OCD pada Anak, Kapan Mulai Ajak ke Psikolog?

Ditinjau oleh  dr. Verury Verona Handayani   30 Juli 2020
OCD pada Anak, Kapan Mulai Ajak ke Psikolog?OCD pada Anak, Kapan Mulai Ajak ke Psikolog?

Halodoc, Jakarta - Gangguan mental itu nyata, dan bisa terjadi pada siapa saja, baik orang dewasa maupun anak-anak. Salah satu jenis yang cukup umum terjadi adalah obsessive compulsive disorder atau OCD. Gangguan ini ditandai dengan melakukan sesuatu berulang-ulang, karena rasa cemas dan obsesi yang tidak bisa dikontrol.

Sama seperti orang dewasa, OCD pada anak juga dapat membuatnya secara kompulsif melakukan suatu hal berulang-ulang untuk menghilangkan kecemasannya. Misalnya, bolak-balik cuci tangan karena cemas dan sangat terobsesi pada kebersihan, tanpa bisa dikendalikan. Lalu, kapan harus ajak anak ke psikolog?

Baca juga: Benarkah Trauma pada Masa Lalu Dapat Sebabkan OCD?

Cara Menghadapi OCD pada Anak

Orangtua perlu segera ajak anak ke psikolog, jika anak menunjukkan perilaku berulang yang menyita banyak waktunya, membuatnya terlihat gelisah dan stres, hingga mengganggu aktivitas sehari-harinya yang lain. Sebagai langkah awal, kamu bisa download aplikasi Halodoc untuk bertanya pada psikolog anak lewat chat, kapan dan di mana saja. 

Anak yang mengidap OCD biasanya butuh perlakuan khusus. Berikut beberapa hal yang bisa dilakukan orangtua untuk menghadapi OCD pada anak:

1.Jelaskan tentang Kondisinya

Jadilah terbuka dan jelaskan pada anak tentang kondisi yang dialaminya. Ajak ia menganggap bahwa kondisinya saat ini sama seperti penyakit pada umumnya, yang bisa disembuhkan jika mau berusaha. Lakukanlah riset sebanyak-banyaknya tentang gangguan ini dan jelaskan pada anak dengan bahasa yang mudah dimengerti. 

2.Tenangkan Anak dengan Bahasa Positif

Ketika anak terus melakukan sesuatu berulang kali, misalnya bolak-balik cuci tangan, jangan serta merta menyuruhnya berhenti. Hal itu hanya akan membuat anak merasa terintimidasi karena orangtuanya menyuruhnya berhenti melakukan sesuatu yang justru membuatnya merasa tenang. 

Baca juga: 3 Ciri Obsessive Compulsive Disorder, Jadi Salah Satunya?

Gunakanlah bahasa yang positif dan namai dorongan dalam diri anak untuk melakukan sesuatu dengan sebutan “Si Jahat”. Katakan padanya, “Si Jahat menyuruh kamu untuk mencuci tangan berkali-kali, ya? Tanganmu sudah sangat bersih dan cantik, lho. Ayo, lawan Si Jahat itu!”

Jika anak terlihat cemas ketika tidak melakukan sesuatu berulang-ulang, yakinkan ia dengan sabar. “Ibu lihat tangan kamu sudah bersih dan bebas dari kuman, kok. Coba katakan pada Si Jahat kalau tanganmu sudah bersih”. Hindari kalimat negatif, menakut-nakuti, atau mengancam ketika meminta anak menghentikan apa yang dilakukannya.

3.Selalu Dampingi Anak saat Terapi

Anak-anak mungkin takut jika diajak pergi ke dokter atau psikolog. Namun, orangtua harus bisa memberi pengertian pada anak bahwa ini adalah untuk kebaikannya. Bujuk dan temani anak dengan sabar ketika melakukan sesi terapi dengan psikolog.

Baca juga: Kenali 4 Gejala yang Dialami Pengidap OCD

Biasanya, jenis terapi yang dilakukan untuk mengatasi OCD pada anak adalah terapi perilaku kognitif atau cognitive behavioural therapy. Terapi ini bertujuan untuk mengajak anak membiasakan diri dan memahami apa yang harus dilakukan ketika merasa cemas dan ada dorongan untuk melakukan sesuatu berulang-ulang. 

Misalnya, jika kecemasan anak ada pada kebersihan, anak akan diminta untuk memegang sesuatu yang kotor dan membiarkan dirinya untuk tidak cuci tangan selama beberapa waktu. Hal ini bertujuan untuk membuat anak paham dan yakin bahwa tidak ada hal buruk apapun yang terjadi meski ia tidak mencuci tangannya selama beberapa waktu.

Referensi:
Anxiety and Depression Association of America. Diakses pada 2020. How to Help Your Child: A Parent’s Guide to OCD.
Anxious Toddlers. Diakses pada 2020. 5 Tips on How to Parent a Child with OCD.