Obat-Obatan Ini Tingkatkan Risiko Lupus

Ditinjau oleh  Redaksi Halodoc   15 Januari 2019
Obat-Obatan Ini Tingkatkan Risiko LupusObat-Obatan Ini Tingkatkan Risiko Lupus

Halodoc, Jakarta – Lupus adalah suatu kondisi yang dapat terjadi ketika sistem kekebalan tubuh menyerang jaringan dan organ sehat yang lain. Lupus yang disebabkan oleh induksi obat terjadi ketika mengonsumsi obat-obatan tertentu selama berbulan-bulan atau bertahun-tahun pada suatu waktu.

Sementara lupus dapat merusak ginjal atau paru-paru, sedangkan lupus yang diinduksi obat jarang mempengaruhi organ utama tubuh. Itu juga sementara. Setelah kamu menghentikan obat yang menyebabkannya, gejala biasanya hilang dalam beberapa minggu atau bulan.

Baca juga: Cari Tahu Tentang Penyakit Lupus

Kamu lebih mungkin mengalami peningkatan risiko lupus karena induksi obat-obatan jika berusia 50 tahun atau lebih. Berikut adalah beberapa jenis obat-obatan tertentu tersebut:

  1. Hydralazine, yang mengobati tekanan darah tinggi

  2. Isoniazid, digunakan untuk mengobati TBC

  3. Minocycline, efektif untuk infeksi dan jerawat

  4. Procainamide, untuk masalah irama jantung

  5. Quinidine, mengobati masalah irama jantung

Banyak kelompok atau golongan obat terkait dengan penyakit ini termasuk:

  1. Antibiotik

  2. Obat-obatan untuk mengobati infeksi jamur

  3. Obat tekanan darah tinggi

  4. Obat-obatan untuk mengobati peradangan

  5. Obat radang sendi

  6. Obat-obatan untuk mengobati kejang

Memang, tidak semua orang yang menggunakan obat ini akan mengembangkan lupus yang diinduksi oleh obat. Namun, beberapa gejala yang biasa dialami, seperti:

  1. Nyeri otot

  2. Nyeri sendi, kadang dengan pembengkakan

  3. Demam

  4. Perasaan lelah

  5. Penurunan berat badan

  6. Peradangan di sekitar paru-paru atau jantung yang menyebabkan rasa sakit atau tidak nyaman

Baca juga: Sering Telat Dideteksi, Kenali Lupus Sejak Dini

Kamu sangat mungkin merasakannya segera setelah tiga minggu mulai minum obat. Tapi biasanya, dibutuhkan beberapa bulan hingga dua tahun penggunaan rutin sebelum akhirnya memiliki gejala tersebut.

Sulit bagi dokter untuk mendiagnosis lupus yang diinduksi obat, karena gejalanya biasanya dimulai lama setelah seseorang memulai pengobatan. Dan tidak ada tes juga untuk membuktikannya.

Biasanya, dokter mungkin bertanya tentang riwayat medis dan melakukan pemeriksaan fisik. Kamu juga harus memberikan sampel darah dan urine, sehingga dokter dapat memastikan bahwa itu bukan kondisi sistem kekebalan lain yang menyebabkan gejala tersebut. Jika kamu mulai merasa lebih baik beberapa minggu setelah berhenti minum obat-obatan tertentu,  maka besar kemungkinan kamu mengidap lupus yang diinduksi oleh obat.

Baca juga: Kenali Fakta Mengenai Penyakit Lupus

Faktor Risiko Lupus yang Lain

Faktor-faktor yang dapat berkontribusi pada pengembangan lupus termasuk virus, bahan kimia, lingkungan, dan susunan genetik seseorang. Hormon pada perempuan diyakini berperan dalam perkembangan lupus, karenanya perempuan lebih sering terkena lupus daripada pria. Ini terutama terjadi pada wanita selama masa reproduksinya, masa ketika kadar hormon tertinggi.

Pengamatan bahwa lupus dapat mempengaruhi lebih dari satu anggota keluarga yang sama telah meningkatkan kemungkinan bahwa kecenderungan mengembangkan lupus mungkin diwariskan secara genetik. Namun, memiliki kecenderungan seperti itu, tidak memprediksi bahwa seorang kerabat akan mengembangkan lupus. Hanya sekitar 10 persen pengidap lupus memiliki kerabat dekat dengan penyakit ini.

Tidak ada obat untuk lupus, tetapi ada beberapa langkah yang dapat kamu lakukan untuk meningkatkan kualitas hidup termasuk olahraga untuk kesehatan fisik dan memberikan mood positif. Istirahat yang cukup,  mengonsumsi makanan dengan gizi seimbang, hindari alkohol, dan jangan merokok.

Kalau ingin mengetahui lebih banyak mengenai hubungan konsumsi obat-obatan tertentu dengan risiko mengidap lupus, bisa tanyakan langsung ke Halodoc. Dokter-dokter yang ahli di bidangnya akan berusaha memberikan solusi terbaik untukmu. Caranya, cukup download aplikasi Halodoc lewat Google Play atau App Store. Melalui fitur Contact Doctor, kamu bisa memilih mengobrol lewat Video/Voice Call atau Chat.