Perbedaan Gagal Ginjal Akut dan Kronis, Mana yang Lebih Berbahaya?

4 menit
Ditinjau oleh  dr. Rizal Fadli   06 Desember 2022

“Gagal ginjal akut terjadi secara tiba-tiba dan mungkin dapat kembali normal, sedangkan gagal ginjal kronis berkembang secara bertahap dan sering kali tidak bisa disembuhkan. Kedua penyakit tersebut sama-sama berbahaya dan perlu diwaspadai.”

Perbedaan Gagal Ginjal Akut dan Kronis, Mana yang Lebih Berbahaya?Perbedaan Gagal Ginjal Akut dan Kronis, Mana yang Lebih Berbahaya?

Halodoc, Jakarta – Belakangan ini, gagal ginjal akut menjadi penyakit yang marak dibicarakan karena menyerang banyak anak di Indonesia. Gagal ginjal sebenarnya terbagi menjadi dua jenis, yaitu gagal ginjal akut dan kronis.

Gagal ginjal sendiri adalah kondisi yang terjadi ketika ginjal tidak bisa lagi berfungsi secara normal. Kondisi tersebut akan menyebabkan produk limbah dan cairan menumpuk, sehingga bisa terjadi pembengkakan di pergelangan kaki, muntah, lemas dan sesak napas. 

Lantas, apa perbedaan gagal ginjal akut dan kronis, dan manakah yang lebih berbahaya? 

Perbedaan Gagal Ginjal Akut dan Kronis

Perbedaan gagal ginjal akut dan kronis yang utama terletak pada waktu terjadinya penyakit tersebut. Gagal ginjal akut terjadi secara tiba-tiba, dan mungkin dapat kembali normal jika penyebabnya diatasi. Namun, gagal ginjal kronis berlangsung perlahan-lahan selama setidaknya tiga bulan, dan dapat menyebabkan gagal ginjal permanen. Selain itu, penyebab, gejala, dan pengobatan kedua jenis gagal ginjal tersebut juga berbeda.

Berikut perbedaan gagal ginjal akut dan kronis:

1. Penyebab

Gagal ginjal akut biasanya disebabkan oleh sesuatu yang bisa merusak ginjal, seperti dehidrasi, kehilangan banyak darah ketika operasi besar atau cedera, obstruksi saluran kemih atau akibat konsumsi obat-obatan tertentu.

Sedangkan gagal ginjal kronis umumnya disebabkan oleh kondisi jangka panjang, seperti tekanan darah tinggi (hipertensi) atau diabetes. Kedua kondisi tersebut secara perlahan merusak ginjal dan mengurangi fungsi organ tersebut dari waktu ke waktu.

2. Gejala

Gejala gagal ginjal akut biasanya berkembang dengan cepat dan berpotensi menjadi parah, seperti:

Menurunnya frekuensi buang air kecil secara tiba-tiba.

  • Mual.
  • Kelelahan.
  • Sesak napas.
  • Pembengkakan kaki, atau pergelangan kaki karena kelebihan cairan.
  • Detak jantung tidak teratur.
  • Nyeri dada atau terasa seperti tertekan.
  • Kebingungan.
  • Kejang.

Sementara itu gejala gagal ginjal kronis berkembang secara bertahap, sehingga pengidapnya sering kali tidak menyadari bahwa mereka memiliki penyakit tersebut sampai sudah parah. Saat fungsi ginjal sudah semakin menurun, berikut gejala gagal ginjal kronis yang umumnya terjadi:

  • Kelelahan dan kelemahan yang terus menerus.
  • Napas berbau amonia.
  • Nafsu makan yang buruk.
  • Kulit kering dan gatal.
  • Kaki dan pergelangan kaki bengkak karena kelebihan cairan.
  • Mata bengkak, terutama di pagi hari.
  • Dorongan untuk sering buang air kecil.
  • Sering buang air kecil di malam hari.
  • Sulit tidur.
  • Kram otot di malam hari.

3. Pengobatannya

Gagal ginjal akut biasanya memerlukan rawat inap di rumah sakit. Sementara itu, perawatannya sebagian besar difokuskan untuk mengobati penyebab yang mendasarinya untuk mencegah komplikasi. Pilihan pengobatan untuk gagal ginjal akut, antara lain:

  • Cairan intravena, akan diberikan melalui jarum ke dalam aliran darah untuk meningkatkan kadar cairan pada pengidap dengan hipovolemia (rendahnya kadar bagian cair dari darah).
  • Obat diuretik, digunakan untuk mengurangi kelebihan cairan di paru-paru, kaki, atau tungkai).
  • Kalsium intravena, digunakan untuk menormalkan kadar kalium pada orang dengan hiperkalemia berat.
  • Hemodialisis, yaitu sistem penyaringan darah yang digunakan untuk menggantikan fungsi ginjal membersihkan racun dari darah.

Untuk gagal ginjal kronis, tidak ada pengobatan untuk menyembuhkannya, tapi ada beberapa perawatan yang bisa menjaga fungsi ginjal dan memperlambat perkembangan penyakit. Berikut beberapa perawatan tersebut:

  • Obat tekanan darah tinggi, seperti penghambat ACE.
  • Obat kolesterol, seperti statin. Ini digunakan untuk mencegah penumpukan plak di arteri ginjal.
  • Diuretik, digunakan untuk mengurangi retensi cairan dan menjaga keseimbangan cairan dalam tubuh.
  • Agen perangsang eritropoietin, digunakan untuk mengobati anemia dengan merangsang hormon yang disebut eritropoietin yang meningkatkan produksi sel darah merah.
  • Suplemen vitamin D, digunakan untuk membantu memperkuat tulang dan mengurangi risiko patah tulang.
  • Pengikat fosfat, digunakan untuk mengurangi penyerapan fosfat dan risiko hiperfosfatemia.
  • Diet rendah protein, bermanfaat untuk meminimalkan penumpukan produk limbah yang disebabkan oleh pemecahan protein makanan.

Manakah yang Lebih Berbahaya?

Meskipun kebanyakan kasus gagal ginjal akut bisa kembali normal setelah kondisi yang mendasarinya diobati, beberapa kasus bisa menyebabkan kerusakan permanen. Nah, kondisi tersebut berisiko menyebabkan gagal ginjal kronis dan gagal ginjal jangka panjang. 

Sementara itu gagal ginjal kronis berkembang secara perlahan dan umumnya tidak bisa disembuhkan. Umumnya, pengidap perlu menjalani dialisis (cuci darah) selama sisa hidupnya atau menerima transplantasi ginjal.

Jadi, baik gagal ginjal akut maupun kronis, keduanya perlu diwaspadai, karena bisa menyebabkan kerusakan gagal ginjal permanen yang berakibat fatal.

Itulah penjelasan mengenai gagal ginjal akut dan kronis. Bila kamu mengalami gejala-gejala gagal ginjal seperti di atas, sebaiknya segera periksakan diri ke dokter. Ingat, pengobatan yang dilakukan sedini mungkin bisa meningkatkan kesembuhan. 

Untuk periksa kesehatan ke dokter, kamu bisa menggunakan aplikasi Halodoc saja. Caranya, tinggal buat janji temu dokter di rumah sakit pilihan melalui aplikasi tersebut. Yuk, download aplikasi Halodoc sekarang di App Store atau Google Play!

Referensi:
John Hopkins Medicine. Diakses pada 2022. End Stage Renal Disease (ESRD).
Very Well Health. Diakses pada 2022. Acute Kidney Injury vs. Chronic Kidney Disease: What’s the Difference?.
Schmidt Kramer. Diakses pada 2022. What is the difference between acute kidney failure and chronic kidney failure?