Pemeriksaan untuk Mendiagnosis Sindrom Kompartemen
Halodoc, Jakarta - Beberapa orang pasti pernah merasakan pembengkakan otot disertai dengan perasaan kesemutan pada bagian tersebut. Salah satu gangguan yang dapat menyebabkan hal tersebut adalah sindrom kompartemen. Gangguan ini dapat terjadi secara tiba-tiba setelah cedera.
Sindrom kompartemen yang terjadi harus segera mendapatkan pengobatan, karena jika dibiarkan dapat menyebabkan kerusakan jaringan yang parah. Maka dari itu, diagnosis awal sangat penting untuk dilakukan. Berikut beberapa pemeriksaan untuk mendiagnosis sindrom kompartemen!
Baca juga: Bagaimana Sindrom Kompartemen Bisa Terjadi?
Cara Diagnosis Sindrom Kompartemen
Sindrom kompartemen adalah gangguan yang terjadi ketika tekanan berlebih menumpuk di dalam ruang otot tertutup pada tubuh. Gangguan ini biasanya hasil dari perdarahan atau pembengkakan setelah seseorang mengalami cedera. Tekanan tersebut dapat menghambat aliran darah pada jaringan tersebut.
Hal tersebut terjadi karena setelah seseorang cedera, darah atau cairan dapat menumpuk di kompartemen. Dinding di sekitarnya menjadi tidak dapat mudah berkembang, sehingga tekanan meningkat dan mencegah aliran darah yang cukup untuk masuk. Kerusakan jaringan yang parah dapat membuat hilangnya fungsi tubuh hingga kematian.
Untuk menghindari komplikasi tersebut, maka sangat penting untuk melakukan diagnosis awal. Walau begitu, pemeriksaan fisik untuk sindrom kompartemen seringnya normal. Dokter juga lebih suka memeriksanya setelah kamu berolahraga hingga menimbulkan gejala. Setelah itu, dokter akan memeriksa apakah terjadi tonjolan otot, nyeri saat ditekan, atau ketegangan pada daerah yang terserang.
Jika kamu mempunyai pertanyaan terkait sindrom kompartemen, dokter dari Halodoc siap menjawabnya. Kamu hanya perlu download aplikasi Halodoc di smartphone yang kamu miliki! Selain itu, kamu juga dapat melakukan pemesanan online untuk pemeriksaan fisik di beberapa rumah sakit yang berafiliasi dengan Halodoc melalui aplikasi tersebut.
Baca juga: Sebelum Terjadi, Ketahui Mencegah Sindrom Kompartemen
Berikut adalah beberapa pemeriksaan untuk mendiagnosis sindrom kompartemen:
-
Pemeriksaan Pencitraan
Salah satu pemeriksaan yang dapat dilakukan untuk mendiagnosis sindrom kompartemen adalah proses pencitraan. Beberapa pemeriksaan tersebut adalah MRI atau near infrared spectroscopy (NIRS). Pemeriksaan MRI pada kaki dapat digunakan untuk melihat struktur otot di kompartemen dan mengeliminasi kemungkinan penyebab lainnya.
NIRS juga merupakan teknik baru yang dapat mengukur jumlah oksigen pada darah di jaringan tubuh yang terduga mengalami sindrom kompartemen. Hal ini dapat membantu untuk memastikan gangguan yang terjadi sehingga penurunan aliran darah dapat dicegah.
-
Pemeriksaan Tekanan Kompartemen
Pemeriksaan lainnya yang dapat memastikan terjadinya sindrom kompartemen adalah melakukan tekanan pada bagian yang terserang. Cara ini adalah hal yang paling tepat untuk mendiagnosis gangguan tersebut, terutama yang telah kronis.
Karena dapat menimbulkan rasa sakit, cara ini disarankan apabila memang benar-benar harus dilakukan. Pemeriksaan tekanan kompartemen dilakukan karena dengan cara pemeriksaan pencitraan tidak menunjukkan fraktur stres atau penyebab dari nyeri tersebut.
Baca juga: Ini Tipe Sindrom Kompartemen yang Perlu Diketahui
Pengobatan dari Sindrom Kompartemen
Seseorang yang mengidap gangguan ini dapat melakukan dua metode, yaitu metode non-operasi dan operasi. Namun, cara non-operasi umumnya dapat berhasil apabila pengidapnya benar-benar menghentikan atau benar-benar mengurangi aktivitas yang dapat menyebabkan kondisi tersebut.
-
Metode Non-Operasi
Dokter awalnya mungkin merekomendasikan obat penghilang rasa sakit, terapi fisik, dan pijat. Selain itu, mengubah cara kamu mendarat saat berlari juga dapat dilakukan. Walau begitu, cara ini umumnya tidak bertahan lama pada gangguan yang telah bersifat kronis.
-
Metode Operasi
Metode operasi atau fasciotomy adalah pengobatan yang paling efektif untuk mengatasi gangguan tersebut. Hal ini dilakukan dengan memotong jaringan yang tidak fleksibel pada kompartemen otot, sehingga dapat mengurangi tekanan. Cara ini juga dapat membuat kamu lebih cepat untuk pulih.