Muncul Lepuhan di Kulit, Waspada Penyakit Pemfigus
Halodoc, Jakarta – Pemfigus, disebut juga pemfigus vulgaris, adalah gangguan kulit serius yang ditandai dengan lepuhan di kulit. Biasanya lepuhan muncul di bagian dalam mulut, hidung, tenggorokan, dan area kelamin. Lepuhan cenderung mudah pecah dan meninggalkan bekas luka yang rentan terinfeksi.
Meski jarang terjadi, pemfigus bisa menyebabkan kematian bila tidak ditangani. Kebanyakan kasus pemfigus terjadi pada orang berusia 50-60 tahun. Hal yang perlu diketahui adalah, pemfigus tidak bersifat menular. Lantas, mengapa pemfigus bisa terjadi? Ketahui penyebab pemfigus di sini.
Baca Juga: Inilah 5 Penyakit yang Mudah Menyerang Kulit
Penyebab dan Gejala Pemfigus
Pada pengidap pemfigus, sistem kekebalan tubuh menghasilkan antibodi yang berbalik menyerang sel sehat di kulit dan lapisan tubuh lain, disebut autoimun. Penyebabnya belum diketahui secara pasti, tapi penggunaan obat-obatan tertentu bisa memicu pemfigus
Antara lain obat rifampicin, antibiotik, obat antiinflamasi nonsteroid (NSAID), dan obat darah tinggi golongan inhibitor. Faktor risiko lainnya adalah usia, stres, paparan sinar UV matahari, luka bakar, infeksi, dan mengidap penyakit autoimun lain.
Gejala pemfigus berupa lepuhan kulit yang rentan pecah, sehingga meninggalkan luka berkerak. Lepuhan bisa menimbulkan nyeri yang terasa gatal ataupun tidak. Ukuran lepuhan kecil saat pertama kali muncul, kemudian membesar secara bertahap.
Seiring waktu, lepuhan bertambah banyak hingga menyelimuti wajah, kulit kepala, dan seluruh tubuh. Lepuhan terasa perih jika muncul di dalam mulut, terutama saat makan, minum, dan menggosok gigi.
Baca Juga: Mitos atau Fakta, Pemfigus Bisa Sebabkan Kematian
Diagnosis dan Pengobatan Pemfigus
Diagnosis pemfigus dilakukan dengan tes darah, biopsi, dan endoskopi. Setelah diagnosis ditetapkan, pemfigus bisa diatasi dengan mengonsumsi obat-obatan berikut:
-
Kortikosteroid. Krim kortikosteroid berbentuk krim diberikan untuk mengatasi pemfigus ringan, sementara pemfigus parah diatasi dengan tablet kortikosteroid. Awalnya obat ini diberikan dalam dosis tinggi untuk mencegah terbentuknya lepuhan baru. Setelah lepuhan tidak terbentuk lagi, dosis diturunkan secara bertahap untuk mengurangi risiko efek samping.
-
Obat penekan sistem kekebalan tubuh (imunosupresif), untuk mencegah sistem imun menyerang sel-sel tubuh yang sehat.
-
Rituximab, diberikan melalui suntikan jika obat lain tidak efektif atau menyebabkan efek samping serius.
-
Suntikan immunoglobulin, bertujuan untuk mengurangi atau mencegah keparahan infeksi. Tindakan ini bisa menetralkan antibodi yang berbalik menyerang sel sehat.
-
Obat antivirus, antibiotik, dan antijamur. Diberikan untuk mencegah dan mengatasi infeksi akibat lepuhan.
Pada kasus yang parah, pemfigus diobati dengan plasmaferesis, proses pembuangan cairan dalam darah (plasma darah) untuk menggantinya dengan plasma darah sehat dari pendonor. Tindakan ini bertujuan untuk menghilangkan antibodi penyebab pemfigus dari dalam darah pengidap. Jika lepuhan sudah menyebar, pengidap harus dirawat di rumah sakit.
Baca Juga: Ini Prosedur Pengobatan Pemfigus yang Harus Diketahui
Itulah penyebab pemfigus yang perlu diketahui. Kalau kamu punya pertanyaan lain seputar pemfigus, jangan ragu bertanya pada dokter Halodoc. Kamu hanya perlu membuka aplikasi Halodoc dan masuk ke fitur Talk to A Doctor untuk menghubungi dokter kapan saja dan di mana saja via Chat, dan Voice/Video Call. Yuk, segera download aplikasi Halodoc di App Store atau Google Play!
Berlangganan Artikel Halodoc
Topik Terkini
Mulai Rp25 Ribu! Bisa Konsultasi dengan Dokter seputar Kesehatan