Migrain pada Lansia, Bagaimana Cara Menanganinya?

Ditinjau oleh  dr. Fadhli Rizal Makarim   09 Juni 2021
Migrain pada Lansia, Bagaimana Cara Menanganinya? Migrain pada Lansia, Bagaimana Cara Menanganinya?

Halodoc, Jakarta - Sakit kepala migrain yang tak kunjung mereda, sering kali membuat pengidapnya merasa kewalahan ketika melakukan aktivitas harian. Pasalnya, migrain bisa memicu keluhan pada pengidapnya. Sebut saja mual, nyeri kepala, muntah, hingga sensitif terhadap cahaya atau suara.

Serangan migrain bisa berlangsung selama beberapa jam, bahkan dalam hitungan hari. Pertanyaannya, bagaimana cara mengatasi migrain pada lansia? 

Baca juga: Penyebab Stres Bisa Bikin Migrain Tambah Parah

Pentingnya Perubahan Pola Hidup

Menurut National Institutes of Health (NIH), tidak ada pengobatan khusus untuk mengatasi migrain. Tujuan pengobatannya untuk mengatasi gejala dengan segera dan mencegah munculnya keluhan migrain. Cara mencegah migrain kambuh, maka pengidapnya harus menghindari berbagai hal yang bisa memicu sakit kepala ni. 

Cobalah untuk membuat buku harian untuk mengidentifikasi pemicu migrain. Kemudian, kamu dan dokter dapat merencanakan cara menghindari pemicu tersebut. Selain itu, untuk mengatasi migrain pengidapnya juga perlu mengubah beberapa gaya hidup. 

Menurut NIH, pegidapnya harus menerapkan pola hidup sehat, seperti:

  • Menerapkan kebiasaan tidur yang lebih baik, seperti cukup tidur dan tidur pada waktu yang sama setiap malam.
  • Kebiasaan makan yang lebih baik, termasuk tidak melewatkan makan dan menghindari makanan yang dapat memicu migrain.
  • Kelola stres dengan baik. 
  • Menurunkan berat badan bagi mereka yang memiliki kelebihan berat badan.

Namun, bila pengidapnya (termasuk lansia) sering mengalami serangan migrain, dokter mungkin akan meresepkan obat-obatan untuk mengurangi jumlah serangan tersebut. Biasanya pasien disarankan untuk mengonsumsi obat setiap hari agar hasilnya efektif. Obat-obat yang diberikan, seperti: 

  • Antidepresan.
  • Obat tekanan darah, seperti beta blocker.
  • Obat anti kejang.
  • Agen peptida terkait gen kalsitonin.
  • Suntikan Botulinum toxin type A (Botox) juga membantu mengurangi serangan migrain, jika terjadi lebih dari 15 hari dalam sebulan.

Di samping itu, menurut NIH asupan mineral dan vitamin juga dapat meredakan migrain pada beberapa orang. Oleh sebab itu, tanyakan pada dokter untuk mengetahui suplemen atau vitamin apa yang tepat untuk dirimu. Biasanya dokter akan merekomendasikan riboflavin atau magnesium.

Beberapa orang merasa lega dengan mineral dan vitamin. Tanyakan kepada penyedia untuk mengetahui apakah riboflavin atau magnesium tepat untuk kamu.

Baca juga: Pola Makan untuk Cegah Migrain saat Menstruasi

Nah, bagi kamu yang ingin membeli obat atau vitamin untuk mengatasi keluhan migrain, kamu dapat menggunakan aplikasi Halodoc sehingga tidak perlu repot keluar rumah. Sangat praktis, bukan? 

Harus Menghindari Pemicunya

Cara untuk mengelola penyakit, pengidapnya perlu menghindari berbagai hal yang dapat memicu migrain. Lantas, apa saja yang harus dihindari pengidapnya agar sakit kepala ini tak kembali menyerang?

Menurut NIH, berikut ini hal yang diduga memicu serangan migrain:

  • Perubahan kadar hormon selama siklus menstruasi wanita atau dengan penggunaan pil KB.
  • Perubahan pola tidur, seperti kurang tidur.
  • Konsumsi alkohol.
  • Olahraga atau stres fisik lainnya.
  • Suara keras atau cahaya terang.
  • Makan tidak tepat waktu.
  • Bau-bauan atau parfum.
  • Merokok atau terpapar asap rokok.
  • Stres dan kecemasan.

Migrain juga bisa dipicu oleh makanan tertentu, yang paling umum adalah:

  • Cokelat.
  • Makanan olahan susu, terutama keju tertentu.
  • Makanan dengan monosodium glutamat (MSG).
  • Makanan dengan tyramine, yang meliputi anggur merah, keju tua, ikan asap, hati ayam, buah ara, dan kacang-kacangan tertentu.
  • Buah-buahan (alpukat, pisang, buah jeruk).
  • Daging yang mengandung nitrat (bacon, hot dog, salami, daging yang diawetkan).
  • Bawang.
  • Kacang-kacangan dan biji-bijian lainnya.
  • Makanan olahan, fermentasi, acar, atau diasinkan.

Baca juga: Migrain Basilar Bisa Sebabkan Sakit Kepala Bagian Belakang

Sakit kepala migrain sebenarnya bukan akibat tumor otak atau masalah medis serius lainnya. Hanya dokter yang berspesialisasi dalam sakit kepala yang dapat menentukan apakah gejala tersebut disebabkan oleh migrain atau kondisi lain.

Nah, bagi kamu yang mengalami gejala migrain, cobalah temui atau tanyakan dokter untuk mendapatkan diagnosis dan penanganan yang tepat. Kamu bisa kok bertanya langsung pada dokter melalui aplikasi Halodoc. Tidak perlu keluar rumah, kamu bisa menghubungi dokter ahli kapan saja dan di mana saja. Praktis, kan? 



Referensi:
National Institutes of Health - MedlinePlus. Diakses pada 2021. Migraine
National Health Service - UK. Diakses pada 2021. Migraine
Mayo Clinic. Diakses pada 2021. Migraine