Meninggal Setelah Olahraga, Aritmia Jadi Tersangka
Halodoc, Jakarta – Berolahraga seharusnya menjadi kegiatan yang menyenangkan dan menyehatkan. Bila dilakukan secara rutin, olahraga memang dapat menjaga tubuh kita tetap sehat. Namun, beberapa kali kita mendengar kasus orang yang mendadak meninggal setelah melakukan latihan olahraga. Kok bisa? Nah, salah satu penyakit yang sering menjadi tersangka di balik kematian sehabis olahraga ini adalah aritmia. Seperti apa penyakit ini? Yuk, ketahui lebih jauh tentang aritmia di sini.
Salah satu penyebab seseorang bisa meninggal secara mendadak setelah berolahraga adalah karena jantung berhenti bekerja secara tiba-tiba. Melakukan kegiatan olahraga dengan intensitas tinggi dalam waktu lama bisa memicu hal tragis ini terjadi. Namun, salah satu faktor yang diduga menjadi penyebab seseorang bisa mengalami kematian jantung mendadak atau sudden cardiac death (SCD) adalah aritmia.
Apa Itu Aritmia?
Aritmia merupakan kondisi ketika jantung berdetak terlalu cepat, terlalu lambat, ataupun tidak teratur. Itulah mengapa aritmia dikenal juga sebagai gangguan irama jantung. Kondisi ini bisa terjadi karena impul elektrik yang berfungsi untuk mengatur detak jantung tidak bekerja dengan baik. Akibatnya, detak jantung seseorang bisa menjadi sangat lambat, bahkan berhenti berdetak. Inilah yang menyebabkan seseorang meninggal secara mendadak setelah berolahraga. Ada beberapa jenis aritmia yang biasanya sering terjadi:
-
Bradikardia. Kondisi ketika irama jantung lebih lambat dari yang seharusnya atau tidak teratur.
-
Blok jantung. Kondisi ketika jantung berdetak lebih lambat dan bisa menyebabkan seseorang pingsan.
-
Takikardia supraventrikular. Kondisi ketika jantung yang berdetak cepat secara tidak normal.
-
Fibrilasi atrium. Kondisi ketika jantung berdetak secara cepat, meskipun kamu sedang beristirahat.
-
Fibrilasi ventrikel. Jenis aritmia ini bisa menyebabkan pengidapnya hilang kesadaran atau meninggal secara mendadak. Hal ini karena jantung berdetak terlalu cepat dan tidak teratur.
Penyebab Aritmia
Berikut adalah beberapa faktor yang bisa meningkatkan risiko seseorang mengalami aritmia:
-
Konsumsi narkoba. Obat-obatan terlarang, seperti amfetamin dan kokain bisa mengganggu kinerja jantung secara langsung, sehingga bisa menyebabkan seseorang mengalami fibrilasi ventrikel dan jenis aritmia lainnya.
-
Efek samping obat-obatan. Enggak hanya narkoba saja, obat-obatan biasa, seperti obat pilek dan obat batuk yang dijual bebas di apotek juga dapat meningkatkan risiko seseorang mengalami aritmia.
-
Kadar elektrolit dalam darah tidak seimbang. Kadar elektrolit, seperti kalium, natrium, kalsium, dan magnesium dapat mengganggu impuls listrik jantung, sehingga mengakibatkan aritmia.
-
Terlalu banyak mengonsumsi alkohol. Kebiasaan tidak sehat yang satu ini juga bisa mengganggu impuls listrik jantung, sehingga mengakibatkan fibrilasi atrium.
-
Terlalu banyak mengonsumsi kafein atau nikotin. Dua kandungan tersebut bisa menyebabkan jantung berdetak lebih cepat dari normal.
-
Gangguan kelenjar tiroid. Kelenjar tiroid yang bekerja terlalu aktif atau kurang aktif bisa memicu terjadinya aritmia.
Cara Mencegah Aritmia
Dengan mengetahui hal-hal yang menjadi penyebab aritmia, maka kamu bisa dengan mudah menentukan langkah-langkah apa saja yang bisa dilakukan untuk mencegah aritmia. Hampir sebagian besar penyebab aritmia adalah gaya hidup tidak sehat. Karena itu, berikut pola hidup sehat yang bisa kamu terapkan agar terhindar dari aritmia:
-
Mengonsumsi makanan sehat dan bergizi.
-
Menjaga berat badan tetap ideal dengan berolahraga secara rutin.
-
Menghindari atau mengurangi stres.
-
Membatasi konsumsi minuman keras dan berkafein.
-
Berhenti merokok.
-
Tidak sembarangan mengonsumsi obat-obatan tanpa petunjuk dari dokter, terutama obat batuk dan pilek, karena jenis obat-obatan tersebut mengandung zat stimulan yang bisa memicu jantung berdetak lebih cepat.
Mengingat aritmia dapat membahayakan nyawa, maka jagalah kesehatan jantung kamu sebaik mungkin. Bila kamu punya keluhan seputar kesehatan jantung, bicarakan saja dengan dokter lewat aplikasi Halodoc. Kamu bisa menghubungi dokter melalui Video/Voice Call dan Chat kapan saja dan di mana saja. Yuk, download Halodoc sekarang juga di App Store dan Google Play.
Baca juga: