Penelitian Baru Sebut Terapi Plasma untuk Corona Tak Efektif

Ditinjau oleh  dr. Rizal Fadli   18 Mei 2021
Penelitian Baru Sebut Terapi Plasma untuk Corona Tak EfektifPenelitian Baru Sebut Terapi Plasma untuk Corona Tak Efektif

Halodoc, Jakarta - Selama masa pandemi COVID-19 ini, segala macam cara penanganan dicari tahu tingkat keefektivitasannya agar dapat menghentikan penyebaran dari virus ini. Salah satu metode yang terus dipelajari karena pernah dianggap mampu mengatasi dampak infeksi dari virus corona saat masuk ke dalam tubuh adalah terapi plasma.

Namun, penelitian terbaru mengatakan jika metode terapi plasma ini terbilang tidak efektif untuk mengobati COVID-19. Bagaimana hal tersebut dapat terjadi? Ketahui lebih lengkapnya di sini!

Terapi Plasma Terbukti Tidak Efektif Mengobati COVID-19

Pemerintah Amerika Serikat menghentikan uji coba penelitian pengambilan plasma dari orang yang berstatus sembuh dari COVID-19. Disebutkan jika donor produk darah dari seseorang yang telah pulih tidak dapat mencegah risiko yang dapat terjadi, terutama jika pengidapnya telah mendapatkan perawatan di ruang gawat darurat. 

Baca juga: Terapi Plasma Darah untuk Atasi Virus Corona

Terapi plasma dari orang yang sembuh telah digunakan secara luas untuk mengobati pengidap COVID-19, dengan asumsi jika sel-sel kekebalan dalam darah yang ditransfer tersebut dapat membantu untuk melawan virus. FDA mengesahkan penggunaan darurat dari metode ini, tetapi penelitian lebih lanjut terus dilakukan untuk memastikan tingkat efektivitasnya.

Uji coba yang dijalankan oleh National Institutes of Health ini dipastikan berhenti diteruskan karena beberapa penelitian yang menyebut jika tidak ada manfaat bagi pengidap COVID-19, yang dirawat dan telah keluar dari ruang gawat darurat.

Pada jurnal yang dirilis oleh Lancet, disebutkan jika seseorang yang telah dirawat di rumah sakit dengan gejala parah COVID-19, lalu diberikan terapi plasma tidak menunjukkan peningkatan dalam kelangsungan hidup atau hasil klinis yang lebih baik. Penelitian ini dilakukan pada 11.558 dari 16.287 yang memenuhi syarat terapi plasma. Dari dua kelompok, sebanyak 1.399 dari 5.795 orang dengan terapi plasma darah dan 1.408 dari 5.763 tanpa pengobatan tersebut disebutkan meninggal dalam 28 hari.

Dari kesimpulan yang ditarik pada penelitian tersebut, disebutkan jika tidak ada bukti apabila terapi plasma yang diberikan dapat memiliki manfaat lebih dari perawatan virus corona biasa. Lancet merekomendasikan untuk fokus pada terapi pengobatan, seperti terapi antibodi untuk generasi selanjutnya. 

Baca juga: 6 Jenis Terapi yang Bisa Dilakukan untuk Menangani Pengidap Multiple Myeloma

India Kemungkinan Juga Mencabut Pengobatan Terapi Plasma Darah untuk COVID-19

Sebelumnya, pengobatan terapi plasma darah digunakan secara luas di India. Dengan adanya laporan jika metode ini tidak efektif, donor plasma darah dari orang yang sembuh ini dapat dibatalkan dari protokol manajemen klinis karena tidak mampu mengurangi risiko terjadinya penyakit parah hingga kematian pada pengidap COVID-19. Dari pengamatan ahli ICMR, informasi dan bukti pada terapi plasma darah yang sembuh tidak membuat lebih baik.

Itulah pembahasan mengenai terapi plasma darah yang disebut-sebut pada beberapa penelitian tidak ampuh untuk mencegah dampak buruk pada pengidap COVID-19. Dengan informasi ini, diharapkan ada metode lain yang ditemukan dan dapat lebih ampuh dalam mengatasi kemungkinan dampak buruk yang mungkin terjadi.

Baca juga: Apa Fungsi Plasma Darah untuk Tubuh?

Jika masih memiliki pertanyaan tentang segala hal yang berhubungan dengan COVID-19, dokter dari Halodoc siap untuk menjawabnya. Cukup dengan download aplikasi Halodoc, segala kemudahan dalam interaksi dengan ahli medis bisa dilakukan di mana dan kapan saja. Maka dari itu, segera unduh aplikasinya sekarang juga!

Referensi:
Yahoo! News. Diakses pada 2021. Lancet Rules Out Plasma Therapy as Ineffective in Treatment of Hospitalised Covid-19 Cases.
News Medical Life Sciences. Diakses pada 2021. Convalescent plasma therapy ineffective in treating severe COVID-19, study finds.
USA Today. Diakses pada 2021. Widely used convalescent plasma treatment doesn't stop COVID-19 patients from getting sicker, study finds.