Pengaruh Kejang saat Hamil Terhadap Kondisi Janin

Ditinjau oleh  dr. Verury Verona Handayani   05 Juli 2019
Pengaruh Kejang saat Hamil Terhadap Kondisi JaninPengaruh Kejang saat Hamil Terhadap Kondisi Janin

Halodoc, Jakarta - Kejang saat hamil memang dapat menyebabkan kekhawatiran. Terutama perihal apakah hal itu dapat memengaruhi kondisi janin atau tidak. Kejang selama kehamilan juga dapat disebabkan oleh banyak faktor, salah satunya epilepsi. Meski pada kebanyakan kasus ibu hamil yang epilepsi bisa melahirkan bayi yang sehat, tetap ada beberapa komplikasi yang perlu diwaspadai. 

Beberapa komplikasi yang mungkin mengintai ketika ibu hamil mengalami kejang adalah:

  • Melambatnya denyut jantung janin.

  • Cedera janin, terpisahnya plasenta dari rahim secara prematur (abrupsio plasenta), atau keguguran akibat trauma yang dialami selama kejang.

  • Persalinan prematur.

Baca juga: Ibu Hamil Mengidap Epilepsi, Apa yang akan Terjadi?

Kendati demikian, setiap wanita bisa memiliki reaksi berbeda terhadap kehamilan. Pada kebanyakan ibu hamil yang memiliki riwayat epilepsi sebelumnya, kejang yang mereka umumnya tidak mengalami perubahan. Namun, pada beberapa ibu hamil, risiko kejang selama kehamilan bisa saja meningkat. Terutama pada ibu yang kurang tidur atau tidak menggunakan obat sesuai resep. 

Risiko yang Dimiliki Bayi Jika Ibu Kejang Saat Hamil

Bayi yang terlahir dari ibu yang memiliki riwayat epilepsi memiliki risiko lebih tinggi untuk mengalami kejang, sedangkan setiap obat yang digunakan ibu selama kehamilan dapat memengaruhi bayi. Tergantung pada jenis obat dan dosis yang digunakan, ada peningkatan risiko cacat lahir atau gangguan lain pada bayi, seperti:

  • Cacat saluran kencing.

  • Jantung kongenital.

  • Kelainan skeletal.

  • Kemampuan intelektual yang rendah.

  • Kemampuan kognitif yang buruk (berbicara dan memahami).

  • Masalah memori.

  • Gangguan spektrum autisme.

  • Tertundanya kemampuan berjalan dan berbicara.

Ibu Hamil Pengidap Epilepsi Harus Apa?

Sebenarnya, wanita pengidap epilepsi perlu berkonsultasi ke dokter sebelum merencanakan kehamilan, untuk mempertimbangkan pengobatan alternatif. Biasanya, lebih baik untuk membuat perubahan obat sebelum daripada selama kehamilan.

Baca juga: Perut Kram saat Hamil, Pertanda Apa?

Hubungi dokter spesialis dengan segera untuk mendiskusikan perawatan dengan obat. Jangan mengubah atau menghentikan pengobatan tanpa saran dokter spesialis, terutama selama kehamilan. Sebab, kejang parah selama kehamilan dapat menyebabkan kerusakan, cedera, atau bahkan kematian, bagi ibu maupun janin.

Minumlah obat anti-kejang sesuai resep. Jangan menyesuaikan dosis atau menghentikan obat sendiri. Ingatlah kejang yang tidak dikendalikan cenderung memberikan risiko yang lebih besar kepada bayi daripada obat apapun. Selain itu, disarankan bagi ibu hamil untuk meminum 5 miligram dosis asam folat setiap hari begitu mulai mencoba untuk hamil. Dokter akan perlu membuatkan resep karena tablet itu tidak tersedia tanpa resep.

Selain itu, ibu hamil juga perlu menerapkan gaya hidup sehat, seperti:

  • Memiliki pola makan sehat bergizi seimbang.

  • Mengonsumsi vitamin prenatal.

  • Tidur yang cukup.

  • Hindari merokok, minum alkohol dan mengonsumsi narkoba.

Baca juga: 6 Fakta tentang Epilepsi yang Belum Banyak Diketahui

Selama kehamilan, dokter biasanya akan merekomendasikan pemeriksaan USG untuk membantu mendeteksi masalah perkembangan pada janin. Ibu hamil juga mungkin membutuhkan tes darah tambahan untuk memeriksa kadar obat antiepilepsi dalam darah.

Itulah sedikit penjelasan tentang pengaruh kejang saat hamil terhadap kondisi janin. Jika kamu membutuhkan informasi lebih lanjut soal hal ini atau gangguan kesehatan lainnya, jangan ragu untuk mendiskusikannya dengan dokter pada aplikasi Halodoc, lewat fitur Talk to a Doctor, ya. Dapatkan juga kemudahan membeli obat menggunakan aplikasi Halodoc, kapan dan di mana saja, obatmu akan langsung diantar ke rumah dalam waktu satu jam. Yuk, download sekarang di Apps Store atau Google Play Store!