Pengidap Epilepsi Rentan Terkena Meningioma, Ini Penyebabnya
Halodoc, Jakarta - Tumor otak meningioma terbentuk dalam kumpulan tiga membran yang menutupi dan melindungi otak dan sumsum tulang belakang tepat di dalam tengkorak. Umumnya, gangguan tersebut berada pada tingkat rendah dan pertumbuhannya lambat, tetapi beberapa tidak berperilaku seperti yang diharapkan dan bisa lebih agresif. Tiga membran tempat meningioma tumbuh disebut meninges.
Epilepsi adalah salah satu gejala awal yang dapat terjadi pada seseorang yang mengidap tumor otak. Salah satunya adalah meningioma. Seperti kebanyakan tumor otak, penyebab meningioma tidak diketahui.
Paparan radiasi adalah satu-satunya risiko lingkungan yang dapat diketahui. Sebagian kecil tumor otak disebabkan oleh kondisi genetik langka, yaitu neurofibromatosis tipe 2 yang diketahui dapat meningkatkan risiko meningioma dan tumor otak lainnya.
Beberapa meningioma memiliki sel khusus atau reseptor yang berinteraksi dengan hormon, termasuk progesteron, androgen, dan estrogen. Selain itu, terkadang meningioma dapat tumbuh lebih cepat selama kehamilan. Disebutkan juga bahwa peran hormon mungkin berhubungan dengan terjadinya meningioma.
Wanita paruh baya juga berisiko dua kali lebih tinggi dibandingkan pria untuk terserang gangguan meningioma. Kebanyakan meningioma terjadi pada seseorang yang berada di antara usia 30 dan 70 tahun. Tumor otak ini sangat jarang terjadi pada anak-anak.
Baca Juga: Radiasi Telepon Genggam Tingkatkan Risiko Meningioma
Gejala Meningioma
Umumnya, gangguan tumor otak meningioma berkembang dengan sangat lambat dan gejala yang timbul sering berkembang secara bertahap ataupun tidak berkembang sama sekali. Gejala yang paling umum yang terjadi ketika seseorang mengidap gangguan ini adalah:
- Sakit kepala.
- Kejang.
- Penglihatan kabur.
- Kelemahan di lengan atau kaki.
- Mati rasa.
- Kesulitan untuk berbicara.
Diagnosis Meningioma
Meningioma yang terjadi umumnya sulit untuk didiagnosis, karena tumornya sering kali tumbuh lambat. Gejala meningioma yang timbul mungkin hanya sedikit dan dapat tertukar oleh kondisi kesehatan lainnya atau disebutkan hanya menjadi pertanda pada penuaan yang normal.
Jika dokter mencurigai kamu mengidap meningioma, mungkin akan dilakukan rujukan ke dokter yang berspesialisasi dalam kondisi neurologis atau ahli saraf. Untuk mendiagnosis meningioma, seorang ahli saraf akan melakukan pemeriksaan neurologis menyeluruh diikuti dengan tes pencitraan, seperti:
-
Pemindaian Tomografi Terkomputerisasi (CT)
CT scan mengambil sinar-X yang menghasilkan gambar cross-sectional dari gambar otak kamu. Terkadang pewarna berbasis yodium digunakan untuk menambah detail dari gambar tersebut.
-
Magnetic Resonance Imaging (MRI)
Dengan diagnosis ini, medan magnet dan gelombang radio digunakan untuk membuat gambar penampang struktur di otak kamu. Pemindaian MRI dapat memberikan gambaran yang lebih rinci tentang otak dan meningioma. Pada beberapa kasus, pemeriksaan sampel tumor atau biopsi mungkin diperlukan untuk menyingkirkan jenis tumor lain dan mengkonfirmasi diagnosis meningioma.
Baca Juga: Kenali Anosmia, Salah Satu Gejala Mengidap Meningioma
Pengobatan Meningioma
Jika tumor tidak menyebabkan gejala apapun, pengamatan awal sering dianjurkan untuk dilakukan. Pemindaian otak secara teratur akan dilakukan untuk menentukan apakah tumornya tumbuh. Jika pertumbuhan tumor mengancam untuk menyebabkan masalah atau jika gejala mulai berkembang, pembedahan mungkin diperlukan.
Jika operasi diperlukan, kraniotomi biasanya akan dilakukan. Prosedur ini termasuk mengeluarkan sepotong tulang dari tengkorak. Ini memberikan dokter bedah akses ke bagian otak yang terpengaruh.
Lokasi meningioma akan menentukan seberapa mudahnya diakses oleh ahli bedah. Jika tidak dapat dicapai melalui operasi, terapi radiasi dapat digunakan. Radiasi dapat mengecilkan tumor atau membantu mencegahnya tumbuh lebih besar.
Baca Juga: Kelompok Usia yang Rentan Terserang Meningioma
Itulah bagaimana pengidap epilepsi rentan mengidap meningioma. Jika kamu mempunyai pertanyaan perihal meningioma, dokter dari Halodoc siap membantu. Caranya yaitu dengan download aplikasi Halodoc di smartphone kamu!