Mitos dan Fakta Terkait Leukopenia yang Jarang Diketahui
“Ada beberapa mitos tentang leukopenia yang beredar dan menyebabkan kesalahpahaman. Karena itu, penting untuk mengetahui fakta di balik mitos-mitos tersebut agar bisa memahami dan mewaspadai penyakit ini dengan baik.”
Halodoc, Jakarta – Leukopenia adalah kondisi ketika seseorang memiliki jumlah sel darah putih atau leukosit yang rendah dalam darahnya. Sel darah putih adalah bagian penting dari sistem kekebalan tubuh yang membantu melawan penyakit dan infeksi.
Kekurangan sel darah tersebut bisa membuat seseorang lebih rentan tertular infeksi. Namun, sayangnya masih banyak orang yang belum menyadari bahayanya kondisi ini. Malahan ada beberapa mitos yang beredar terkait leukopenia yang semakin membuat orang-orang salah paham mengenai penyakit tersebut. Karena itu, yuk ketahui fakta di balik mitos-mitos leukopenia berikut ini.
Mitos dan Fakta Tentang Leukopenia
Agar tidak salah mengerti dan juga bisa mewaspadai penyakit ini dengan lebih baik, berikut beberapa mitos dan fakta tentang leukopenia yang perlu kamu ketahui:
1. Mitos: Leukopenia sama dengan leukemia
Fakta: Walaupun sama-sama memengaruhi sel darah putih dalam tubuh, leukopenia berbeda dengan leukemia. Leukemia adalah kanker yang ditandai dengan pertumbuhan sel darah putih yang tidak normal secara tidak terkendali dalam tubuh. Sedangkan leukopenia justru merupakan kondisi di mana jumlah sel darah putih dalam tubuh rendah.
Meski berbeda, tapi leukemia bisa menyebabkan leukopenia. Pada leukemia, tubuh membuat sel darah abnormal yang berkembang biak dan membelah. Sel abnormal akhirnya melebihi jumlah sel sehat, termasuk sel darah putih yang sehat. Itu membuat tubuh kamu memiliki tingkat sel darah putih yang lebih rendah dari normal atau leukopenia.
2. Mitos: Bisa diatasi dengan donor sel darah putih
Fakta: Ada juga pemikiran awam bahwa kekurangan sel darah putih pada leukopenia bisa diatasi dengan menerima donor sel darah tersebut. Namun, transfusi sel darah putih bukan untuk mengatasi leukopenia. Melainkan untuk diberikan pada pasien yang mengidap infeksi yang mengancam jiwa, yang mekanisme pertahanan normalnya tampaknya tidak merespons antibiotik.
Sedangkan leukopenia diatasi dengan mengobati kondisi yang menjadi penyebabnya, menghentikan pengobatan yang menyebabkannya, dan pemberian obat antibiotik atau antijamur untuk mengatasi infeksi.
3. Mitos: Leukopenia merupakan penyakit turunan
Fakta: Leukopenia bukan disebabkan oleh faktor genetik, melainkan kondisi medis dan beberapa pengobatan.
Kondisi medis yang bisa menyebabkan seseorang mengalami leukopenia, antara lain:
- Kondisi autoimun, seperti rheumatoid arthritis, lupus, dan penyakit Sjögren.
- Kanker, seperti limfoma Hodgkin, leukemia, dan myelofibrosis.
- Infeksi, seperti influenza, HIV, dan hepatitis.
- Penyakit radang usus.
- Granulomatosis dengan polyangiitis, yaitu suatu kondisi yang menyebabkan peradangan pada pembuluh darah.
- Kekurangan folat, tembaga, atau vitamin B12.
- kelainan bawaan, seperti sindrom Chediak-Higashi atau sindrom Kostmann.
- COVID-19 juga dapat menyebabkan kekurangan sel darah putih.
Sedangkan pengobatan yang bisa menyebabkan leukopenia, antara lain:
- Kemoterapi.
- Terapi radiasi.
- Transplantasi sumsum tulang.
Beberapa obat juga bisa memengaruhi jumlah sel darah putih seseorang dan menyebabkan leukopenia, antara lain:
- Quinidin, obat untuk mengatasi aritmia.
- Penisilin, kelompok antibiotik yang mengatasi berbagai infeksi.
- Interferon, yang mengobati multiple sclerosis.
- Bupropion, obat antidepresan dan membantu berhenti merokok.
- Imunosupresan, seperti sirolimus, mikofenolat mofetil, tacrolimus, dan siklosporin
- Steroid.
- Obat antipsikotik, seperti clozapine.
4. Mitos: leukopenia menimbulkan gejala kelemahan seperti anemia
Fakta: Berbeda dari kekurangan sel darah merah atau anemia yang bisa menyebabkan gejala berupa kelemahan, gejala leukopenia muncul akibat infeksi yang terjadi. Berikut gejala leukopenia:
- Demam dan menggigil.
- Area tubuh tertentu bengkak dan kemerahan.
- Luka mulut.
- Bercak merah atau putih di mulut.
- Sakit tenggorokan.
- Batuk parah atau sesak napas.
- Buang air kecil yang menyakitkan atau urin berbau tidak sedap.
- Diare.
- Luka yang mengeluarkan nanah.
- Keputihan yang tidak biasa atau gatal.
Nah, Ini Dokter Spesialis yang Bisa Bantu Pengobatan Leukopenia.
5. Mitos: Bisa dicegah dengan konsumsi makanan sehat
Fakta: Nyatanya, leukopenia tidak bisa dicegah. Namun, pengidap bisa mencegah infeksi ketika jumlah sel darah putih rendah dengan menerapkan pola hidup sehat, salah satunya dengan mengonsumsi makanan sehat. Selain itu, penting juga untuk menghindari beberapa jenis makanan untuk mencegah infeksi, seperti:
- Daging, unggas atau seafood mentah atau setengah matang.
- Telur mentah atau setengah matang, termasuk produk yang mengandung makanan tersebut.
- Produk susu mentah atau tidak dipasteurisasi.
- Kecambah mentah.
Itulah beberapa mitos dan fakta tentang leukopenia yang perlu diketahui. Untuk cek kebutuhan obat dan vitamin untuk menjaga kondisi kesehatan, gunakan Halodoc saja. Tidak perlu repot-repot keluar rumah, tinggal order lewat aplikasi dan pesananmu akan diantar dalam waktu satu jam. Yuk, download Halodoc sekarang juga di Apps Store dan Google Play.
Referensi:
Healthline. Diakses pada 2022. What Is Leukopenia?
Medical News Today. Diakses pada 2022. What Is Leukopenia?
Cleveland Clinic. Diakses pada 2022. Low White Blood Cell Count (Leukopenia).
Give Blood. Diakses pada 2022. Blood components
Berlangganan Artikel Halodoc
Topik Terkini
Mulai Rp25 Ribu! Bisa Konsultasi dengan Dokter seputar Kesehatan