Pentingnya Tekstur Makanan dalam Pemberian MPASI
Halodoc, Jakarta – Organisasi Kesehatan Dunia alias World Health Organization (WHO) merekomendasikan pemberian MPASI dilakukan setelah bayi memasuki usia 6 bulan, dan dilanjutkan dengan pemberian ASI, hingga anak berusia dua tahun. Artinya, setelah anak memasuki usia 6 bulan, ia perlu mendapat asupan tambahan selain air susu dari ibu. Pasalnya pada usia tersebut, tubuh bayi cenderung sudah membutuhkan asupan energi tambahan yang tidak dapat dipenuhi hanya dengan memberi ASI.
Waktu ideal pemberian MPASI adalah saat bayi tepat berusia 6 bulan, namun ada kondisi tertentu yang memungkinkan bayi diberi MPASI pada usia 4–5 bulan. Seperti berat badan bayi yang tidak kunjung naik atau kondisi kesehatan lain. Namun, tentu saja diperlukan konsultasi terlebih dahulu dan saran dari dokter spesialis anak atau ahli gizi sebelum memberi makan pada bayi di bawah usia 6 bulan.
Rekomendasi usia pemberian MPASI pada anak sebenarnya tidak ditentukan tanpa alasan. Tubuh anak pada usia 6 bulan disebut sudah sangat siap untuk mulai menerima asupan selain ASI. Mulai dari kesiapan fisik, pencernaan, hingga motorik. Pada usia 6 bulan, secara motorik bayi sudah bisa menggenggam benda dengan tangan sendiri dan sudah memiliki kontrol kepala. Dilihat dari kesiapan sistem pencernaan, organ lambung dan usus bayi dinilai baru siap untuk mencerna makanan pada usia tersebut.
Menyiapkan MPASI Pertama untuk Si Kecil
Sebenarnya, menyiapkan MPASI pertama untuk Si Kecil merupakan hal yang susah-susah gampang. Sebab dari segi bentuk makanan, variasi, hingga jenis nutrisi harus disesuaikan dengan usia Si Kecil.
Baca juga: Ingin Beri MPASI Ikuti Dulu Tips Ini
Dalam satu hingga dua minggu awal pemberian MPASI bayi, jenis makanan yang disajikan harus berbentuk lumatan atau makanan yang disaring. Selain itu, anak juga dianjurkan untuk diberi satu jenis makanan saja pada masa awal ini. Misalnya, pada hari pertama bayi diberi nasi yang sudah disaring, lalu baru pada hari berikutnya ganti nasi menjadi kentang atau makanan lain. Sebaiknya, beri jeda waktu setidaknya tiga hari sebelum mengganti menu MPASI. Tujuannya, untuk melihat adakah reaksi alergi anak terhadap makanan tertentu. Setelah dua minggu, ibu bisa mencoba mencampur makanan, misalnya menyajikan MPASI yang mengandung nasi atau karbohidrat, lauk hewani, lauk nabati, serta sayur dan buah.
Baca juga: Manfaat Alpukat sebagai MPASI untuk Bayi
Kemudian, saat bayi memasuki usia sembilan hingga dua belas bulan, bentuk makanan MPASI harus mulai diubah. Bayi membutuhkan makanan yang memiliki tekstur lebih kasar dari makanan yang disaring. Jenis sajian ini dikenal dengan istilah "makanan tim". Sebab pada usia tersebut, tujuan pemberian MPASI adalah merangsang pertumbuhan gigi pada Si Kecil. Maka, penyesuaian tekstur makanan yang masuk ke mulut pun harus disesuaikan.
Tekstur makanan kembali harus diubah saat anak memasuki usia 12 bulan. Pada usia tersebut, anak harus dibiasakan untuk mengonsumsi makanan keluarga yang disajikan dengan cara dicincang. Jadi, kalau misal ibunya makan nasi, ikan lele, bayam, maka makanan itu juga yang dikasih ke bayi. Tapi, disajikan dengan cara dicincang.
Selain jenis makanan dan variasinya, ibu juga harus memastikan Si Kecil mendapat asupan MPASI sesuai dengan kebutuhan tubuhnya. Bayi berusia 6 bulan, dianjurkan untuk diberi MPASI sekitar setengah sampai sepertiga mangkuk makan. Tujuannya, untuk menghindari anak terlalu kenyang dan menolak minum ASI. Selanjutnya, jumlah asupan makanan yang dibutuhkan akan berubah dan semakin meningkat seiring dengan bertambahnya usia. Selain usia, berat badan serta panjang bayi juga memengaruhi jumlah kalori yang dibutuhkan.
Baca juga: Resep MPASI untuk Bayi Usia 12-18 Bulan
Bingung menyiapkan MPASI pertama untuk Si Kecil? Tanya dokter di aplikasi Halodoc saja! Ibu bisa membicarakan seputar menu MPASI melalui Video/Voice Call dan Chat. Dapatkan tips dan rekomendasi menu terbaik dari dokter terpercaya. Yuk, download Halodoc sekarang di App Store dan Google Play.