Pengobatan yang Dilakukan untuk Atasi Fibroid Rahim
Halodoc, Jakarta - Fibroid rahim atau lebih dikenal sebagai mioma uteri tergolong sebagai tumor jinak dan tidak bersifat kanker. Kondisi ini digambarkan sebagai pertumbuhan dari sel pada bagian otot rahim secara abnormal dengan ukuran yang berbeda, mulai dari kecil hingga besar yang bisa membuat rahim seperti membengkak.
Jumlahnya pun bervariasi, bisa hanya satu, tetapi juga bisa lebih, dan sayangnya, sering kali penyakit ini muncul tanpa ada gejala khusus. Kebanyakan wanita mengetahui jika dirinya memiliki fibroid rahim ketika melakukan pemeriksaan dengan USG. Jika pun muncul, gejalanya sering dianggap sebagai keluhan menstruasi yang umum terjadi.
Perdarahan yang berlebih atau menorrhagia ketika menstruasi, kram perut yang hebat saat haid, sering buang air kecil, kesulitan buang air besar, terasa sakit pada punggung bagian bawah, dan nyeri ketika berhubungan intim menjadi beberapa gejala dari fibroid rahim. Bahkan, gangguan kesehatan pun dikaitkan dengan masalah kesuburan pada wanita.
Baca juga: Benarkah Fibroid Rahim Bisa Mengganggu Kesuburan?
Kenali Pengobatan untuk Fibroid Rahim
Oleh karena itu, jangan anggap remeh jika kamu mengalami keluhan menstruasi yang tidak wajar. Segera tanyakan pada dokter atau periksakan kondisi kesehatanmu di rumah sakit terdekat. Kamu bisa menggunakan aplikasi Halodoc setiap kali ingin tanya jawab dengan dokter atau berobat ke rumah sakit terdekat.
Mulanya, dokter akan melakukan pemeriksaan untuk mendapatkan diagnosis yang lebih akurat. Pengecekan bagian rahim dilakukan dengan menggunakan USG guna mengetahui apakah ada fibroid rahim pada rahim. Pengobatan untuk kasus ini bisa dilakukan dengan dua cara, yaitu:
- Konsumsi Obat
Dokter bisa meresepkan obat jenis Gonadotropin-releasing hormone agonist atau GnRHa guna memperlambat produksi hormon estrogen maupun progesteron, sehingga ukuran mioma akan mengecil tanpa berdampak pada tingkat kesuburan. Meski begitu, obat ini juga memiliki efek samping berupa gejala yang serupa dengan menopause, seperti vagina menjadi kering, tidak menstruasi, dan adanya peningkatan risiko osteoporosis.
Baca juga: 4 Pemeriksaan untuk Mendeteksi Mioma Uteri
Dokter juga mungkin akan memberikan kamu obat antiinflamasi non-steroid atau OAINS guna membantu meredakan rasa nyeri. Kamu juga bisa mengonsumsi pil KB sebagai pereda nyeri menstruasi atau mengurangi perdarahan. Atau, gunakan levonorgestrel intrauterine system, alat yang mirip dengan KB spiral yang ditempatkan di dalam rahim.
Alat tersebut bisa membantu menekan terjadinya penebalan pada dinding rahim dengan merilis hormon levonorgestrel, sehingga volume darah menstruasi bisa berkurang. Akan tetapi, obat ini juga memiliki efek samping berupa sakit kepala, payudara menjadi lebih sensitif, hingga munculnya jerawat.
- Operasi
Metode pengobatan fibroid rahim berikutnya adalah operasi. Tindakan ini dilakukan jika obat-obatan tidak mampu meringankan gejala atau mengecilkan ukuran fibroid rahim. Pembedahan hanya akan difokuskan pada pengangkatan fibroid dari dinding rahim, sehingga kamu masih memiliki kesempatan untuk mendapatkan kehamilan.
Baca juga: Usia Wanita yang Rentan Mengalami Fibroid Rahim
Namun, jika ukuran fibroid rahim sangat besar sehingga mengakibatkan volume darah haid yang berlebihan, dokter mungkin akan melakukan histerektomi atau pengangkatan rahim seluruhnya. Jika ini dilakukan, sudah pasti kamu tidak bisa mendapatkan kehamilan. Lalu, ada pula ablasi endometrial yang dilakukan dengan memasukkan alat khusus pada rahim guna menghancurkan jaringan pada dinding rahim di bagian dalam.
Setiap prosedur pengobatan sudah tentu memiliki risikonya masing-masing. Jadi, pastikan kamu sudah membicarakan pilihan yang terbaik dengan dokter ahli kandungan, sehingga komplikasi bisa ditekan dan tidak membahayakan kesehatan.
Referensi:
Medical News Today. Diakses pada 2020. Fibroids: Everything You Need to Know.
Mayo Clinic. Diakses pada 2020. Uterine Fibroids.
Berlangganan Artikel Halodoc
Topik Terkini
Mulai Rp50 Ribu! Bisa Konsultasi dengan Ahli seputar Kesehatan