Penerapan Pola Hidup Sehat untuk Mencegah Delirium
Halodoc, Jakarta – Delirium adalah keadaan kebingungan yang datang sangat tiba-tiba dan berlangsung berjam-jam. Jika orang terdekatmu mengigau tiba-tiba, itu berarti ia tidak bisa berpikir jernih, tidak bisa memperhatikan, dan tidak benar-benar menyadari lingkungannya. Kadang-kadang orang akan menyebutnya hal-hal lain, seperti perubahan status mental.
Banyak hal yang dapat menyebabkan delirium, termasuk obat-obatan, infeksi, dan kurang tidur. Seringkali, kombinasi masalah menyebabkan delirium. Delirium dan demensia bisa ada pada saat yang sama, namun mereka tidak sama.
Demensia muncul secara bertahap dan merupakan kondisi permanen. Delirium dapat berkembang secara tiba-tiba dan biasanya hilang dalam beberapa hari hingga beberapa minggu jika diobati dengan benar. Penting untuk dicatat bahwa orang yang mengidap demensia berisiko lebih tinggi mengalami delirium.
Delirium dapat terjadi pada usia berapa pun tetapi lebih sering terjadi pada orang tua. Setidaknya 10 persen pasien lansia yang dirawat di rumah sakit mengalami delirium dan 15 hingga 50 persen lagi mengalami delirium pada suatu waktu selama rawat inap.
Baca juga: Inilah 4 Cara untuk Mencegah Delirium
Delirium juga umum terjadi setelah operasi dan di antara penghuni panti jompo dan pasien ICU. Ketika delirium terjadi pada orang yang lebih muda, biasanya karena penggunaan narkoba atau gangguan sistemik yang mengancam jiwa. Delirium kadang-kadang disebut keadaan kebingungan akut atau ensefalopati toksik atau metabolik.
Gejala Delirium
Kesulitan fokus, mempertahankan, atau mengalihkan perhatian adalah gejala dari delirium. Selain itu, beberapa gejala yang mengikuti lainnya lagi adalah tingkat kesadaran berfluktuasi di mana pasien disorientasi waktu dan kadang-kadang tempat atau orang. Mereka mungkin mengalami halusinasi, delusi, dan paranoia.
Kebingungan mengenai acara sehari-hari dan rutinitas sehari-hari adalah umum, seperti perubahan kepribadian dan pengaruh. Berpikir menjadi tidak teratur dan bicara sering tidak teratur, dengan bujukan, kecepatan, neologisme, kesalahan afasia, atau pola kacau.
Gejala delirium berfluktuasi selama beberapa menit hingga beberapa jam di mana mereka dapat berkurang di siang hari dan memburuk di malam hari. Gejala lain mungkin termasuk perilaku yang tidak pantas, rasa takut, dan paranoia.
Pasien mungkin menjadi mudah tersinggung, gelisah, hiperaktif, dan hiperalert, atau mereka menjadi diam, menarik diri, dan lesu. Orang yang sangat tua dengan delirium cenderung menjadi pendiam dan menarik diri merupakan perubahan yang mungkin keliru dengan depresi. Selain itu, biasanya juga pola tidur dan makan sangat terdistorsi. Karena banyaknya gangguan kognitif, wawasan menjadi buruk dan penilaian terganggu.
Baca juga: Kenali 3 Fakta Penting Mengenai Delirium
Penerapan pola hidup sehat sangat berpengaruh terhadap proses kesembuhan dari pengidap delirium. Berikut beberapa penerapannya:
-
Konsisten terhadap aturan yang sudah ditetapkan. Jam, kalender, dan beberapa item yang familiar dari rumah di kamar rumah sakit membantu orang melacak hari, waktu, dan tempat, seperti halnya diskusi jadwal hari dan permainan kata.
Hindari membiarkan lampu menyala sepanjang malam, namun berikan cukup cahaya, sehingga pasien dapat mengidentifikasi orang dan benda. Dan meminimalkan gangguan larut malam. Terlalu banyak pasien rumah sakit yang terbangun dari tidur nyenyak untuk meminum pil tidur mereka.
Baca juga: Inilah yang Terjadi pada Seseorang Saat Terkena Delirium
-
Meningkatkan mobilitas dengan menghindari penggunaan pengekangan dan kateter jika memungkinkan serta mendorong latihan lembut seperti berjalan. Ini juga membantu menghindari konstipasi
-
Memperbaiki kualitas tidur dengan menyediakan minuman hangat pada waktu tidur, musik santai, dan menggosok punggung. Ada baiknya meminimalisir penggunaan obat tidur
-
Meningkatkan gizi dengan memberikan bantuan makan secara teratur
-
Menghindari dehidrasi dengan mendorong cairan, setidaknya enam gelas air atau cairan tanpa pemanis per hari
-
Mengurangi gangguan sensorik
Pengidap harus memiliki kacamata dan alat bantu dengar. Tes penglihatan dan pendengaran saat di rumah sakit adalah tepat.
Beberapa obat, terutama obat penenang atau anti kolinergik harus diselidiki juga dan dikurangi sebanyak mungkin. Sementara banyak rumah sakit masih memberikan obat antipsikotik untuk menenangkan pasien yang mengigau adalah praktik yang berbahaya dan kontraproduktif yang harus dihentikan, paling tidak karena tingkat stroke yang tinggi dan bahkan kematian yang terkait dengan obat ini pada pasien usia lanjut.
Kalau ingin mengetahui lebih banyak mengenai pola hidup sehat untuk mencegah delirium, bisa tanyakan langsung ke Halodoc. Dokter-dokter yang ahli di bidangnya akan berusaha memberikan solusi terbaik untukmu. Caranya, cukup download aplikasi Halodoc lewat Google Play atau App Store. Melalui fitur Contact Doctor, kamu bisa memilih mengobrol lewat Video/Voice Call atau Chat.
Berlangganan Artikel Halodoc
Topik Terkini
Mulai Rp50 Ribu! Bisa Konsultasi dengan Ahli seputar Kesehatan