Pengidap Anemia Rentan Alami Perdarahan Postpartum
Halodoc, Jakarta – Banyak hal yang perlu dipersiapkan ketika akan menghadapi proses persalinan. Mulai dari kondisi kesehatan mental hingga kesehatan fisik ibu juga harus diperiksa dengan baik agar gangguan yang berpotensi muncul ketika persalinan dapat dihindari.
Baca juga: 4 Penyebab Perdarahan Berat Usai Melahirkan
Kondisi perdarahan postpartum masih menjadi penyebab terbanyak kematian ibu yang menjalani proses persalinan. Perdarahan postpartum adalah kondisi perdarahan yang terjadi secara berlebihan sesaat setelah ibu menjalani proses persalinan. Ketahui lebih banyak mengenai perdarahan postpartum agar kondisi ini dapat dicegah.
Ketahui Faktor Risiko Perdarahan Postpartum
Kondisi ini umum terjadi pada wanita yang menjalani proses persalinan saat berusia di atas 35 tahun. Faktor lainnya yang meningkatkan risiko seseorang mengalami kondisi perdarahan postpartum adalah mengandung anak kembar, memiliki plasenta dalam posisi rendah, menjalani persalinan dengan operasi caesar, menjalani induksi ketika persalinan, persalinan lebih dari 12 jam, memiliki bayi dengan berat badan diatas 4 kilogram, memiliki penyakit darah tinggi, dan kondisi anemia.
Selain faktor di atas, perdarahan postpartum terjadi karena terbukanya pembuluh darah pada rahim yang menjadi tempat janin berkembang selama masa kehamilan. Kekurangan enzim trombin juga meningkatkan seseorang mengalami perdarahan postpartum akibat kegagalan pembekuan darah dalam tubuh.
Kondisi atonia uteri menjadi salah satu alasan mengapa ibu memiliki risiko mengalami perdarahan postpartum ketika ibu menjalani proses persalinan. Atonia uteri adalah kondisi hilangnya tonus otot rahim sehingga tidak dapat menekan pembuluh darah dan mengurangi jumlah darah yang keluar.
Perdarahan postpartum dapat membahayakan nyawa jika tidak segera diatasi. Ketahui jenis dari perdarahan postpartum agar ibu bisa melakukan pencegahan sebelum proses persalinan berlangsung.
1. Perdarahan Postpartum Primer
Kondisi ini terjadi ketika ibu mengalami kehilangan darah sebanyak 500 ml dalam waktu 24 jam.
2. Perdarahan Postpartum Sekunder
Kondisi ini dilihat ketika banyak darah yang keluar melalui vagina setelah 12 hingga 24 jam persalinan yang dijalani oleh seorang wanita.
Baca juga: Begini Cara Pemeriksaan Keguguran yang Perlu Diketahui
Ketahui Pencegahan Perdarahan Postpartum
Ada beberapa gejala yang dialami wanita dengan kondisi perdarahan postpartum, seperti darah yang keluar terus menerus setelah persalinan, nyeri pada sekitar perut dan demam yang cukup tinggi. Sebaiknya segera periksakan kondisi kesehatan ibu pada rumah sakit terdekat untuk memastikan penyebab gejala yang ibu alami.
Ada beberapa pemeriksaan yang dilakukan untuk memastikan kondisi yang dialami ibu, seperti scan ultrasonik untuk memastikan penyebab perdarahan postpartum yang dialami. Tentu pengobatan dilakukan juga dilakukan untuk menghentikan perdarahan, seperti:
1. Pijat dan Infus Oksitosin
Umumnya, setelah bayi dan plasenta keluar, rahim terus berkontraksi untuk kembali menutup pembuluh darah pada rahim. Namun ada beberapa kondisi yang membuat kontraksi ini tidak terjadi, biasanya perawat membantu memijat perut yang dikenal dengan pijat fundus uteri. Ibu jangan khawatir, pada saat menyusui, hormon oksitosin dilepaskan secara alami dan membantu untuk mengurangi perdarahan yang terjadi.
2. Balon Kateter Foley
Mengembangkan balon kateter foley pada rahim memberikan tekanan pada pembuluh darah yang terbuka.
3. Penggunaan Obat
Selain pijat, penggunaan obat bisa dilakukan untuk menghentikan perdarahan postpartum yang terjadi.
Lakukan pencegahan dengan rutin memeriksa kandungan secara berkala agar gangguan yang terjadi bisa diatasi sejak dini.
Baca juga: 21 Gejala yang Dialami saat Terkena Postpartum Depression