Pentingnya Pilih Kontrasepsi Ramah Lingkungan
Halodoc, Jakarta - Misi menyelamatkan bumi tidak hanya bisa dilakukan dalam bentuk pertarungan melawan musuh dalam kisah-kisah superhero. Dalam kehidupan nyata sehari-hari, mencintai bumi dan lingkungan bisa dilakukan dengan cara menjaganya dari kerusakan. Berbagai inovasi dalam bentuk produk-produk ramah lingkungan pun kian bermunculan. Mulai dari wadah dan sedotan yang bisa dipakai berulang, hingga kontrasepsi ramah lingkungan.
Iya, kamu tidak salah baca kok. Kontrasepsi. Sebab, kerusakan lingkungan tidak hanya seputar sampah plastik, sedotan, atau limbah rumah tangga dan pabrik. Hal-hal di sekeliling kita, yang mungkin selama ini luput atau dianggap sepele, ternyata juga dapat menyebabkan terjadi kerusakan lingkungan. Tak terkecuali alat kontrasepsi.
Baca juga: Cara Memakai Alat Kontrasepsi yang Tepat
Perihal kontrasepsi ramah lingkungan ini pernah dibahas dalam studi yang dilakukan oleh Lina Nikoleris dari Lund University, Swedia. Dalam penelitiannya, Nikoleris menemukan bahwa pil kontrasepsi yang berguna menahan laju pertumbuhan penduduk, bisa memicu kerusakan lingkungan.
Hal ini dikemukakannya lantaran hormone ethinyl-estradiol (EE2) yang merupakan versi sintesis oestrogen dalam pil kontrasepsi dapat mengubah perilaku dan genetik beberapa jenis ikan. Jika terbuang bersama kotoran manusia, EE2 akan mempengaruhi salmon, ikan air tawar dan juga kecoa. Studi juga mengungkap EE2 membuat ikan lebih sulit menangkap makanan. Bungkus atau packaging dari pil juga terbuat dari bahan yang sulit diurai seperti PVC sehingga semakin memperburuk lingkungan.
Selain pil kontrasepsi, ditemukan bahwa limbah kondom yang dibuang ke toilet juga dapat merusak lingkungan. Bahan kimia yang ditambahkan ke campuran latex seperti talk, kasein, paraben dan gliserin membuat kondom menjadi sulit diurai dan mengganggu proses dekomposis.
Menurut Tom Hird, duta besar untuk Marine Conservation Society, kondom yang akan terbawa ke laut baru mulai terurai secara alami paling sedikit 30 tahun. Hewan di laut juga akan terkena imbasnya karena hewan-hewan tersebut dapat mengartikannya sebagai makanan. Oleh karena itu, penggunaan kondom dapat digolongkan sebagai kontrasepsi yang tidak ramah lingkungan.
Baca juga: Tips Memilih Kontrasepsi untuk Wanita
Jadi, Sebaiknya Gunakan Kontrasepsi Apa?
Lalu, alat kontrasepsi apa yang sebaiknya dipilih? Implan dan IUD (Intra Uterine Device) menjadi jawaban. Kontrasepsi implan adalah pengontrol kehamilan jangka panjang yang digunakan atau dipasang pada wanita. Pengontrol kehamilan ini dipasang dengan cara dimasukkan pada lengan atas untuk menekan masa subur wanita.
Sementara itu, kontrasepsi IUD atau yang juga populer dengan sebutan kontrasepsi spiral adalah alat yang bekerja dengan cara menghambat gerakan sperma menuju saluran rahim untuk mencegah pembuahan, sehingga tidak terjadi kehamilan. Seperti implan, kontrasepsi IUD juga dipasang pada wanita.
Kedua metode kontrasepsi tersebut adalah pilihan jangka panjang. Tiga hingga lima tahun untuk implan dan lima hingga delapan tahun untuk IUD. Itulah sebabnya, IUD dan implan bekas pakai akan lebih sedikit jumlahnya sehingga limbah yang menumpuk akibat kontrasepsi ini juga tidak dalam jumlah banyak.
Tidak seperti kondom yang merupakan kontrasepsi sekali pakai atau disposable. IUD dan implan juga tidak mengganggu sistem hormon dari perempuan, sehingga tidak ada hormon yang dikeluarkan sebagai limbah.
Baca juga: 13 Fakta Tentang Kontrasepsi IUD yang Perlu Diketahui
Itulah sedikit penjelasan tentang pilihan kontrasepsi ramah lingkungan. Jika kamu membutuhkan informasi lebih lanjut soal hal ini atau gangguan kesehatan lainnya, jangan ragu untuk mendiskusikannya dengan dokter pada aplikasi Halodoc, lewat fitur Talk to a Doctor, ya. Mudah kok, diskusi dengan dokter spesialis yang kamu inginkan dapat dilakukan melalui Chat atau Voice/Video Call. Dapatkan juga kemudahan membeli obat menggunakan aplikasi Halodoc, kapan dan di mana saja, obatmu akan langsung diantar ke rumah dalam waktu satu jam. Yuk, download sekarang di Apps Store atau Google Play Store!
*artikel ini pernah tayang di SKATA