Mitos Seputar Hubungan Intim yang Perlu Remaja Ketahui
Halodoc, Jakarta - Masa remaja adalah momen ketika seseorang ingin mempelajari tentang semua hal. Selain pengetahuan umum, tidak sedikit remaja yang penasaran dengan hal yang berbau seks. Namun, masalah yang timbul terkait pengetahuan seks pada remaja adalah banyaknya mitos yang dipercaya, sehingga terbawa sampai ia dewasa.
Mitos-mitos yang diterima oleh para remaja tersebut pada umumnya akan langsung diserap tanpa memastikannya lagi kepada orang yang lebih tahu. Dalam hal ini, peran orangtua sangat penting, tetapi anak kemungkinan besar akan merasa malu untuk menanyakannya. Maka dari itu, ibu harus mengetahui beberapa mitos seks yang sering dianggap fakta oleh remaja.
Baca juga: Pentingnya Pengetahuan Kesehatan Reproduksi bagi Remaja
Mitos Seks yang Dipercaya Remaja
Informasi yang mudah menyebar karena kecanggihan teknologi ini membuat banyak orang yang kesulitan untuk menyaring berita yang masuk, terlebih lagi oleh remaja. Banyak informasi yang salah terkait seks, kesehatan seksual, hingga infeksi menular seksual. Maka dari itu, pendidikan seks sejak dini harus dilakukan sebagai bekal anak.
Diharapkan dengan mengetahui beberapa mitos yang kerap dianggap fakta oleh remaja, ibu dapat menjelaskan lebih bijak tentang pengetahuan seksual. Berikut adalah beberapa mitos tentang seks yang kerap dipercaya oleh remaja:
Berhubungan Intim Satu Kali Tidak Menyebabkan Kehamilan
Faktanya: Walaupun seorang wanita baru pertama kali dalam melakukan hubungan seksual, tetap saja risiko untuk mengalami kehamilan itu ada dan nyata. Kehamilan tidaklah berkaitan dengan seberapa sering seseorang berhubungan intim, tetapi tentang pertemuan sel sperma dengan sel telur yang menghasilkan pembuahan.
Melompat setelah Hubungan Intim Mencegah Kehamilan
Faktanya: Saat sperma telah masuk melalui Miss V, cairan laki-laki tersebut akan mencari sel telur yang matang dan siap dibuahi. Sperma yang telah masuk ke dalam akan sulit dikeluarkan, maka potensi kehamilan tetap ada. Sperma dapat bertahan hidup di dalam organ reproduksi wanita selama 5 hari, sehingga sebelum terjadinya masa subur pun tetap dapat menyebabkan kehamilan.
Makan Nanas Merupakan Cara Aborsi yang Aman
Faktanya: Nanas terbilang aman dikonsumsi selama tidak dikonsumsi berlebihan, karena dapat menimbulkan masalah pencernaan dan timbulnya perasaan mual. Jika seseorang ingin membuat "gangguan" pada kandungan, paling tidak membutuhkan 10 nanas utuh dalam satu kali makan.
Baca juga: Jangan Disembunyikan, Anak-Anak Perlu Tahu tentang Seks
Perawan Dinilai dari Keluar Tidaknya Darah saat Berhubungan Intim Pertama Kali
Faktanya: Selaput dara adalah bagian kulit yang tipis pada vagina dan dapat meregang serta robek karena banyak hal, bukan hanya karena hubungan intim. Maka dari itu, tidak keluarnya darah saat melakukan hubungan intim pertama kali belum tentu orang tersebut pernah melakukannya sebelumnya. Wanita yang memiliki selaput dara cukup elastis juga tidak mengeluarkan darah saat hubungan badan padahal dirinya masih perawan.
Cegah IMS dengan Mengoleskan Odol dan Mencuci Alat Kelamin
Faktanya: Odol tidak mampu membunuh kuman yang menyebabkan infeksi menular seksual. Dengan mencuci alat kelamin menggunakan sabun, buang air kecil setelah berhubungan, dan menyemprotkan cairan khusus ke dalam vagina (douching) juga tidak dapat membuat seseorang terhindar dari IMS. Bahkan, douching mampu meningkatkan risiko tertular penyakit kelamin tersebut.
Mencabut Mr P sebelum Ejakulasi Tidak Sebabkan Kehamilan
Faktanya: Seseorang yang melakukan teknik senggama terputus atau menarik keluar Mr P sebelum terjadinya ejakulasi, ternyata tetap dapat menyebabkan kehamilan. Memang kemungkinannya kecil untuk sperma keluar dari Mr P sebelum terjadinya ejakulasi. Namun, bukan tidak mungkin beberapa cairan yang mengandung sperma dapat keluar tanpa disadari. Sehingga, hal tersebut dapat menimbulkan kehamilan pada wanita.
Baca juga: 5 Cara Mendidik Remaja Menyikapi Hasrat Seksualnya
Dengan mengetahui beberapa mitos seks yang banyak dipercaya remaja tersebut, ibu dapat menjelaskan apabila beberapa hal tersebut tidak benar adanya. Selain itu, cobalah untuk tidak menghindari jika anak mulai membahas tentang hal-hal yang berbau seks. Dengan menjawab pertanyaannya, anak akan lebih nyaman dan terbuka terhadap semua hal.
Jika ibu masih bingung bagaimana cara mendiskusikan hal ini dengan anak, ibu bisa menanyakannya pada psikolog di Halodoc. Tanpa perlu repot, komunikasi dapat dilakukan kapan dan di mana saja. Mudah kan? Ayo, download aplikasinya sekarang juga!
*artikel ini pernah tayang di SKATA
Berlangganan Artikel Halodoc
Topik Terkini
Mulai Rp50 Ribu! Bisa Konsultasi dengan Ahli seputar Kesehatan