Night Terror pada Balita, Bagaimana Melaluinya?

Ditinjau oleh  dr. Verury Verona Handayani   28 September 2020
Night Terror pada Balita, Bagaimana Melaluinya?Night Terror pada Balita, Bagaimana Melaluinya?

Halodoc, Jakarta – Night terror atau teror dalam tidur bisa terjadi pada siapa saja, tapi kondisi ini disebut lebih umum menyerang anak-anak. Gangguan tidur ini biasanya ditemukan pada anak berusia 4-12 tahun. Night terror biasanya muncul pada beberapa jam pertama anak mulai tidur. Lantas, bagaimana cara mengatasi night terror pada balita?

Kondisi ini muncul saat tidur dan ditandai dengan menjerit, panik, serta berkeringat saat tidur. Hal tersebut kemudian menyebabkan pengidapnya terbangun dan kesulitan untuk kembali melanjutkan tidur. Namun, saat bangun tidur, orang yang mengalami night terror biasanya hanya bisa mengingat gambaran kecil dari apa yang dialami. Terkadang, anak-anak yang mengalami gangguan ini bahkan sama sekali tidak bisa mengingatnya. 

Baca juga: Anak Alami Night Terror, Orangtua Harus Apa?

Mengatasi Night Terror pada Anak

Night terror berbeda dengan mimpi buruk. Secara umum, mimpi buruk terjadi pada dini hari dan saat anak sudah pulas tertidur. Mimpi buruk ditandai dengan pergerakan mata yang menjadi cepat serta melibatkan mimpi yang tidak mengenakkan atau menyeramkan. Sementara night terror menyebabkan seseorang menjerit, berkeringat, kebingungan, linglung serta berdebar-debar saat terbangun. 

Kondisi ini juga bisa menyebabkan pengidapnya melihat hal-hal yang menakutkan. Pada beberapa kasus, night terror menyebabkan seseorang tanpa sadar menggerakkan tangan dan kaki serta kadang-kadang berjalan saat tidur. Balita biasanya mengalami gangguan ini dalam masa pertumbuhan. Namun, ada beberapa hal yang bisa dilakukan untuk mengatasi kondisi ini, salah satunya dengan mengurangi faktor risikonya.

Sayangnya, hingga kini masih belum diketahui secara pasti apa yang menjadi penyebab night terror bisa terjadi. Namun, gangguan ini sering dikaitkan dengan kondisi emosional seperti stres, kelelahan, atau sedang sakit. Night terror juga bisa muncul sebagai efek samping obat yang baru dikonsumsi, kecanduan alkohol, hingga faktor genetik. 

Baca juga: Ketahui Perbedaan Night Terror dan Mimpi Buruk

Selain itu, ada beberapa faktor yang bisa meningkatkan risiko gangguan tidur ini terjadi, mulai dari depresi, sedang cemas, tertekan dan stres, serta memiliki anggota keluarga yang juga mengalami sindrom night terror. Kondisi ini bisa dikenali dengan mengamati gejala yang muncul. Night terror yang terjadi terus-menerus dalam jangka waktu panjang sebaiknya segera bawa anak ke dokter. 

Untuk membantu anak melewati night terror, ada beberapa tips yang bisa ayah dan ibu lakukan. Cobalah untuk membantu pengidap teror dalam tidur dengan cara-cara berikut ini!

  • Terapkan gaya hidup sehat, hal ini bisa membantu mengurangi gejala-gejala night terror
  • Jaga ruangan tempat tidur tetap nyaman dan aman. Pastikan tidak menyimpan benda tajam atau benda berbahaya di sekitar tempat tidur. 
  • Tidur yang cukup dalam satu hari, dengan begitu tubuh bisa cukup beristirahat dan risiko terjadinya night terror bisa dikurangi. 

Ibu dan ayah sebaiknya tidak menyepelekan gejala night terror yang dialami anak. Sebaiknya, segera bawa Si Kecil ke rumah sakit jika mengalami night terror selama sebulan atau lebih secara berturut-turut. Bisa jadi, gejala teror saat tidur yang dialami merupakan gejala dari penyakit tertentu, sehingga penanganan medis perlu segera diberikan. 

Baca juga: Night Terror Sering Disertai dengan Sleepwalking, Mengapa?

Jika ragu, ibu dan ayah bisa coba membicarakan seputar night terror pada balita dengan dokter melalui aplikasi Halodoc. Dokter bisa dengan mudah dihubungi melalui Video/Voice Call atau Chat. Sampaikan keluhan yang dialami anak dan dapatkan rekomendasi terbaik dari ahlinya. Yuk, download aplikasi Halodoc sekarang di App Store dan Google Play!

Referensi:
Mayo Clinic. Diakses pada 2020. Sleep terrors (night terrors).
Baby Center. Diakses pada 2020. Night terrors: Why they happen and what to do about them.