Pengidap Hidrosefalus, Bisakah Ukuran Kepala Kembali Normal?
Halodoc, Jakarta – Hidrosefalus merupakan penyakit yang ditandai dengan membesarnya ukuran kepala seseorang. Kondisi ini terjadi karena adanya penumpukan cairan di rongga otak, sehingga meningkatkan tekanan pada otak. Kondisi ini bisa terjadi pada siapa saja, tetapi umumnya menyerang bayi dan anak-anak. Hidrosefalus menyebabkan pembesaran ukuran kepala pada bayi dan anak-anak.
Penyakit ini juga bisa menyerang orang dewasa. Hidrosefalus pada orang dewasa biasanya ditandai dengan gejala sakit kepala yang tidak tertahankan. Cairan otak diproduksi secara terus-menerus dan diserap oleh pembuluh darah. Cairan ini memiliki fungsi yang penting, seperti melindungi otak dari cedera, menjaga tekanan pada otak, serta membuang limbah sisa metabolisme dari otak. Penyakit hidrosefalus terjadi ketika produksi dan penyerapan cairan otak tidak seimbang.
Baca juga: Bisakah Hidrosefalus Diketahui dari Dalam Kandungan?
Cara Mengembalikan Ukuran Kepala Akibat Hidrosefalus
Gejala utama penyakit ini adalah ukuran kepala menjadi lebih besar. Selain pada bayi dan anak-anak, penyakit ini rentan menyerang orang yang berusia lanjut, yaitu berusia lebih dari 60 tahun. Membesarnya ukuran kepala terjadi karena adanya penumpukan cairan di rongga otak. Artinya, jika cairan tersebut ditangani dengan cara operasi, maka gejala akan mereda pula.
Pada bayi, hidrosefalus ditandai dengan lingkaran kepala yang membesar dalam waktu sangat singkat. Selain itu, kondisi ini juga menyebabkan munculnya benjolan yang terasa lunak di ubun-ubun kepala. Bayi yang mengidap penyakit ini juga akan menjadi lebih rewel, mudah mengantuk, menolak ASI, muntah, kejang, dan mengalami pertumbuhan terhambat.
Baca juga: Ketahui Berbagai Faktor Risiko Hidrosefalus Sejak Dini
Sementara itu pada anak dan orang dewasa, gejala yang muncul mungkin berbeda. Hidrosefalus menyebabkan gejala berupa sakit kepala, penurunan daya ingat, gangguan konsentrasi, mual dan muntah, penglihatan terganggu, gangguan koordinasi tubuh, masalah keseimbangan, serta pembesaran ukuran kepala. Kondisi ini sama sekali tidak boleh dianggap sepele dan harus segera ditangani agar tidak memicu gangguan perkembangan fisik dan intelektual anak. Pada orang dewasa, hidrosefalus yang diabaikan bisa menyebabkan gejala menjadi permanen.
Lalu, bagaimana cara yang paling tepat untuk mengembalikan ukuran kepala yang membesar akibat hidrosefalus?
Sebelum melakukan pengobatan, penting untuk mendapatkan diagnosis yang pasti terhadap penyebab pembesaran kepala. Untuk mendiagnosis penyakit ini, biasanya dilakukan dengan pemeriksaan fisik terlebih dahulu, yaitu mengamati bentuk dan ukuran kepala. Sedangkan pada orang dewasa, dokter akan menanyakan gejala yang dialami. Setelah itu, pemeriksaan dilanjutkan dengan melakukan pencitraan melalui USG, CT scan, ataupun MRI.
Untuk pengobatan hidrosefalus sendiri, cara ampuh yang diketahui sejauh ini terbagi menjadi dua, yaitu:
1. Metode Shunt
Cara ini dilakukan dengan memasukkan sebuah tabung melalui pembedahan ke dalam otak dan dihubungkan tabung fleksibel lainnya di bawah kulit. Hal ini untuk mengalirkan kelebihan cairan ke dalam rongga dada atau perut agar mampu diserap oleh tubuh.
2. Ventrikulostomi Ketiga Endoskopi
Metode endoskopi ini dapat meningkatkan aliran cairan berlebih keluar otak. Sebuah lubang kecil dibuat di bagian bawah ventrikel ketiga dan cairan tersebut dialirkan keluar untuk mengurangi tekanan. Terkadang metode ini dilakukan bersamaan dengan kauterisasi pleksus koroid untuk menurunkan produksi cairan pada otak tersebut.
Selain itu, kauterisasi pleksus koroid menggunakan arus listrik untuk membakar jaringan penghasil cairan serebrospinal, yaitu pleksus koroid. Alat tersebut berada di ventrikel lateral di otak, sehingga menghasilkan lebih sedikit cairan di otak.
Di samping cara mengurangi cairan berlebih di otak, ibu juga harus tahu beberapa faktor yang diduga memicu ketidakseimbangan cairan di dalam otak yang memicu hidrosefalus sehingga dapat dihindari. Kondisi ini bisa terjadi karena aliran cairan otak yang tersumbat sehingga produksi cairan otak lebih cepat sementara penyerapan melambat dan mengalami cedera pada otak. Sedangkan pada bayi, kondisi ini bisa terjadi ketika proses persalinan atau beberapa saat setelah dilahirkan.
Faktor risiko hidrosefalus pada bayi adalah perdarahan didalam otak akibat kelahiran prematur, perkembangan otak dan tulang belakang yang tidak normal, serta infeksi selama kehamilan yang bisa memicu peradangan pada otak janin, seperti sifilis atau rubella. Secara umum, risiko penyakit ini meningkat karena tumor otak dan saraf tulang belakang, perdarahan di otak akibat cedera kepala atau stroke, infeksi pada otak dan saraf tulang belakang, hingga cedera atau benturan pada kepala
Baca juga: Terserang Hidrosefalus, Bisakah Disembuhkan?
Nah, itulah beberapa metode yang dapat dilakukan untuk mengembalikan ukuran kepala menjadi normal akibat hidrosefalus. Dengan begitu, ibu tahu cara yang paling ampuh untuk mengatasi penyakit tersebut sehingga masalah yang terjadi dapat segera teratasi. Tentu saja, setiap orangtua yang anaknya mengidap gangguan ini ingin masalah yang terjadi tidak menimbulkan bahaya.
Cari tahu lebih lanjut seputar penyakit hidrosefalus dengan bertanya pada dokter di aplikasi Halodoc. Dokter bisa kapan dan di mana saja dihubungi melalui Video/Voice Call dan Chat. Dapatkan informasi seputar kesehatan dan tips hidup sehat dari dokter terpercaya. Yuk, download Halodoc sekarang di App Store dan Google Play!
Referensi:
National Health Service UK. Diakses pada 2021. Hydrocephalus.
Kids Health. Diakses pada 2021. Hydrocephalus.
Mayo Clinic. Diakses pada 2021. Hydrocephalus.
National Institute of Neurological Disorders and Stroke. Diakses pada 2021. Hydrocephalus Fact Sheet.
Berlangganan Artikel Halodoc
Topik Terkini
Mulai Rp50 Ribu! Bisa Konsultasi dengan Ahli seputar Kesehatan