Pengidap Fibrilasi Atrium Tetap Berolahraga, Bolehkah?
Halodoc, Jakarta - Gangguan jantung fibrilasi atrium merupakan kondisi saat serambi (atrium) jantung berdenyut dengan tidak beraturan dengan cepat. Kondisi ini dapat meningkatkan risiko terjadinya penggumpalan darah, stroke, dan gagal jantung.
Pada keadaan normal, jantung berdetak dengan irama yang beraturan supaya dapat mengalirkan darah dari serambi (atrium) jantung ke bilik (ventrikel) jantung, untuk kemudian dialirkan menuju paru-paru ke seluruh tubuh. Namun, fibrilasi atrium, hantaran listrik pada jantung dan irama denyut jantung mengalami gangguan, sehingga atrium gagal mengalirkan darah ke ventrikel.
Walau begitu, bukan berarti ada batasan untuk pengidap FA melakukan olahraga. Kamu tetap diperbolehkan olahraga apabila sudah melakukan pengobatan dan laju jantung sudah dapat dikontrol. Namun, memang sebaiknya jangan terlalu berlebihan dalam berolahraga. Di samping itu, pengidap harus tetap memantau denyut jantung saat berolahraga.
Baca juga: Orang Kantoran Bisa Kena Fibrilasi Atrium Kalau Terlalu Stress Kerja
Saat berolahraga, perlu adanya monitoring dengan jam tangan (smartwatch) atau yang lain, sehingga kamu dapat melihat dan memonitoring laju jantung. Olahraga juga perlu dilakukan secara berkesinambungan, terukur, dan teratur supaya tidak malah memperburuk kondisi kamu. Karena memang faktanya olahraga merupakan kebiasaan yang baik yang dapat menyeimbangkan hidup kamu. Apabila kamu pengidap fibrilasi atrium, maka pilihlah olahraga yang sesuai dengan kemampuan tubuh dan tidak terlalu berat untuk dilakukan.
Kuncinya, kamu harus selalu memperhatikan irama jantung dan tetap melakukan pengobatan. Jika kamu rutin mengonsumsi obat berdasarkan resep dokter, peningkatan irama jantung bisa dihindari. Sehingga berolahraga pun akan terasa lebih nyaman.
Kemunculan Fibrilasi Atrium
Fibrilasi atrium dapat terjadi karena penyakit lain atau dapat pula terjadi pada orang yang sehat tanpa gangguan medis tertentu. Rentang waktu terjadinya juga bervariasi. Ada yang hanya sesekali muncul dan berlangsung dalam hitungan menit atau jam, kemudian dapat pulih dengan sendirinya, yang disebut fibrilasi atrium paroksismal (occasional).
Ada pula yang memakan waktu lebih lama, yaitu lebih dari satu minggu (persistent), lebih dari satu tahun (long-standing persistent), bahkan kronis (permanent). Untuk ketiga jenis yang disebutkan terakhir tersebut, diperlukan obat atau metode penanganan medis lainnya guna menormalkan sistem penghantaran listrik jantung.
Baca juga: Kalau Gampang Capek Bisa jadi Terancam Fibrilasi Atrium
Walaupun tidak mengancam nyawa, fibrilasi atrium membutuhkan penanganan yang serius guna menghindari komplikasi yang lebih parah. Penanganan yang dilakukan tergantung dari jenis dan tingkat keparahan gejala yang dirasakan oleh pengidap.
Pengobatan fibrilasi atrium yang dilakukan didasarkan pada kondisi medis yang dialami pengidap, termasuk jangka waktu berlangsungnya gejala. Tujuan pengobatan adalah untuk mengembalikan dan mempertahankan irama jantung, serta mencegah penyumbatan darah. Cara awal yang dapat dilakukan adalah melalui pemberian obat-obatan, seperti:
-
Obat antikoagulan, untuk mencegah terjadinya penggumpalan darah dan mengatasi penyumbatan darah yang sudah terjadi. Contohnya obat yang biasanya diberikan adalah aspirin dan warfarin.
-
Obat pengendali denyut jantung, untuk mengendalikan atau mengembalikan denyut jantung ke posisi normal. Obat yang dapat diberikan adalah penghambat beta untuk membuat denyut jantung lebih lambat, serta digoxin untuk mengurangi percepatan denyut jantung dari atrium ke ventrikel.
-
Antiaritmia, untuk mencegah terjadinya fibrilasi atrium di masa mendatang. Contoh obatnya adalah dofetilide, flecainide, propafenone, amiodarone, atau sotatol.
Baca juga: Detak Jantung Sangat Cepat, Waspada Fibrilasi Atrium
Jadi, bagi kamu pengidap fibrilasi atrium tidak perlu khawatir untuk melakukan kegiatan olahraga. Asalkan kamu selalu mendiskusikan kondisi kesehatan jantung dan kegiatan olahraga yang kamu lakukan semasa pengobatan pada dokter melalui aplikasi Halodoc. Diskusi dengan dokter di Halodoc dapat dilakukan via Chat atau Voice/Video Call kapan dan di mana saja. Saran dokter dapat diterima dengan praktis dengan cara download aplikasi Halodoc di Google Play atau App Store sekarang juga.
Berlangganan Artikel Halodoc
Topik Terkini
Mulai Rp50 Ribu! Bisa Konsultasi dengan Ahli seputar Kesehatan