Mitos atau Fakta, Cegukan Bisa Hilang Jika Terkejut

Ditinjau oleh  dr. Gabriella Florencia   25 Oktober 2019
Mitos atau Fakta, Cegukan Bisa Hilang Jika Terkejut Mitos atau Fakta, Cegukan Bisa Hilang Jika Terkejut

Halodoc, Jakarta - Cegukan adalah kondisi yang sering terjadi tanpa diduga. Kondisi ini terjadi akibat diafragma atau otot yang berada di dasar paru-paru mengalami kejang sehingga menyebabkan pita suara menutup dengan cepat lalu menimbulkan suara keras cegukan. Cara menghilangkan cegukan mudah karena kondisi ini umumnya tidak membahayakan.

Salah cara menghilangkan cegukan yang mungkin masih tidak dipercaya banyak orang adalah dengan mengejutkannya. Nyatanya, hal ini merupakan salah satu langkah yang efektif menghentikan cegukan. Ketika kamu terkejut, maka bisa mengagetkan saraf vagus dan kemudian cegukan bisa berhenti. Jika dirasa sulit untuk membuat seseorang terkejut guna menghilangkan cegukan, berikut ini terdapat langkah sederhana untuk mengatasi cegukan: 

  • Menjulurkan lidah sepanjang-panjangnya;

  • Menutup telinga dengan jari kemudian menahan napas hingga 30 detik;

  • Minum air tanpa batas;

  • Mengonsumsi air hangat dan madu;

  • Berkumur;

  • Bernapas menggunakan kantong kertas;

  • Minum air jahe segar;

  • Mengisap potongan lemon.

Baca juga: Cara Mengatasi Cegukan yang Masuk Akal 

Namun, Bagaimana Jika Cegukan Tak Kunjung Berhenti?

Pada kondisi tertentu, cegukan bisa terjadi dalam waktu yang lama, bahkan hingga 48 jam. Penting untuk segera memeriksakan kondisi ini ke dokter untuk melakukan pengobatan. Kamu bisa mengunjungi rumah sakit dan membuat janji dengan dokter lebih mudah melalui aplikasi Halodoc. Tanpa repot, kamu bisa langsung menemui dokter untuk menangani kondisi cegukan. Ketahui juga hal yang menyebabkan cegukan tidak kunjung hilang, yaitu:

  • Gangguan sistem pencernaan, misalnya gastritis, tukak lambung, pankreatitis, kanker pankreas, kanker lambung, penyakit radang usus, penyumbatan usus, atau radang hati.

  • Gangguan di rongga dada, seperti pneumonia, tuberkulosis, asma, bronkitis, cedera pada dada, dan emboli paru.

  • Gangguan pada otak, misalnya stroke perdarahan, radang dan infeksi otak, tumor otak, multiple sclerosis, dan hidrosefalus.

  • Gangguan jantung, seperti serangan jantung dan peradangan selaput jantung.

  • Gangguan saraf, seperti akibat peradangan saluran napas, dan tumbuh tumor atau kista di leher.

  • Gangguan mental, misalnya anoreksia dan skizofrenia.

Baca juga: Wajib ke Dokter Jika Alami Cegukan Ini

Tindakan medis juga bisa menyebabkan kondisi ini, seperti penggunaan kateter pada otot jantung, prosedur bronkoskopi pada paru, dan prosedur trakeostomi pada leher. Gaya hidup tidak sehat termasuk konsumsi minuman beralkohol berlebihan dan merokok juga bisa memicu cegukan. Sementara itu, kondisi ini juga bisa terjadi akibat efek samping dari penggunaan obat-obatan, seperti misalnya: 

  • Obat bius;

  • Obat penenang, seperti diazepam;

  • Obat kemoterapi, seperti carboplatin;

  • Methyldopa;

  • Dexamethasone.

Adakah Komplikasi yang Muncul Akibat Cegukan?

Komplikasi juga bisa muncul akibat cegukan yang berkepanjangan. Komplikasi tersebut mulai dari rasa tidak nyaman, kurang tidur, sulit saat mengonsumsi makanan, penyakit refluks asam lambung (GERD), hingga alkalosis.

Baca juga: Cegukan pada Bayi Bisa Sebabkan Kematian?

Bagaimana Penanganan Lanjutan dari Cegukan?

Penanganan khusus perlu dilakukan jika cegukan berlangsung lama atau menyebabkan gangguan saat beraktivitas. Penanganan untuk cegukan ini bisa dilakukan dengan pemberian obat baclofen, chlorpromazine, metoclopramide, gabapentin, atau scopolamine untuk menenangkan diafragma. Jika pemberian obat di atas belum bisa mengatasi cegukan, maka dokter menyuntikkan obat bius langsung ke saraf untuk mengendalikan kontraksi diafragma.

Pemberian rangsangan listrik dapat diberikan pada area leher dengan menggunakan alat khusus guna mengatasi cegukan yang tidak kunjung berhenti. Jika cegukan terjadi akibat suatu penyakit, maka diperlukan penanganan terhadap penyakit tersebut.

Referensi:
Mayo Clinic. Diakses pada 2019. Hiccups.
National Organization for Rare Disease.Diakses pada 2019. Hiccups.
WebMD. Diakses pada 2019. Why do I Hiccup?