimbang laki-laki. Mereka yang terkena sering mengalami kekeringan di mata dan mulut bersama dengan berbagai gejala lain, seperti kelelahan ekstrem dan radang sendi.  

Tidak hanya itu, sindrom ini ternyata juga dapat memengaruhi organ intim di mana pengidapnya akan mengalami kekeringan di Miss V, sehingga sulit melakukan hubungan intim. Gejala lainnya yang mengiringi pengidapnya adalah nyeri dan rasa kaku pada tubuh, citra tubuh negatif, kecemasan, dan libido yang berkurang.

Sebenarnya kehilangan fungsi seksual pada pengidap sindrom sjogren bagi perempuan dikarenakan pengidapnya tidak menjadikan gejala kehilangan kemampuan pada organ intim ini sebagai bentuk reaksi dari sindrom. Pengidap lebih terfokus ke gejala lain, seperti pengaruhnya bagi ginjal, paru-paru, serta organ dalam lainnya, kemudian kekeringan di mata.

Menjadikan gejala kekeringan pada Miss V sebagai isu utama dan pengaruhnya terhadap kualitas hubungan intim, sejatinya dapat membantu perawatan fungsi seksual sehingga dapat dilakukan perawatan yang lebih maksimal dan terarah.

Mirip Gejala Menopause

Sindrom sjogren sering tidak terdiagnosis atau salah diagnosis. Ini dikarenakan gejala-gejala sindrom sjogren yang mirip dengan tanda menopause, efek samping dari konsumsi obat tertentu, atau kondisi medis, seperti lupus, rheumatoid arthritis, fibromyalgia, sindrom kelelahan kronis, dan multiple sclerosis.

Selain itu, semua gejala tidak selalu hadir di waktu yang sama. Sjogren dapat melibatkan beberapa sistem tubuh, ehingga diperlukan diagnosis dari beberapa dokter spesialis termasuk dokter gigi dan penyakit dalam. Hal ini dilakukan untuk pemeriksaan lebih dalam mengenai sistemik penyakit yang hadir. Durasi gejala bisa sampai lebih dari enam tahun.

Dalam kasus yang lebih serius, sistem kekebalan dapat menyerang bagian tubuh lain yang menyebabkan gejala dan kondisi, seperti:

  1. Kulit kering

  2. Kelelahan dahsyat yang dapat menyebabkan kelelahan total

  3. Nyeri otot

  4. Nyeri sendi, kekakuan, dan pembengkakan

  5. Radang pembuluh darah

  6. Kesulitan berkonsentrasi, mengingat, dan bernalar

Bagaimana Mendiagnosis Sindrom Sjogren?

Mungkin sulit untuk mendiagnosisnya. Tidak ada tes tunggal yang akan mengonfirmasi diagnosis dan sindrom sjogren mungkin muncul dalam banyak hal berbeda ke pasien yang berbeda pula. Dokter dapat melakukan serangkaian tes dan pemeriksaan gejala untuk mengetahui kepastian apakah yang diderita pasien adalah sjogren atau tidak.

Beberapa tes darah yang diperlukan termasuk:

  1. ANA (Anti-Nuclear Antibody): Ditemukan di 70 persen dari pengidap sjogren dan pasien dengan penyakit autoimun lainnya.

  2.  RF (Rheumatoid Factor): Antibodi ditemukan di 60—70 persen dari pasien sjogren dan penderita rheumatoid arthritis.

  3. SS-A (atau Ro) dan SS-B (atau La): antibodi penanda untuk Sjogren. 70 persen pasien Sjogren positif untuk SS-A dan 40 peren positif untuk SS-B. Juga ditemukan di pasien lupus.

  4. ESR (Tingkat Sedimentasi Eritrosit): Mengukur peradangan. Peningkatan ESR dapat mengindikasikan gangguan inflamasi, termasuk sindrom Sjogren.

  5.  IGs (Immunoglobulins): Protein darah normal, biasanya meningkat bagi pengidap Sjogren.

Kalau ingin mengetahui lebih banyak mengenai sindrom sjogren serta informasi kesehatan lainnya, bisa tanyakan langsung ke Halodoc. Dokter-dokter yang ahli di bidangnya akan berusaha memberikan solusi terbaik untukmu. Caranya, cukup download aplikasi Halodoc lewat Google Play atau App Store. Melalui fitur Contact Doctor, kamu bisa memilih mengobrol lewat Video/Voice Call atau Chat.

Baca juga: