Penjelasan WHO Soal Efek Vaksinasi COVID-19
Halodoc, Jakarta - Saat ini, beberapa negara di dunia sudah mulai menjalankan program vaksinasi COVID-19, tak terkecuali Indonesia. Program ini penting sebagai bagian dari upaya menekan angka kasus COVID-19, yang pada akhirnya diharapkan juga bisa menghentikan pandemi.
Meski banyak yang antusias menyambut program vaksinasi COVID-19, masih banyak juga masyarakat Indonesia yang takut atau enggan divaksin. Salah satu alasannya adalah khawatir akan efek samping yang ditimbulkan. Sebenarnya, apa sih efek samping vaksinasi COVID-19?
Baca juga: Kacamata Bisa Cegah Virus Corona, Mitos Atau Fakta?
WHO Jelaskan Efek Samping Vaksinasi COVID-19
Pada Minggu (21/2) lalu, Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), memberikan penjelasan mengenai efek samping atau reaksi setelah vaksinasi COVID-19, melalui akun Twitter resminya, @WHO. Penjelasan tersebut disampaikan oleh Staf bagian Keamanan Obat dan Vaksin WHO, Ayako Fukushima.
Dalam video berdurasi dua menit itu, Fukushima menjelaskan reaksi atau gejala umum yang terjadi setelah vaksinasi COVID-19, serta tindakan yang dilakukan bila mendapati gejala yang cukup parah.
"Ketika kamu divaksinasi, beberapa efek samping adalah hal normal dan sudah diperkirakan. Ini menandakan bahwa tubuh sedang membangun perlindungan terhadap virus," katanya.
Fukushima menjelaskan, dalam pengembangan vaksin COVID-19, setiap otoritas kesehatan di masing-masing negara melakukan pengujian ketat. Termasuk memperkirakan dan mengurangi risiko yang terjadi setelah vaksinasi, sehingga vaksin aman untuk semua orang yang menerimanya.
Secara umum, Fukushima menjelaskan ada beberapa reaksi yang bisa terjadi setelah vaksinasi. Reaksi umum tersebut meliputi:
- Nyeri atau kemerahan di sekitar area kulit yang disuntik.
- Demam ringan.
- Kelelahan.
- Sakit kepala.
- Nyeri otot atau sendi.
Baca juga: Ini Tempat yang Berisiko Tinggi Menularkan COVID-19
Ia menjelaskan bahwa berbagai reaksi umum ini hanya berlangsung kurang dari seminggu. Namun, jika reaksi tersebut berlangsung lebih dari seminggu dan tak kunjung hilang, sebaiknya segera menemui layanan kesehatan.
"Jika gejala lebih parah atau berlangsung lebih dari seminggu, beri tahu petugas kesehatan yang memberi vaksin," jelas Fukushima.
Apa yang Perlu Dilakukan Jika Terjadi Efek Samping?
Sangat penting untuk melakukan pelaporan jika terjadi reaksi berat atau yang terjadi lebih dari seminggu. Fukushima menjelaskan bahwa pelaporan dapat melindungi penerima vaksin, serta membantu orang lain dari reaksi serupa.
Adapun tahapan yang perlu dilakukan jika seseorang melaporkan efek samping ringan maupun berat terhadap vaksin COVID-19:
- Petugas kesehatan akan mengobati gejala yang dialami penerima vaksin.
- Otoritas kesehatan akan melakukan penyelidikan terperinci tentang penyebab gejala, seberapa umum gejala tersebut di komunitas atau negara.
- Mengecek apakah gejala tersebut mungkin terkait dengan masalah penyimpanan, pengangkutan, atau administrasi vaksin.
Jika setelah dicek dan diselidiki ada dugaan reaksi berat, otoritas kesehatan dapat menangguhkan penggunaan vaksin. Fukushima menyatakan, WHO mendukung penyelidikan ini dan melacak reaksi terhadap vaksin di seluruh dunia.
Baca juga: Mitos atau Fakta, Golongan Darah A Berisiko Tertular COVID-19
Jangan Takut dengan Vaksinasi COVID-19!
Fukushima menegaskan bahwa setiap vaksin COVID-19 telah melalui proses pengujian yang ketat, guna memastikan keamanannya. Sebelum didistribusikan, proses pengujian dimaksudkan agar semua vaksin COVID-19 dapat mengurangi risiko sakit berat akibat infeksi virus.
Mengenai reaksi atau efek samping berat akibat vaksinasi COVID-19, Fukushima mengatakan bahwa kasus seperti ini sangat jarang terjadi. Ia menyatakan bahwa menerima vaksinasi merupakan salah satu hal terbaik yang dapat dilakukan, untuk melindungi diri sendiri dan orang yang dicintai dari COVID-19.
Jadi, jangan lagi takut atau termakan hoax seputar vaksinasi COVID-19 yang tidak benar, ya! Jaga terus kesehatan dan patuhi protokol pencegahan COVID-19, sambil menunggu giliran divaksin. Jika kamu mengalami keluhan kesehatan, gunakan saja aplikasi Halodoc untuk buat janji dengan dokter di rumah sakit, ya!