Pemeriksaan Diagnostik Penunjang yang Wajib Diketahui
“Pemeriksaan diagnostik bisa membantu dokter menentukan diagnosis penyakit, tingkat keparahan, serta penanganan dan keberhasilan pengobatannya. Ada banyak jenis pemeriksaan tersebut, mulai dari tes darah hingga endoskopi.”
Halodoc, Jakarta – Untuk mendiagnosis penyakit yang dialami oleh seorang pasien, dokter biasanya akan melakukan beberapa pemeriksaan. Setelah melakukan pemeriksaan fisik dan juga menelusuri keluhan dan riwayat penyakit pasien, dokter biasanya akan merekomendasikan pemeriksaan diagnostik untuk memastikan diagnosis.
Pemeriksaan diagnostik atau pemeriksaan penunjang adalah pemeriksaan yang digunakan oleh dokter untuk membantu menentukan diagnosis penyakit pada pasien dan juga tingkat keparahannya. Pemeriksaan ini biasanya dilakukan ketika pasien datang menemui dokter karena memiliki keluhan atau gejala tertentu atau saat menjalani pemeriksaan kesehatan rutin.
Tidak hanya untuk diagnosis, pemeriksaan diagnostik juga bisa digunakan untuk menentukan tindakan penanganan yang tepat dan memantau keberhasilan pengobatan pada pasien.
Berbagai Jenis Pemeriksaan Diagnostik
Berikut beberapa jenis pemeriksaan diagnostik yang umum dilakukan untuk mendiagnosis penyakit:
1. Tes darah
Ini adalah jenis pemeriksaan penunjang yang paling umum dilakukan. Melalui tes darah, ada banyak penyakit atau kondisi medis tertentu yang bisa diketahui. Mulai dari infeksi, anemia, hingga kanker. Pemeriksaan ini dilakukan dengan mengambil sampel darah pasien untuk dianalisis di laboratorium.
Dokter melakukan tes darah untuk memeriksa beberapa komponen darah dan fungsi organ yang meliputi:
- Sel darah, seperti sel darah merah, sel darah putih, dan trombosit.
- Plasma darah.
- Zat kimia dalam darah, seperti gula darah atau glukosa, kolesterol, zat besi, elektrolit dan asam urat.
- Fungsi organ tertentu, seperti ginjal, hati, pankreas, kelenjar tiroid, dan lain-lain.
Tanyakan pada dokter di Halodoc✔️ mengenai persiapan apa yang perlu dilakukan sebelum menjalani pemeriksaan darah. Misalnya, seperti berpuasa atau menghentikan penggunaan obat-obatan tertentu untuk sementara.
2. Cek urine
Selain tes darah, cek urine merupakan jenis pemeriksaan diagnostik yang juga umum dilakukan. Pemeriksaan ini berguna untuk mengetahui kondisi kesehatan, fungsi ginjal, serta mengetahui apakah seseorang mengonsumsi obat-obatan tertentu. Sedangkan pada ibu hamil, cek urine sering dilakukan untuk memastikan kehamilan atau untuk mendeteksi preeklamsia.
Pemeriksaan ini bisa dilakukan dalam medical check-up rutin atau ketika dokter mencurigai adanya penyakit tertentu, seperti penyakit ginjal, batu ginjal atau infeksi saluran kemih. Cek urine meliputi pemeriksaan penampilan, konsentrasi dan kandungan urine.
3. Foto rontgen
Foto rontgen adalah pemeriksaan dengan menggunakan radiasi sinar-X untuk menghasilkan gambar bagian dalam tubuh. Pemeriksaan ini biasanya digunakan untuk mendiagnosis penyakit dan cedera, termasuk:
- Kondisi tulang, seperti patah tulang, dislokasi, infeksi tulang atau radang sendi, dan juga osteoporosis dan kepadatan tulang.
- Kondisi paru-paru, seperti pneumonia, paru-paru kolaps, dan kanker paru-paru.
- Gagal jantung kongestif.
- Masalah pembuluh darah, seperti aneurisma aorta atau tonjolan di aorta
- Kanker, misalnya kanker paru-paru, kanker tulang, kanker payudara.
- Penyumbatan usus.
- Kerusakan gigi.
- Mendeteksi benda asing, seperti saat anak menelan barang secara tidak sengaja.
Pada kasus tertentu, dokter bisa memberikan zat kontras pada pasien melalui suntikan atau diminum agar hasil foto rontgen lebih jelas. Namun, pemberian zat tersebut bisa menimbulkan efek samping, seperti reaksi alergi, pusing, mual, lidah terasa pahit, dan gangguan ginjal.
4. Ultrasonografi (USG)
Pemindaian ultrasonografi bisa menghasilkan gambar bagian dalam tubuh secara real-time dengan menggunakan gelombang suara. Cara kerja USG berbeda dengan sinar-X, karena tidak menggunakan radiasi.
Pada pemeriksaan USG, gelombang suara berfrekuensi tinggi akan dikirimkan ke bagian tubuh yang diperiksa. Gelombang suara dipancarkan oleh transduser juga mendeteksi gema yang dipantulkan kembali. Gelombang suara yang dipantulkan (gema) membuat gambar yang dapat direkam pada monitor.
USG biasanya digunakan untuk memeriksa kandungan pada ibu hamil. Agar lebih memahaminya, Ibu Perlu Kenali Perbedaan USG 2D, 3D, 4D, dan Cek Biayanya.
Namun, tidak hanya itu saja, pemeriksaan diagnostik ini juga bisa digunakan untuk:
- Memeriksa organ, seperti kelenjar tiroid, payudara, prostat dan hati.
- Periksa otot, tendon, dan ligamen serta diagnosis keseleo, tegang, saraf yang terperangkap, dan otot robek.
- Memeriksa benjolan untuk mengetahui apakah perlu pemeriksaan lebih lanjut dengan membedakan antara kista berisi cairan dan benjolan padat.
- Memantau aliran darah, dan mengidentifikasi gumpalan darah, aneurisma (arteri menonjol), penyempitan arteri, dan penurunan aliran darah.
- Membantu memandu perawatan, misalnya dengan menunjukkan tempat yang tepat untuk injeksi atau memandu jarum biopsi ke tempat yang benar
5. Computed tomography scan (CT Scan)
Ini adalah pemeriksaan yang menggunakan sinar-X dengan mesin khusus untuk menghasilkan gambar 3 dimensi dari bagian dalam tubuh kamu, termasuk tulang, organ, jaringan dan tumor. Kelebihan CT scan adalah bisa menghasilkan gambar yang lebih jelas dibandingkan foto rontgen biasa.
Pemeriksaan diagnostik ini bisa kamu gunakan untuk mendiagnosis berbagai kondisi, seperti tumor atau infeksi, memeriksa adanya cedera setelah kecelakaan serius, dan mendiagnosis anatomi tubuh yang tidak normal. Dalam prosedurnya, dokter bisa menggunakan zat kontras untuk menghasilkan kualitas gambar yang lebih jelas dan akurat untuk mendeteksi kelainan. CT scan biasanya berlangsung sekitar 20-60 menit.
6. Magnetic resonance imaging (MRI)
Hampir mirip dengan CT scan, MRI scan juga bisa mengambil gambar bagian dalam tubuh. Hanya saja pemeriksaan ini tidak menggunakan sinar-X atau rontgen, melainkan gelombang magnet dan gelombang radio berkekuatan tinggi untuk menghasilkan gambar kondisi organ dan jaringan dalam tubuh. Untuk mengetahui prosedurnya lebih jelas, coba baca Beginilah Tahapan Proses Pemeriksaan dengan MRI.
Pemeriksaan MRI bisa dilakukan untuk memeriksa hampir seluruh bagian tubuh, mulai dari otak dan sistem saraf, payudara, jantung dan pembuluh darah, hingga tulang dan sendi. Kelebihan pemeriksaan ini adalah bisa menghasilkan gambar yang sangat detail dan tidak menimbulkan rasa sakit. Prosedur MRI biasanya berlangsung selama 15-90 menit.
7. Elektrokardiogram (EKG)
Pemeriksaan diagnostik ini biasanya direkomendasikan oleh dokter bila kamu mengalami nyeri dada, jantung berdebar kencang atau masalah jantung lainnya. EKG juga bisa membantu mendiagnosis serangan jantung, irama jantung tidak teratur, otot jantung stres karena penyempitan di arteri jantung, perikarditis, dan jalur listrik jantung abnormal.
EKG adalah pemeriksaan yang menghasilkan grafik aktivitas listrik jantung kamu. Saat menjalani pemeriksaan ini, kamu akan diminta untuk berbaring dan melepaskan baju serta perhiasan yang dikenakan. Kemudian dokter akan memasang elektroda di bagian dada, lengan, dan tungkai pasien. Pemeriksaan ini aman, tidak menyakitkan dan tidak ada risiko tersengat listrik.
8. Fluoroskopi
Pemeriksaan diagnostik ini bisa digunakan untuk mendeteksi kelainan tertentu di dalam tubuh, seperti kerusakan atau gangguan pada tulang, jantung, pembuluh darah dan sistem pencernaan. Fluoroskopi menggunakan sinar rontgen untuk menghasilkan serangkaian gambar yang menyerupai video. Pada pemeriksaan ini, zat kontras biasanya juga akan diberikan untuk menghasilkan gambar yang lebih jelas.
9. Endoskopi
Endoskopi dilakukan dengan memasukkan alat berbentuk selang kecil yang elastis yang dilengkapi dengan kamera di ujungnya. Alat ini terhubung dengan monitor, sehingga dokter bisa melihat kondisi organ dalam tubuh.
Pemeriksaan ini biasanya dilakukan untuk mengevaluasi kondisi saluran cerna dan mendiagnosis penyakit tertentu, seperti tukak lambung, GERD, perdarahan pada saluran cerna, serta kanker lambung.